Flash Back
Emily berlari dengan sekuat tenaganya, ia harus sampai tepat waktu sebelum ia mendapatkan omelan lagi hari ini. Sial, satu menit lagi dan ia baru saja sampai di depan tempat kerjanya. Emily berlari menuju lift yang dikhususkan untuk pegawai, menuju ke lantai teratas gedung. Kesibukan dapur dan para pelayan restoran menyambutnya. Benar, emily bekerja sebagai pelayan restoran.
Emily cantik, dengan tinggi yang ideal untuk tubuhnya. Rambutnya indah, warna hitam kecoklatan yang mengagumkan. Senyuman manis dan mata biru, itu adalah suatu keindahan tak terbantahkan yang dimiliki oleh seorang emily alexander. Emily masuk dengan terburu-buru keruang ganti untuk mengganti bajunya dengan baju khusus pelayan. Tapi sialnya sesuatu terjadi disana.
Suara apa itu, emily seperti mendengar suara decakan dan juga suara perempuan seperti sedang merintih. Apa itu hanya khayalan emily saja, atau ada seseorang yang mengintipnya. Oh tidak, emily harus melakukan apa sekarang. Baiklah tarik nafas terlebih dahulu, emily harus memeriksanya dengan baik.
'Ceklekkk' emily membuka pintu perlahan
Mata emily membulat sempurna, seorang pelayan sedang merayu seorang laki-laki yang malah menatapnya dengan tatapan dingin. Ayolah, tatapan itu sangat menusuk sampai membuat emily merinding rasanya. Apa emily sudah mengganggu kegiatan mereka, sepertinya begitu. Emily hanya tersenyum kaku sebelum menutup kembali pintu yang tadi ia buka. Benar, tamat sudah riwayatnya.
"tunggu!"
Emily membeku di tempat beberapa saat sebelum tubuhnya bergetar takut, mungkin emily benar-benar sudah tamat dengan kesalahannya ini. Oh astaga, dimana lagi emily bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi dan pekerjaan yang tak terlalu sulit bagi tubuh tapi sangat sulit bagi hatinya karena harus bertemu dengan orang-orang kelas atas yang sangat bangga dengan kekuasaan mereka.
"maafkan aku tuan, aku tidak bermaksud mengganggumu, aku benar-benar minta maaf!" emily berusaha melepaskan tangannya yang sedang di cengkram kuat oleh laki-laki yang tadi ia ganggu kegiatannya.
Bukannya memperhatikan emily yang sedang memohon, laki-laki itu malah memandang perempuan yang tadi bersama dengannya di ruangan itu "kau, pergi dari sini dan jangan pernah kembali, aku tidak akan membiarkanmu selamat setelah ini!" laki-laki itu berucap dengan sangat dingin dan tajam, emily bergidik ngeri mendengar laki-laki itu berdesis marah setelahnya.
Mengambil kesempatan saat itu, emily melepaskan cengkraman laki-laki itu di tangannya sebelum emily berlari keluar, ia kembali ke kamar ganti yang tadi ia pakai, ia bersembunyi disana. Sesuai dugaannya, laki-laki itu akan mengira emily berlari keluar karena emily sengaja membiarkan pintu ruang gantinya terbuka sementara dirinya berada di balik pintu. Siapa yang menduga bukan bahwa emily tidak akan mengunci pintu dan malah membukanya.
Emily menunggu beberapa saat sebelum ia memastikan dengan baik dengan telinganya kalau kedua orang itu sudah pergi. Emily yakin kalau wanita yang bersama dengan laki-laki tadi itu bukan pelayan restoran ini, tapi kenapa memakai pakaian pelayan seperti itu. Emily juga melihat perhiasan yang dikenakannya, jelas saja itu adalah barang asli. Melihat perhiasan mahal sudah menjadi kesehariannya mengingat tempatnya bekerja adalah restoran mewah milik salah satu tuan muda yang terkenal dengan kata Playboy.
