.
Emily mengatur bunga lily dalam beberapa kelompok sebelum mengikatnya bersama dan sebuah kain kertas khusus yang sering ia gunakan untuk merangkai bunganya. Walaupun tangannya bekerja dengan sangat baik dan sama seperti setiap harinya, tapi tidak dengan hatinya yang sedang gelisah dengan segala sesuatu yang sudah terjadi kemarin.
Pada awalnya emily mengira semuanya adalah mimpi dimana laki-laki itu menemuinya adalah mimpi, tapi davied kembali menemuinya untuk yang kedua kalinya. Emily menyadari kedatangan davied, sangat menyadarinya ketika jantungnya bisa mendeteksi keberadaan laki-laki itu, beserta dengan hawa keberadaannya dan juga tatapannya pada emily, masih sama seperti dulu. Memang benar, emily masih terlalu mencintai laki-laki itu, mantan suaminya.
Emily ingin menyangkalnya, tapi air matanya saat ini tidak bisa berbohong. Kenapa, bahkan setelah semua yang sudah terjadi diantara mereka berdua, setelah apa yang sudah dilakukan oleh laki-laki itu kepadanya, emily masih tetap mencintainya. Bagaimana caranya setelah semuanya yang sudah terjadi, hati emily tetap tidak berubah pada laki-laki itu. Mungkinkah, apakah emily benar-benar akan sebegitu mudahnya memaafkan mantan suaminya itu.
Emily menahan dirinya dengan kedua tangannya diatas meja, menarik nafas panjang, dia berusaha menahan dirinya agar tetap kuat berdiri diatas kedua kakinya. Emily, merasakan sesak didadanya. Sungguh, secinta itukah seorang emily kepada dirinya. Kenapa, kenapa emily bisa mnejdai sebodoh ini karena cintanya pada davied. Bahkan ketika pertama kali emily melihat davied, melihat tatapan itu dari davied, emily nerasa lemah dan ingin segera berlari, memohon untuk dipeluk kepada davied. Untunglah, saat itu daniel memanggilnya, menahannya saat mengingat davied bisa saja mengambil jantung hatinya itu.
"Ibu!"
Emily berbalik, daniel sudah berada di dekatnya dan menarik bajunya dari bawah. Emily tersenyum, pangerannya yang sangat tampan. Emily berlutut di dekat daniel, masih dengan senyuman yang sama, senyuman penuh kasih sayang seorang ibu. Emily mengusap pelan kepala putranya, kehadiran daniel sangat membantunya dalam mengendalikan dirinya, memberikan nafas yang sangat sulit ia dapatkan beberapa saat yang lalu.
"anak ibu pulang cepat, mau makan cemilan yang ibu buat?"
Daniel mengangguk "ibu, hari minggu besok akan ada festival di sekolah, kami akan tampil di panggung!" daniel berkata dengan tersenyum pada ibunya.
Bagaimanapun daniel bukanlah anak yang ceria atau bersemangat, daniel adalah anak yang sangat tenang dan selalu mengikuti perkataan ibunya. Daniel anak yang sangat pintar dan memiliki bakat yang sangat menakjubkan hingga membuat pusing guru-gurunya. Dengan senyum yang masih sama, emily kembali mengusap kepala putranya.
"benarkah?" mata emily berbinar, dia tau kalau anaknya itu tidak akan mengecewakannya "kalau begitu anak ibu akan menampilkan apa?" emily menunggu jawaban daniel dengan penuh harap.
"aku tidak akan tampil, aku hanya membaca narasinya dari belakang, apa ibu tetap akan datang?" daniel menatap emily dengan tatapan polosnya, menunggu jawaban dari sang ibu.
Emily tidak langsung menjawab pertanyaan daniel, dia membiarkan anaknya duduk dengan tenang dan menuangkan makanan untuk daniel "ibu akan tetap datang untukmu, semua anak bisa melakukan peran apapun yang mereka mau, tapi tidak semua anak bisa menjadi seorang narator, itu tugas orang dewasa!" emily kembali tersenyum dan meletakkan piring di depan daniel "anak ibu memang sangat membanggakan!" emily kembali mengusap kepala anaknya dengan penuh kasih sayang.
