Chereads / Forgive: Got You Back / Chapter 15 - Young Master

Chapter 15 - Young Master

Setelah mengajarkan anaknya tentang hal-hal dasar disaat daniel pertama kali melihat kamar mandi super mewah seperti yang ada di kamarnya, emily langsung turun ke lantai bawah untuk mencari pelayan. Walaupun sudah tujuh tahun lamanya, tetap saja emily pernah menjadi nyonya sky yang sangat berkuasa dan memiliki saldo rekening yang tidak sedikit. Emily lebih dari paham, cara untuk menangani masalah yang ia hadapi sekarang.

"hei kau!" emily memanggil salah satu pelayan yang hendak menuju dapur "panggilkan kepala pelayan dan suruh menemuiku sekarang!"

"baik nyonya!"

Emily berjalan ke ruang tengah dan langsung duduk di kursinya. Tidak butuh waktu lama, seorang laki-laki yang emily duga sebagai kepala pelayan dirumah ini datang menemuinya. Emily masih duduk tenang menunggu sampai mereka berdua memberi hormat padanya. Bukan hormat yang berlebihan, hanya sedikit anggukan kepala dan senyuman, emily cukup terbiasa dengan hal yang seperti itu.

"siapkan pakaian tuan muda, dia dengan mandi dan menunggu dikamarnya. Aku sudah memberitaunya, letakkan saja di dalam kamar nanti dia akan memakainya sendiri, sekarang!" kepala pelayan langsung memberikan isyarat agar pelayan yang ada di sampingnya segera melaksanakan perintah emily.

"nyonya, saya edward yang menjadi kepala pelayan dirumah ini sejak lima tahun yang lalu, nyonya bisa memberi tau saya kalau ada sesuatu yang nyonya inginkan!" edward tersenyum ramah pada emily.

Emily menghela nafas sesaat "saya bukan nyonya rumah ini, saya hanya tamu. Walaupun begitu, tolong perlakukan anakku dengan baik, bagaimanapun dia adalah tuan muda keluarga sky!" emily tersenyum tipis "tolong persiapkan pakaian untukku juga. Aku sudah menyampaikan pada pelayan yang datang kekamarku untuk tidak menyajikan udang dalam bentuk apapun untuk anakku, aku akan menyampaikannya sekali lagi supaya tidak ada kesalahan!"

"Baik nyonya!"

"penjaga di rumah ini cukup banyak mengingat davied pasti mengira aku akan kabur. Tolong suruh mereka merapikan barang-barang yang bisa berbahaya untuk anak-anak, aku tidak mau ada sesuatu yang membuat anakku terluka, sediakan beberapa keperluan dasar untuk daniel juga!" emily kembali berfikir takut ada yang terlewat olehnya "davied belum memperkenalkannya secara resmi, namanya daniel davied sky, panggil saja daniel!"

"baik nyonya, perintah nyonya akan segera saya laksanakan!"

Emily mengangguk "itu saja, aku akan memberitau nanti kalau ada sesuatu yang daniel butuhkan!"

.

.

Emily kembali ke kamarnya untuk mengecek daniel, si tuan muda tampan yang sedang duduk sambil memandangi luar rumah besar milik ayahnya. Emily duduk di atas tempat tidur, menunggu beberapa saat hingga akhirnya daniel berbalik dan menatapnya dengan tatapan yang sangat emily mengerti.

"tidak perlu khawatir, tidak ada yang akan terjadi daniel!" Emily hanya tersenyum saat daniel berlari dan memeluknya "kenapa wajahmu seperti ini, apa yang di khawatirkan anak ibu?" usapan lembut emily berikan di kepala putranya "ini rumah ayahmu, kau seharusnya bisa melakukan apapun yang membuatmu nyaman di rumah ini!"

Daniel menggeleng "tidak ibu, ini bukan rumah kita, ini terasa aneh!"

Emily tersenyum dan mengangguk mengerti. Daniel bahkan tidak pernah menginap dirumah orang lain walaupun itu teman-temannya. Emily tau kalau daniel merasa tidak nyaman dengan tempat yang asing untuknya, tapi emily hanya bisa menenangkan daniel sebisanya.

Kalau tuan dawson masih hidup, mungkin dia akan sangat bahagia melihat betapa sangat penurutnya seorang daniel. Tapi sayang sekali, tuan dawson sudah meninggal karena serangan jantung. Emily tau, dia sempat melihat berita yang ada di surat kabar saat daniel masih berurumur dua tahun waktu itu. Emily ingin kembali dan menemui tuan dawson untuk yang terakhir kalinya, sayangnya emily hanya bisa melihat dari jauh, keamanan proses pemakaman tuan dawson terlalu ketat untuknya.

