Daniel sudah pergi ke sekolah terlebih dahulu, david kembali tidur setelah memerintahkan anak buahnya untuk mengantarkan daniel kesekolah dengan aman. Emily tidak membuka toko bunganya hari ini, tentu saja sebuah pengecualian untuk zach yang sudah ribut menginginkan bunga hari minggunya untuk elleana. Lagipula, emily sudah menyiapkannya lebih dulu untuk diberikan kepada zach.
emily sudah selesai membereskan rumah, sekarang sudah waktunya ia bersiap untuk datang ke sekolah anaknya. Emily masuk ke kamarnya tanpa mengetuk, emily tau kalau davied pasti masih tidur. Semalam emily tidak tau jam berapa davied tertidur setelah menenangkan emily dan kemudian emily terlelap terlebih dahulu di sebelah daniel. Dilihat dari matanya yang sayu saat menghubungi anak buahnya, emily tau kalau davied tidur sangat terlambat tadi malam.
Sekarang emily dalam keadaan yang bimbang, dia akan mandi tapi dirumah kecilnya ini tidak ada walk in closet, hanya ada lemari besar yang ada di kamarnya. Kalaupun mandi di kamar mandi lain juga bukan pilihan yang baik, itu lebih menyusahkan lagi untuk emily. Pada akhirnya emily memilih untuk membawa pakaian yang aman kedalam kamar mandi.
Dua puluh menit kemudian emily keluar dengan celana pendek tipis dan tanktop hitam. Ayolah, setidaknya ini lebih baik daripada selembar handuk yang bisa langsung ditarik kan. Emily membuka lemarinya, ini hal baik karena davied masih berada di temat yang sama dan sepertinya belum terbangun. Emily memilih dress sedikit dibawah lutur dan lengan panjang.
Sebelum menata dan mengeringkan rambutnya yang masih basah, emily perlu membangunkan davied agar mantan suaminya itu bisa bersiap mengingat tadi salah seorang anak buah davied sudah mengantarkan pakaian ganti untuknya. Emily duduk di sisi tempat tidur tepat di sebelah davied, emily mulai menggerakkan tubuh davied untuk membangunkannya.
"davied bangun!" emily menggoyangkan tubuh davied beberapa kali hingga davied mulai memasuki wilayah kesadarannya "davied bangun, kau mau ikut ke sekolah daniel atau tidak?" setelah menyadari davied sudah memiliki kesadaran walaupun belum sadar sepenuhnya, emily berjalan menjauh menuju ke meja riasnya "kau mau pergi denganku, atau mau pergi sendiri, aku tidak bisa menunggu terlalu lama!"
Davied yang mendengar perkataan emily langsung duduk, berusaha mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya yang mungkin saja masih di alam mimpi. Davied berjalan menuju kamar mandi. Emily tau davied akan bersikap seperti ini, jadi emily sudah menyiapkan handuk di dalam kamar mandi.
Davied hanya butuh waktu sepuluh menit untuk mandi dan kemudian keluar dengan hanya menggunakan handuk yang menggantung di pingganya "em, dimana pakaianku?" davied mengedarkan pandangannya tapi davied tidak melihat pakaian yang sudah di siapkan asistennya.
Emily menghela nafas sebentar sebelum keluar dari kamar dan kembali dengan membawa paper bag yang tadi pagi diberikan oleh asisten davied "setidaknya kau bisa memberitaku kalau seseorang akan mengantarkan pakaianmu!" emily memberikan paper bag yang ia pegang kemudian melenggang pergi keluar dari kamar, memberikan davied waktu untuk berpakaian.
Emily berjalan menuruni tangga, rasanya kakinya lemas sekali. Sial sekali bagi emily, seharusnya ia bisa membalas laki-laki menyebalkan itu. Walaupun wajahnya terlihat biasa saja, emily tau kalau laki-laki itu punya niat tidak baik kalau saja emily tidak segera melakukan aksi melarikan diri dari kamarnya. Davied itu terlalu berbahaya. Emily bukannya melupakan apa yang sudah dilakuakn oleh davied pada dirinya di masa lalu, emily hanyalah perempuan normal yang akan bereaksi setelah melihat kotak-kotak menyebalkan yang davied miliki.
