Chereads / Kembali Hidup Untuknya : Malaikat Pelindung Sang Pilot / Chapter 25 - Bukankah kamu menempel padaku?

Chapter 25 - Bukankah kamu menempel padaku?

Karena kehadiran orang lain, Ardi hanya bisa menahan emosinya. Dia melingkari pinggangnya dengan satu tangan dan menyentuh kepalanya dengan tangan yang lain "Minibus perusahaan sedang menunggu kita di tempat parkir, ayo pergi."

Dia dan Putri berada di lorong belakang. Putri menoleh ke belakang ke arah mereka, dan melihat Fira bersandar di pelukan Ardi dengan patuh, dan tersenyum hangat ke arahnya.

Putri merasa seperti ada duri yang menusuk hatinya. Tenggorokannya tercekat. Dia harus berpegangan pada pegangan di lorong dan berhenti menoleh ke belakang.

"Hati-hati."

Di hadapan seluruh kru, Kapten Ardi yang biasanya sedingin robot itu mengingatkan pacar mudanya untuk memperhatikan langkah kakinya dengan lembut dan penuh perhatian.

Kapten, ekspresi dinginmu sudah runtuh!

"Baiklah," suara Fira terdengar sangat imut.

Karakter gadis yang menawan dan lembut itu harus disebarluaskan, dan dia harus menanamkannya ke hati semua orang.

Bagas berbisik kepada Amanda "Amanda, aku benar-benar tidak menyangka kalau kapten, yang selalu bersikap dingin, ternyata seperti ini kalau sedang jatuh cinta."

Melihat wajah Putri yang memucat, Amanda memelototi Bagas, "Sebaiknya kita tidak bicara lagi tentang perilaku kapten."

Di shuttle bus, Ardi menyuruh Fira untuk duduk. Dia mengenakan rok lipit, memperlihatkan kakinya yang putih dan jenjang.

Tenggorokan Ardi nyaris tercekat, dia membuka kancing jas, melepaskannya, menutupi kaki pacarnya, dan melirik ke arah bus shuttle yang hanya dipenuhi staf.

Semua orang langsung berpura-pura menyaksikan pemandangan, dan mengobrol bersama.

Kapten, kami tidak terlalu memperhatikan Anda dan pacar muda Anda.

Mereka ganti menaiki minibus untuk staf, dan Fira masih memakai seragam Ardi. Dia memandang penasaran ke arah pemandangan diluar jendela.

"Sungai apa itu?"

"Sungai Isar di kaki utara Pegunungan Alpen."

"Kalau itu?"

"Katedral Munich ..."

Suaranya terdengar sabar.

Biasanya, Ardi tidak memiliki kesabaran seperti itu saat dia berbicara dengan orang lain.

Dia tampak menempel pada Ardi, dengan kepala bersandar di pundaknya, suaranya malas "Terlihat bagus, pemandangan malam yang sangat indah."

Putri meremas roknya dengan erat, dan keduanya berada di seberangnya.

Gadis kecil itu sebenarnya tidak terlalu muda, tapi dia memiliki serangkaian metode untuk memikat orang.

Tubuhnya sangat lentur, seolah-olah tidak ada tulang di dalamnya, dan dia menempel pada Ardi sepanjang waktu.

Putri selalu berusaha untuk tidak memaki orang dengan kata-kata yang vulgar.

Tapi kali ini, Fira ini benar-benar rubah betina kecil yang nyata.

Di pintu Hotel Pullman, lampu-lampu keemasan menjuntai di dinding luar hotel, menampakkan kemewahan yang sederhana. Petugas hotel berseragam dan memakai sarung tangan putih melangkah maju untuk membukakan pintu.

Semua orang turun dari minibus dan berdiri di luar untuk menunggu yang lain.

Ardi melangkah turun dari mobil dan mengulurkan tangan untuk membantu Fira. Fira melompat turun.

Jantung Ardi seolah melompat ketika dia melihatnya melakukan itu. Dia mengulurkan tangan untuk menggaet pinggangnya, "Hati-hati."

Kedua pramugari di belakang mereka saling bertukar pandang, dan berbisik "Dia benar-benar dimanjakan."

Kemarahan Putri telah mencapai ubun-ubun kepalanya dan dia melangkah menuju hotel sendirian tanpa menunggu yang lain.

Ini adalah hotel tempat mereka selalu menginap setiap kali terbang, dan mereka telah memiliki kamar yang dipesan sebelumnya.

Keluar dari lift, Ardi melangkah di atas karpet lembut bersama Fira. Mereka baru berhenti berjalan di ujung koridor.

Fira baru ingat dan bertanya, "Aku ... kita tinggal di satu kamar?"

Ardi mengulurkan tangan dan menggesek kartunya, lalu meletakkan jari-jarinya yang ramping pada gagang pintu berwarna emas. Dia melirik ke arahnya, "Kita adalah sepasang kekasih, apa ada masalah dengan tinggal di satu kamar?"

"Kamar standar atau kamar tidur ganda?"

"Kamar tidur king."

Hanya ada satu tempat tidur di kamar itu, dan Fira mulai panik!

"Hah? Tidak ... ini tidak baik baik, aku ... kita ..."