Daniel tersenyum, walaupun masih berumur enam tahun, daniel lebih dewasa, dengan otak pintarnya. Daniel memang berumur enam tahun, tapi daniel adalah kekasih ibunya, yang mencintai ibunya lebih dari segalanya. Tentang seorang ayah, daniel mengerti, tapi tak pernah bertanya atau menuntut lebih pada ibunya.
"Daniel, apa kau mau bertemu ayahmu?"
Pada akhirnya emily menanyakannya pada daniel. Dia harus tetap menanyakannya, bagaimanapun davied tetap adalah ayah kandung daniel. Emily menunggu respon daniel dengan cemas, dia tidak tau sama sekali apa yang difikirkan daniel tentang davied, anaknya itu sama sekali tidak pernah menanyakan apapun padanya, tidak pernah meminta lebih padanya.
"Tidak, aku tidak ingin bertemu dengannya, tapi kalau ibu ingin membawanya ke festival sekolah, aku tidak masalah!"
Emily duduk sambil menatap anaknya ayng sedang makan dalam diam. Walaupun dari luar terlihat dewasa daripada umurnya, daniel tetap saja anak-anak yang sangat menggemaskan, apalagi kalau sedang makan seperti ini.
"baiklah, ibu akan membawanya nanti. Tapi sayang, bagaimana kau akan bersikap padanya itu terserah padamu!" bagaimanapun, emily ingin anaknya untuk sama seperti anak-anak lain pada umumnya, punya orang tua yang lengkap.
.
.
Beberapa hari setelahnya davied tidak mengunjungi emily sama sekali, mungkin dia sibuk. Ya, itulah yang difikirkan oleh emily setelah beberapa hari menunggu kedatangan davied, emily tidak bisa menemuinya langsung karena emily tidak tau mau mencarinya kemana. Mengingat, laki-laki yang pernah menjadi suaminya itu adalah seorang pengusaha sukses yang bisa perpergian kemanapun dengan mudah. Bagaimana tidak, kendaraan mewah dari mobil sampai dengan jet pribadi berjejer rapi atas nama dirinya.
Tapi hari ini davied datang, kali ini ini dia langsung masuk dan duduk dengan tenang tanpa berniat mengganggu emily sama sekali. Emily juga hanya meneruskan pekerjaannya, dia menunggu laki-laki itu untuk memulai pembicaraan. Sudah cukup lama dari sejak davied memasuki toko bunganya, pada akhirnya setelah lebih dari satu jam lamanya, davied masih saja diam.
"pergilah kalau tidak ada yang mau kau bicarakan!"
Perkataan emily membuat davied langsung tersentak kaget, dia tersenyum canggung setelah mendengar perkataan emily. Benar, memang seharusnya seperti ini kan, davied harus merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh emily dulu kan. Ternyata rasanya sesakit ini, tidak heran kalau emily lebih memilih menyerah dan pergi bersama dengan daniel dalam kandungannya.
"em, tidak bisakah biarkan aku disini saja? Aku tidak akan mengganggumu, aku hanya ingin melihatmu dan daniel saja!"
Davied menunggu respon emily, tapi si cantik itu tidak memberikan respon apa-apa pada perkataannya, davied menganggapnya sebagai persetujuan, jadi untuk beberapa waktu lamanya sampai emily selesai merangkai bunga yang sudah di pesan, davied masih tetap duduk disana. Seperti yang dikatakan oleh davied, dia tidak mengganggu emily sama sekali, yang dilakukannya menatap emily dengan tatapan sendu, matanya mengikuti kemanapun emily pergi.
Cantik, emily sangat cantik dengan dress selutut dan rambut yang di kuncir satu. Davied tanpa sadar menarik kedua sudut bibirnya, menciptakan senyuman tipis yang mampu membuat para penggemar wajah tampannya itu berteriak histeris. Davied tampan, sangat tampan malah.
