Sesuai dengan janjinya pada emily tadi siang, davied membawa emily dan daniel umtuk makan di restoran italia yang terkenal dan sangat mahal tentu saja. Davied ingin memberikan yang terbaik. Sesuai dengan yang dikatakan oleh emily, davied memiliki uang, kenapa tidak ia pergunakan untuk mneyenangkan keluarganya saja. Tentu, davied pasti akan melakukannya.
"kau suka makanannya?"
Tanya davied pada daniel yang hanya mengangguk "ini enak, rasanya sudah lama sekali aku ingin makan ini!" Mendengar jawaban daniel membuat kedua orang tuanya tersenyum, memiliki daniel memang sangat menyenangkan, sangat bangga dengan anak enam tahun itu "sayang sekali sangat jarang datang kesini, aku tidak mau menyusahkan ibu untuk makan di tempat yang mahal seperti ini.
"tapi kau masih punya ayahmu!" davied tidak terima dengan perkataan daniel.
"apa ayahku orang kaya?"
Daniel yang bertanya dan emily yang tersedak. Oh astaga, davied bahkan akan membelikan pulau pribadi hanya dengan daniel memintanya, itu bukan hal yang sulit untuk davied. Oh daniel, untung saja kau masih kecil, kau tidak tau sedang berbicara dengan siapa, salah emily yang tidak memperkenalkan davied beserta dengan silsilah keluarganya dengan baik.
"maaf, itu salahku yang tidak memberitau anakmu!"
"jadi kau orang kaya? Aku akan memamerkan ayahku pada wilson nanti, ayahku lebih kaya darinya!" daniel tersenyum bangga "jadi ayah bisa belikan aku pesawat? Yang murah saja tidak apa-apa!"
Kali ini giliran davied yang tersedak karena pertanyaan anaknya. Apa daniel baru saja memanggilnya ayah. Oh daniel, kau bisa meminta pesawat jenis apa saja yang kau inginkan, ayahmu akan membelikan semua yang kau mau. Lalu apa katanya tadi, yang murah? Tidak daniel, kau akan mendapatkan yang terbaik.
"wilson itu teman sekelasnya yang anak orang kaya, ayahnya pemilik perkebunan setauku!" emily tidak peduli, hanya menjelaskan seadanya "aku harap tuan sky tidak gila dengen membelikan daniel pesawat, dia hanya minta mainan!"
"mainan?" davied menatap daniel yang sedang tersenyum canggung, seperti merasa bersalah pada ibunya "apa ibumu tidak pernah membelikan pesawat untukmu?" pada awalnya davied mengira emily akan marah padanya karena terkesan meremehkan emily, tapi si cantik itu terlihat biasa saja, malah daniel yang semakin terlihat tidak nyaman.
"aku membelikannya beberapa kali, dia langsung menghancurkannya belum sampai beberapa hari!" emily menggeleng pelan, melanjutkan makan malamnay tanpa peduli dengan sang anak yang hanay diam dan makan dalam keadaan merasa bersalah "aku tidak memarahinya, dia juga tidak memintanya lagu dalam beberapa waktu. Ya, kecuali kalau wolson sudah memamerkan koleksinya, setidaknya aku memberinya satu, mirip seseorang!"
Kali ini bukan hanya daniel tetapi davied juga ikut merasakan kecanggungan, davied sangat tau siapa yang dimaksudkan emily. Ya, tangan nakal davied memang sangat tidak bisa berurusan dengan benda-benda seperti pesawat mainan dan sejenisnya, dia akan menghancurkan. Sekedar informasi, davied sudah pernah menghancurkan miniatur pesawat yang beli dengan raga ratusan dolar dalam waktu kurang dari seminggu.
"karena kau punya banyak uang, belikan saja untuk daniel setiap kali dia merusak maiannya, itu akan sangat membantuku menghemat pengeluaran bulananku!" emily mengeha nafas pasrah "dalam segala aspek, dia terlalu mirip denganmu, aku merasa sedikit tidak adil!"
Davied tersenyum senang, rasanya ia sangat bahagia dengan apa yang sedang terjadi sekarang. emily yang bercerita dan dirinya yang merasa di salahkan karena kemiripan daniel dengan dirinya. Banyak yang bilang kalau anak yang dilahirkan sangat mirip dengan ayahnya, itu artinya sang ibu sangat mencintai dan merindukan ayahnya saat masih dalam kandungan. Benarkah, apa emily dulu sangat merindukannya.
.
.