"Bukankah kamu menempel padaku di sepanjang jalan?"

Bab 50 US $ 3,2 miliar dan tim sepak bola

Bukankah itu semua untuk Putri? Dia bukan orang yang diam saja ketika ditindas karena dia akan segera membalasnya.

"Aku tidak terbiasa dengan perjalanan ke tempat yang baru, jadi aku tidak sengaja melakukannya... ah..."

Sebelum dia selesai mengatakan itu, pria itu telah menariknya secara paksa ke dalam kamar, dan Fira terkejut.

Dia menyadarinya setelah dia menyusuri koridor kecil.

Dia dibohongi.

Kamar itu adalah suite besar dengan ruang tamu dan dua kamar tidur, bukan kamar dengan satu tempat tidur sama sekali.

Dia melirik ke arah Ardi dengan kesal. Ardi sedang melepas topi kapten dari kepalanya dan meletakkannya di atas meja kaca di koridor. Lalu dia mengulurkan tangannya untuk membuka kancing bajunya, dengan senyum simpul di bibirnya.

Fira merasa kesal. Dibohongi itu benar-benar tidak enak rasanya.

Dia harus berbicara dengan pria itu. Ardi mengeluarkan ponselnya dan mulai berbicara di telepon. Dia menutupi gagang telepon dan berkata kepadanya, "Ada sesuatu yang harus kutangani, jadi beristirahatlah lebih dulu."

Dia sedang duduk di sofa dan pria itu berdiri di depan jendela Prancis.

Mendengarnya berbicara dalam bahasa Inggris, Fira samar-samar mendengar kata-kata seperti olahraga, tim, dan sebagainya.

Kamar mereka berada di lantai 32. Jendela setinggi langit-langit menampilkan pemandangan malam kota Munich. Lampu kamar mengarah ke jendela. Seragam kapten yang dikenakannya menonjolkan bahunya yang lebar, pinggang yang ramping, dan kaki yang panjang.

Setelah berbicara di telepon selama setengah jam, akhirnya Ardi memberitahunya dengan nada suara datar, "Aku baru saja membeli sebuah tim."

Fira sedang minum air "Tim apa?"

"Tim rugby, yang akan diberi nama seperti namamu, kurasa akan ada unsur nama Fira disana..."

Tangan Fira gemetar "Berapa ... berapa?"

"3,2 miliar ..."

Tangan Fira gemetar lebih keras.

"dollar Amerika."

Fira tidak bisa menghentikan tangannya yang gemetar.

Kejadian ini persis sama seperti ketika dia pergi ke supermarket untuk membeli semangka besar seharga seratus ribu rupiah.

"Mengapa kamu melakukannya? Kenapa harus menggunakan namaku untuk sebuah tim, atau ..."

Bel pintu berbunyi, dan makan malam dikirimkan sehingga Fira tidak bisa melanjutkan ucapannya.

Semakin baik Ardi memperlakukannya, semakin dia merasa bersalah.

Dia teringat dengan apa yang dikatakan Pak Pur.

Semua orang mengincarnya.

Semua orang ingin menggantikannya.

Ada bahaya di sekitar Ardi. Dia seperti orang yang kesepian, berdiri di tengah pusaran uang dan kekuasaan. Dan sekarang gadis di sebelahnya sedang berbicara tentang menipunya.

Hatinya terasa sakit.

***

Keluarga Yuni dan Rudi telah saling bersitegang selama dua hari, dan Tantri menggunakan kesempatan ini untuk memberikan lebih banyak masalah.

Rudi menekan pelipisnya, dengan marah dan tak berdaya "Besok aku akan meminta Bagian Keuangan untuk mengirim uang padanya."

Hati Tantri dan Lulu seolah melorot bersama-sama.

Meski mereka lebih banyak, mereka tak bisa menang menghadapi Fira. Di pertempuran ini, mereka benar-benar telah dikalahkan.

Tantri berkata dengan enggan "Rudi, apa kamu benar-benar akan memberinya uang? Apa kamu akan membiarkan gadis itu mengambil semua kerja kerasmu? Dan setelah dia tahu betapa mudahnya kamu mengabulkan permintaannya, lalu dia terus menerus meminta uang padamu, apa yang harus kita lakukan?"

Rudi mengertakkan giginya dan berkata "Gadis itu sudah gila. Kalau dia benar-benar mengirimkan panggilan pengadilan itu pada klien besarku, bisnis kita akan sangat terpengaruh dan aku tidak bisa membiarkannya membuat masalah."

"Kalau begitu kamu harus memintanya menandatangani dokumen, supaya semuanya jelas di masa depan nanti, dan kalau dia masih terus meminta, kita bisa menghentikannya."

Rudi masih merasa sangat marah "Tentu saja. Aku sama sekali tidak mau berurusan lagi dengan orang gila seperti mereka."

Lulu tersenyum, dan merasa kalau dua milyar adalah harga yang bagus untuk itu.

Sekarang hubungan antara Fira dan kalangan kelas atas sudah benar-benar terputus.

Setelah mendapatkan uang dua milyar rupiah, dia akan hidup damai di dunianya yang miskin dan takkan berani mengganggu mereka lagi.