Chereads / Forgive: Got You Back / Chapter 11 - Worry

Chapter 11 - Worry

.

Bagaikan dejavu, emily melakukan kegiatan yang sama malam ini, ia menatap langit malam walaupun hanya kegelapan yang ia lihat. Emily gelisah, tentang kejadian hari ini dan tentang apa yang mungkin saja terjadi besok. Emily tak pernah ingin daniel membenci ayahnya, itu tidak akan baik untuk perkembangan mental anaknya di usia yang sangat kecil seperti ini. Jadi emily memilih mengalah dengan egonya, membiarkan perasaannya yang terluka kembali dengan kehadiran davied.

Emily mengusap wajahnya dengan kasar. Emily merasakan air matanya menetes dari matanya, melalui pipinya sebelum kemudian di usap dengan lembut oleh tangan cantiknya. Emily tau dia masih tidak bisa memaafkan semua keadaan yang sudah terjadi, emily masih belum bisa untuk menerima kehadiran davied kembali di hidupnya. Tapi disisi lain, daniel membutuhkan ayahnya. Bagaimanapun ayah kandung akan jauh labih baik untuk daniel dibandingkan orang baru.

Prioritas emily saat ini dalah daniel, hidupnya, malaikatnya. Emily juga tak bisa memungkiri kenyataan bahwa cintanya masih untuk orang yang sama bahkan setelah sekian lama waktus udah berlalu. Emily menghela nafas kasar, ia terlalu larut memikirkan orang yang bagkan tak pernah memikirkannya. Emily tak ingin di kecewakan lagi, ia akan membangun benteng yang sangat kuat untuk hatinya.

Emily memicingkan matanya, hari ini masih sama seperti sebelumnya, ada yang mengawasinya, emily tau itu. Sebagai seorang perempuan yang perah menjadi nyonya besar, emily akan sangat cepat menyadari hal seperti ini. Kalau kalian mengira orang itu adalah davied, maka kalian salah besar. Emily akan langsung mengenalinya walaupun dengan menutup matanya, itu jelas bukan davied. Emily tau dirinya dalam keadaan takut seperti ini, tapi emily tetap menjaga kewarasannya untuk daniel, dia tidak mungkin panik sendiri dan membiarkan anaknya ikut ketakutan.

Emily segera mengambil ponselnya, ini bukan pertama kali ia memergoki laki-laki itu memperhatikannya. Beberapa kali emily mengabaikannya, tapi kali ini emily sudah tidak bisa lagi. Laki-laki itu mulai memperhatikan rumahnya sejak davied mulai menemuinya, tapi emily sangat tau kalau itu bukan ulah davied.

"elle kau sudah tidur?" emily mendengar gumaman malas dari seberang sana "kirimkan nomor davied padaku dan setelahnya kau bisa kembali beristirahat, aku tau kau memilikinya elle!" emily tau kalau elleana saat ini sedang terkejut dengan perkataannya, tapi emily sedang dalam keadaan khawatir saat ini, terutama saat melihat mainan yang ada di tangan laki-laki itu.

Tidak lama menunggu, pesan berupa nomor davied diterima oleh emily. Emily dengan cepat menghubungi davied. Dalam hatinya emily berdoa, setidaknya davied akan peduli pada anaknya walaupun dia tidak peduli pada emily.

"halo!"

Emily menghela nafas sesaat sebelum berbicara "dave, ini aku!"

"em, kau baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu?"

Emily mencoba mengatur nafasnya "bisa kau datang kemari? Kalau kau sibuk, bisakah kau kirimkan beberapa orangmu untuk datang kemari?"

"aku akan disana dalam sepuluh menit!"

Davied memutuskan sambungan, membuat emily terdiam untuk beberapa saat sebelum menutup semua jendela dan memastikan semua pintu terkunci, setelahnay emily kembali kekamar untuk menemani putranya. Emily tidak tau ini keputusan yang benar atau tidak, tapi untuk saat ini emily tidak bisa bergantung pada orang lain selain davied untuk masalah ini.

"davied kumohon, cepatlah datang. Kalaupun kau tidak perduli padaku, setidaknya kali ini jangan mengabaikan anakmu dave!"

Dave, rasanya sudah lama sekali emily tidak memanggil davied dengan nama seperti itu.