Setelah sekitar sepuluh menit menunggu, akhirnya davied turun dengan wajah segar. Kemeja berwarna hitam dan jas abu-abu tua yang dipakai oleh davied sungguh memancarkan aura ketegasan yang luar biasa, kharismanya terpancar untuk mengintimidasi emily yang bersusah payah mempertahankan ekspresinya saat ini.
"minumlah kopimu dulu, setelah itu baru kita pergi!"
.
.
Setelah menghadiri pementasan drama dimana daniel terlibat didalamnya, emily memutuskan untuk langsung pulang yang langsung mendapat anggukan setuju dari davied. Davied jarang menyetir sendiri mengingat ia memiliki supir pribadi selama ia disini. Tapi kalau bersama emily dan daniel, davied lebih memilih untuk menyetir sendiri, itu memberikannya lebih banyak waktu untuk memperhatikan keluarganya.
"kau baik-baik saja em?" tanya davied begitu melihat emily yang seperti melamun.
Emily yang menapat pertanyaan mendadak dari davied hanya menganggukkan kepala dan memperbaiki posisi duduknya "apa kita bisa mampir sebentar untuk makan siang, daniel belum makan siang sejak tadi!" pinta emily masih denga wajah yang melamunya.
Davied menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran yang pernah ia datangi dengan rekan bisnisnya beberapa hari yang lalu. Mengingat davied yang tidak ingin meninggalkan kota kecil ini, terpaksa rekan bisnisnya yang datang untuk menemuinya demi menandatangin kontrak kerjasama mereka.
"ibu, apa itu sudah baik?" pertanyaan tiba-tiba daniel setelah mereka baru saja duduk membuat kedua oran tuanya mengalihkan perhatian penuh kepadanya "aku tadi membuat kesalahan!" daniel masih dengan wajah datarnya menatap sang ibu menunggu jawaban.
Emily tersenyum "anak ibu adalah yang terbaik, ibu bahkan sama sekali tidak sadar kesalahan apa yang anak ibu perbuat, orang lain juga tidak sadar, jadi jangan khawatir!" emily mengusap pelan kepala daniel dengan penuh kasih "anak ibu sudah melakukan yang terbaik!"
Davied hanya tersenyum melihat interaksi emily dan daniel. Rasanya davied sangat ikut ambil bagian dlam percakapan mereka, tapi davied tau dia masih belum pantas. Benar, davied masih belum mendapatkan maaf dari istri dan anaknya. Kesempatan yang mereka berikan terlalu indah, tapi itu malam membuat davied takut kalau ini hanay akan berlangsung seperti ini saja. Davied tidak mau itu, keegoisannya menginginkan lebih dari yang ia miliki saat ini.
Sejujurnya sejak tadi davied ingin mengajak emily dan daniel berbicara, tapi dia sama skeali tidak tau topik apa yang bia ia bahas dengan keduanya. Sejak kecil davied bukanlah orang yang suka bersosialisasi, posisinya di perusahaanpun hanya membeutuhkannya untuk menjadi angkuh dan cerdas di saat yang sama.
Seorang pelayan datang memberikan menu restoran kepada mereka "kau mau pesan apa?" pertanyaan emily itu akhirnya membuat davied mengalihkan fokusnya.
"terserah saja!" jawab davied singkat
"pesan 3 porsi black paper fried chicken, sweet potato, banana split, dua mocca float dan 1 mango juice!" emily mengembalikan buku menu pada pelayan restoran.
Davied menatap takjub pada emily, apakah istrinya itu sudah menghafal menu yang ada disini "apa kau sering datang sebelumnya, kau terlihat sangat ahli menyebutkan nama makanan di tempat ini!"
Emily menggeleng pelan "tidak, aku akan langsung mencari menu black paper karena kau dan daniel sama-sama menyukainya, sweet potato sebagai tambahan karena daftar menunya berdekatan. Aku selalu memesan mango juice untuk daniel karena dia menyukainya, menu lainnya hanya terlintas begitu saja!"
Davied tersenyum kecil, ternyata emily cukup tau tentang makanan yang davied sukai. Emily membantu daniel membuka jaketnya dan memberikannya kepada davied. Davied mengerutkan keningnya dengan bingung, sama sekali tidak mengerti dengan maksud emily.
"satukan dengan jasmu yang kau letakkan disana!"
Davied hanya mengangguk dan mengikuti perintah emily, ternyata menjadi suami yang menurut pada istri itu menyenangkan juga.