Emily bernafas lega, rasanya emily akan membuang laki-laki itu kelaut kalau ia bertemu dengan situasi yang menguntungkan lain kali. Lagipula apa-apaan wanita itu, sangat menyebalkan sekali melihat wajahnya. Emily adalah orang yang berprinsip menikah satu kali seumur hidup dan kemudian bahagia dengan suaminya nanti, jadi dia tidak akan mendaftarkan diri untuk menjadi kandidat simpanan pada tuan muda kaya raya.
Setelah kejadian pagi ini, emily sempat dimarahi oleh atasannya. Tapi tenang saja, emily sudah biasa menghadapi hal seperti ini, dia baik-baik saja. Emily bahkan mendapatkan tip hari ini, sunggu menyenangkan karena hari ini ada seorang tuan muda yang melamar kekasihnya di tempat ini, sangat romantis.
"emily, kami mau ke bar, aku mau ikut?" pertanyaan antony yang merupakan teman kerja emily membuat emily berfikir sejenak sebelum si cantik menepuk keningnya.
Emily tersenyum menyesal "maaf antony, mungkin lain kali. Aku ada urusan yang sangat penting, aku hampir saja lupa!" emily mengambil tasnya setelah ia selesai memperbaiki ikatan tali sepatunya "aku duluan, kalian bersenang-senanglah!"
Emily kemudian berlari dengan tergesa menuju ke arah lift.
.
.
Emily mengecek ponselnya sekali lagi, benar ini alamatnya. Emily ragu untuk masuk, tapi ia tidak punya pilihan lain. Emily melangkah menuju gerbang besar dari mansion super mewah yang menjadi tujuan kedatangannya hari ini. Emily mendekati gerbang, memanggil seseorang yang sedang berjaga di pos malam itu.
"permisi!"
Hanya satu kali memanggil penjaga pos itu langsung mendatangi emily yang berada di luar gerbang. Tatapannya penuh selidik, meneliti apa tujuan emily datang kemari. Emily memperlihatkan sebuah kartu nama pada laki-laki yang sudah berumur itu.
"aku emily, aku ada sedikit urusan dengan pemilik rumah. Kalau dia tidak sibuk, bisakah kau sampaikan bahwa emily alexander ingin bertemu dengannya?" emily memberikan sebuah surat yang terlihat tua "tolong berikan ini pada tuan dawson, aku akan berada disini kalau kau memang tidak mengizinkan aku masuk!" Emily berharap, semoga kali ini ia berhasil.
"baiklah, aku akan mencoba menyampaikan kepada tuan dawson, diterima atau tidak nya nanti akan aku sampaikan!"
Cuku lama emily menunggu di depan gerbang sebelum beberapa orang dengan setelah jas datang menemuinya. Emily menatap bingung pada penjaga pos yang tadi ia minta tolong. Apa emily membuat kesalahan, kenapa hari ini ia sial sekali hingga semua urusannya tidak lancar. Ah tidak juga, acara lamaran hingga akhirnya emily mendapatkan tip itu berjalan dengan lancar.
Gerbang besar itu dibukakan oleh mereka. Emily masih terdiam karena tidak tau apa yanng sbeenarnya terjadi, dia di izinkan untuk menemui tuan dawson atau tidak, dia hanya ingin menyampaikan keinginan terakhir ayahnya sesuai dengan perintah ayahnya. Benar, emily harus menyampaikannya sendiri.
"nona emily alexander, saya jonathan asisten pribadi tuan dawson!"
emily menatap bingung tuan jonathan yang sedang membungkuk hormat padanya. Sebagai seorang pelayan restoran, emily terbiasa untuk memberi hormat secara profesional pada pelanggannya. Tapi emily hanya tamu yang ingin bertmu dengan tuan dawson, bukan orang hebat ataupun kalangan kelas atas yang biasa menerima hormat seperti itu.
"maaf tuan jonathan, apakah tuan dawson mengizinkan saya untuk bertemu, saya ada urusan yang harus saya sampaikan langsung kepada beliau!" emily tersenyum canggung, seperti ini rasanya aneh sekali baginya.
"silahkan ikut saya nona alexander!"