"ibu!"
Davied dan emily sama-sama berbalik untuk melihat daniel yang berjalan dengan wajah datarnya. Si kecil menggemaskan itu membawa bunga di tangannya, bunganya sudah layu.
"ibu, mawar biruku sudah layu, aku mau yang baru!"
Davied memberikan bunga mawarnya yang sudah layu dan meminta bunga yang baru pada ibunya. Si kecil mengulurkan tangannya, mencoba meminta pada sang ibu. Emily tersenyum, saat-saat seperti ini membuat daniel terlihat seperti anak umur tiga tahun yang sedang merengek meminta mainan pada ibunya.
"baiklah, tapi kali ini ibu akan memberikanmu lavender, warna ungunya sangat cantik dan juga memiliki aroma yang segar!" emily mengambil bunga lavender dan merangkainya dengan indah sebelum diberikan pada daniel "letakkan dikamar, nanti kembali kemari setelahnya ya!" emily mengusap kepala daniel dengan tersenyum.
Daniel mengangguk dan segera bergegas pergi. Setelah daniel pergi, kembali hanya tinggal mereka berdua disana. Davied hanya diam, tapi wajah bahagia sangat terlihat dari dirinya. Davied senang, sangat senang melihat bagaimana interaksi manis antara istri dan anaknya. Davied memang bodoh, bagaimana bisa dia membuat dirinya semenyedihkan ini.
Daniel mengangguk dan segera bergegas pergi. Setelah daniel pergi, kembali hanya tinggal mereka berdua disana. Davied hanya diam, tapi wajah bahagia sangat terlihat dari dirinya. Davied senang, sangat senang melihat bagaimana interaksi manis antara istri dan anaknya. Davied memang bodoh, bagaimana bisa dia membuat dirinya semenyedihkan ini.
Tidak butuh waktu lama, daniel sudah kembali untuk menemui emily. Dengan cekatan daniel duduk diatas kursi tepat di sebelah davied, membuat sang ayah gugup sekaligus bahagia disaat yang sama. Sang ibu masih sibuk dengan rangkaian bunga terakhir yang ia buat saat ini.
"daniel ada acara festival sekolah besok. Besok hari minggu, kalau kau tidak sibuk kau boleh datang ke acara itu. Daniel akan menjadi pembaca narasi untuk drama sekolah mereka!"
Davied cukup terkejut mendengar perkataan emily. Apakah itu ditunjukkan untuknya, benarkah? Davied sangat bahagia sampai rasanya ia akan melompat saking bahagianya "tidak, aku tidak sibuk, aku pasti akan datang!" davied tersenyum senang, sungguh ini adalah hari bahagianya setelah beberapa hari dia hampir gila memikirkan emily.
Emily berbelik setelah menyelesaikan bunga terakhir yang harus ia urus. Matanya menatap davied dan daniel bergantian. Emily tau kalau mereka berdua mengenali satu sama lain tapi tetap saja akan sangat canggung kalau mereka tidak berkenalan secara resmi "kau mau berkenalan sendiri atau perlu aku kenalkan?" tanya emily dengan ekspresi yang menuntut jawaban dari davied.
Davied hanya diam, tapi emily perlu jawaban yang cepat "Daniel, ini ayahmu!" emily menunjuk pada davied dengan matanya "davied dawson sky! Sepertinya aku tidak perlu memperkenalkan daniel padamu kan. Kau sudah tau namanya, daniel davied sky, anakmu!"
Emily menghela nafas, diam-diam dia sangat gugup setelah dari awal ia sudah mempersiapkan diri setelah meminta daniel untuk datang kembali setelah meletakkan bunga di kamarnya. Emily merasakan jantungnya yang berdegup dengan sangat kencang, kakinya terasa lemas untuk berdiri, emily akhirnya memilih untuk duduk pada akhirnya.