.

.

Davied cukup kaget begitu mendengar suara emily di telepon. Emily bukan tipe orang yang akan meminta tolong untuk suatu yang tak penting, karena itu davied segera mengambil kunci mobilnay untuk datang ke rumah emily. Davied juga menghubungan jhonson, asisten khusus untuk bagian keamanannya, dia perlu beberapa orang untuk membantunya.

Emily meminta davied untuk datang, davied akan sangat senang. Tapi saat emily meminta davied mengirimkan beberapa orangnya untuk datang, itu berarti ada sesuatu yang tidak beres. Davied langsung turun dari mobilnya dan mengetuk pintu. Pintunya terkunci dan semua jendela tertutup, davied tersenyum tipis setelah memperhatikan hal itu. Istrinya masih memiliki kebiasaan waspada sebagai nyonya besar, sama seperti dulu.

"Em aku dibawah!"

Setelah mendapat jawaban pasti melalui telepon, davie dhanya menunggu sebentar sampai ia mendengar suara pintu yang dibuka. Wajah emily terlihat tidak baik, davied mungkin perlu melakuka penyelidikan lebih lanjut mengingat emily bukanlah orang yang mudah takut seperti ini.

"masuklah!" emily mempersilahkan davied masuk dan kemudian kembali mengunci pintu.

Emily tidak perlu menanyakan mobil yang digunakan davied datang kemari, dia bisa melihat mobil itu terparkir di depan toko bunganya. Kalau takut mobilnya di curi, itu tidak ada dalam kamus seorang davied, apalagi itu hanyalah mobil biasa yang bisa di beli davied dengan menjentikkan jarinya.

"bisa kita bicara diatas saja, aku sedikit khawatir meninggalkan daniel!"

Emily memimpin jalan kekamarnya setelah mendapat anggukan setuju dari davied. Emily mempersilahkan davied duduk di sofa yang ada di kamarnya, sementara emily sendiri duduk di atas tempat tidur yang berhadapan langsung dengan sofa yang di duduki oelh davied.

"sebelumnya aku minta maaf kalau mengganggu istirahatmu!" emily menarik nafas pasrah, emily tidak punya pilihan lain "aku tau ini mendadak dan sedikit tidak nyaman untukmu. Tapi kufikir, lebih baik memberitaumu lebih awal!"

Davied menatap emily yang menundukkan pandangannya, ia tak bisa menebak apa yang ingin dikatakan oleh emily. Mendengar perkataan emily, davied hanya bisa menyangkalnya dalam diam. Tidak, davied sama seklai tidka merasa terganggu, ia malahan sangat senang menjadi orang pertama yang di hubungi saat emily membutuhkannya.

Lama menunggu dan emily tak kunjung bicara, davied langsung menanyakannya dengan tegas "em, ada apa?" davied berdidi dari duduknya dan berjalan mendekati emily, berlutut untuk menatap wajah emily yang sedikit menunduk "kau bisa memberitauku apapun!"

Emily mengangguk "setelah kau datang hari itu, malamnya ada seseorang yang memperhatikan rumah ini. Awalnya kupikir itu hanya kebetulan dan spekulasiku saja, tapi aku sudah memergokinnya beberapa kali. Aku masih membiarkannya karena kufikir itu tidak akan berbahaya karena dia hanya memperhatikan tanpa berbuat apa-apa, bisa jadi juga itu hanyalah kepanikanku saja. Tapi aku melihatnya tadi, dia memegang pisau dan tersenyum padaku!" emily menghembuskan nafasnya yang terasa sesak.

Davied menggenggam tangan emily, berusaha menenangkannya "tenanglah em, aku disini!"

Emily menggeleng kuat "aku tidak akan setakut ini kalau hanya ada aku sendiri dave, tapi daniel bersamaku, bagaimana kalau dia berniat melakukan hal buruk pada anakku, dia bisa berada di mana saja dave!" sangat terlihat ketakutan di mata emily, bersamaan dengan meluncurnya air mata pertama yang kemudian di susul oleh yang lainnya.

David memeluk emily, berusaha menenangkan ibu dari anaknya itu "aku di sini, tidak ada yang akan terjadi pada kalian, aku berjanji!"