Emily baru saja membersihkan diri dan bersiap untuk tidur setelah mengecek beberapa hal. Emily memang tidak perlu melalukannya, tapi emily merasa ingin melakukannya. Emily tau kalau davied juga alergi pada udang dan makanan di rumah ini tidak akan pernaha da udang di dalamnya, emily senidri juga tidak terlalu suka makanan laut jadi itu bukan masalah untuknya.
"panggilkan edward untukku!" emily memerintahkan salah satu pelayan untuk memanggil atasan mereka.
Emily duduk dengan tenang, daniel sedang di kamarnya membaca buku. Setelah pulang dari makan malam, daniel yang sedang mencari keberadaan ayahnya untuk menagih pesawat dan memastikan sekali lagi kalau ayahnya tidak hanya sekedar berjanji membelikannya pesawat salah masuk ke ruang perpustakaan pribadi milik davied. Daniel tertarik dengan rak buku yang tinggi dan banyaknya buku yang ada di dalam sana. Emily sempat panik mencari keberadaan daniel sebelum menemukan anaknya sedang duduk manis dengan berbagai buku yang berceceran di lantai. Benar, daniel membuat semuanya berantakan saat menarik buku yang ingin ia lihat.
Isi perpustakaan milik davied terlalu berat untuk daniel, tapi si cerdas satu itu sangat suka dengan apa saja yang ia lihat di buku-buku milik ayahnya. Sebuah gambar mesin uap, pabrik raksasa, tabel-tabel ekonomi sampai dengan beberapa kasus limbah industri. Ada beberapa gambar yang menyeramkan, tapi daniel masih tetap melanjutkan kegiatannya.
Daniel memohon pada ibunya, ia ingin membawa buku-buku itu untuk ia bawa ke kamarnya. Tampa fikir panjang emily menyetujui keinginan anaknya, dia akan bicara pada davied nanti tentang apa yang diinginkan anak mereka.
"kau mencaariku?" davied dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya beserta dengan pakaian santainya duduk di dekat emily, mata kelam milik davied terus memperhatikan bagaimana emily sangat cantik dengan balutan gaun tidurnya. Awalnya davied cemas, berfikir mungkin saja emily meminta pulang atau semacamnya "apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?"
Belum sempat davied mendapatkan jawaban, edward yang tadi sempat di panggil oleh emily datang menghampiri "nyonya mencari saya?" sang kepala pelayan yang ramah itu sedikit menunduk melihat davied juga duduk di sana.
"aku sudah memberitau sebelumnya, jangan ada udang dalam makanan apapun yang ada di rumah ini, davied dan daniel tidak bisa makan udang. Aku tau kalian pasti sudah memperhatikannya, aku hanya ingin memastikan kembali. Apa pakaian yang aku minta sudah sampai? Kalau sudah tolong langsung di tempatkan di kamar daniel, pakaiannya sudah mulai menipis dan beberapa hari ini mendung sehingga pakaiannya belum kering!"
Emily berbicara panjang lebar sebelum diam beberapa saat memikirkan apalagi yang perlu ia katakan "jangan memberikan aroma menyengat pada pakaianku dan daniel, itu akan membaut daniel bersin. Tolong belikan juga beberapa lilin aroma terapi, letakkan di dalam ruang kerja davied. Kalau bisa, aku ingin yang lavender, itu cukum membantu. Itu saja!"
Edward mengangguk mengerti "baik nyonya akan segera saya laksanakan, apa ada tambahan lagi nyonya?"
Emily berfikir sejenak sebelum menggeleng "tolong jangan panggil aku nyonya, emily saja. Kurasa itu saja, terimakasih dan maaf merepotkanmu!" emily tersenyum ramah sebelum edward kembali menunduk hormat dan pergi.
Davied masih disana, memperhatikan emily yang berbicara dengan edward sambil sesekali memainkan ponselnya "kenapa? Apa kau tidak suka di panggil nyonya?"
Emily yang tadinya sedikit lupa dengan keberadaan davied, kali ini langsung mengalhkan seluruh perhatiannya pada ucapan davied "ya, karena aku bukan seorang nyonya. Sebutan itu hanya berlaku untuk nyonya sky, bukan aku!"
"em!" davied sama sekali tidak tau bagaimana caranya ia mengatakan kepada emily kalau sebenarnya mereka berdua tidak pernah bercerai sama sekali.
"benar juga, aku ingin berbicara denganmu jadi aku memintamu untuk kesini. Aku hanya ingin bertanya, berapa lama kau membiarkan kami tinggal?"