"ibu, ada apa?"

Anaknya sudah berusia enam tahun, sudah besar. Emily nanti mungkin akan memiliki seorang bodyguard yang akan sangat menyayanginya kan "anak ibu sudah besar, nanti saat dewasa akan menjadi pelindung ibu. Kalau anak ibu takut seperti ini, lalu ibu harus berlindung pada siapa?"

Daniel terdiam sesaat sebelum menyunggingkan senyumannya "daniel sayang ibu!" daniel memeluk ibunya dengan erat "lihat saja, kalau ada yang berani menyakiti ibu, daniel akan memarahinya, tidak ada yang boleh menyakiti ibu!"

Ya ampun, daniel benar-benar sangat manis. Walaupun terkesan pendiam dan tidak banyak bicara, tapi daniel adalah anak yang baik yang sangat menyayangi ibunya.

.

.

Davied kembali kerumah esok hari, terlalu lelah karena tidak tidur semalaman. Davied hanya meninggalkan tempatnya beberapa waktu untuk melakukan pengecekan proyek terbarunya sekaligus menemui pamannya yang sudah lama tidak ia temui, tapi davied mendapat kejutan manis yang membuat davied memilih untuk datang lebih cepat dan menetap lebih lama.

Dengan langkah tergesa davied menaiki tangga menuju ke lantai dua, rumahnya terlalu besar dan davied tau itu. Haruskah davied membeli rumah yang lebih kecil dari ini, tapi emily suka berjalan-jalan di taman yang luas dan menghabiskan waktu merendam kakinya di dalam kolam renang. Ya, salah satu alasan davied tetap bertahan dengan rumah besarnya adalah kebiasaan-kebiasaan kecil yang dulu sering dilakukan oleh emily, kebiasaan yang tanpa sadar sejak awal sudah davied perhatikan.

Tanpa mengetuk pintu, davied masuk ke kamar yang sudah ia persiapkan khusus untuk daniel. Benar sjaa, keduanya ada disana. Emily dengan dress selutut berwarna cream yang sangat cantik untuk dipakai oleh istrinya itu. Daniel sangat tampan dengan pakaian barunya, semakin membuatnya mirip dengan davied.

Daniel memandang davied dengan penuh tanda tanya sementara si cantik hanya meliriknya sekilas sebelum kembali pada kegiatannya, memanjakan putra mereka. Davied tersenyum senang, rasa lelahnya karena mengurus masalah perusahaan menguap begitu saja. Rasanya semenyenangkan ini disaat pulang dan davied bisa langsung melihat emily dan daniel. Davied memang bodoh, kalau saja dulu dia tidak melakukan kesalahan, mungkin sekarang dia bisa langsung melompat ke atas tempat tidur dan memeluk istri dan anaknya.

"kau sudah pulang?"

Emily menghela nafas sesaat setelah melihat senyuman davied, sebuah senyuman yang sangat jarang sekali ia perlihatkan dulu. Emily menatap bingung pada davied yang tersenyum seperti orang gila, tidak mengerti dengan jalan fikiran mantan suaminya itu.

"ya, aku baru saja sampai. Apa kalian merasa nyaman disini? Ada yang tidak kau sukai? Aku akan menggantinya untukmu!" davied terlampau semangat saat ini, rasanya bahagia sekali sekarang. Benar davied tidak ingin waktu berjalan, biar saja seperti ini.

Emily mengangguk mengerti "kau langsung pergi jadi aku tidak sempat bertanya, aku juga tidak dalam kedaan bisa bertanya saat kau membawa kami. Jadi tuan sky, ada masalah apa di perusahaan raksasa milikmu itu sehingga kau membawaku dengan sedikit paksaan kesini?" emily tau davied sedang lelah, terlihat dari matanya yang sedikit memerah dan waut wajah lelahnya, tapi emily masih tetap tidak bisa menhaan dirinya untuk bertanya.

Davied terdiam, senyum di wajahnya yang tadinya berseri berganti menjadi senyuman pahit "kau tidak suka disini? Kau tidak suka rumahnya, apa kau lelah karena rumahnya terlalu besar, aku bisa buatkan seperti yang kau mau, cukup katakan saja yang seperti apa, tidak usah khawatir!" davied memburu emily dengan pertanyaan, tapi davied kali ini benar-benar merasa takut untuk mendengar jawaban emily, bahkan sebuah tender besarpun tak pernah membuatnya menjadi takut seperti ini.