Chereads / Love My Destiny / Chapter 27 - LoveMyDestiny-27

Chapter 27 - LoveMyDestiny-27

Karena Qionglin tengah sakit, dan tidak bisa meracik atau membuat teh. Liu memutuskan untuk menutup kliniknya sementara. Bukannya tidak bisa jika tidak ada Qionglin, hanya saja pria itu lebih mementingkan untuk merawat Qionglin sampai sembuh. Dia tidak ingin penyakit Qionglin akan semakin parah. Belum lagi cuaca saat ini sangat dingin dan sering turun hujan.

Begitu juga dengan Zhishu yang mengetahui Qionglin sakit, tak henti-hentinya dia memarahi Liu dan menyalahkan jika semua ini salah Liu. Kalau saja Liu tidak memaksa Qionglin untuk terus menumbuh obat atau mungkin membuat teh, mungkin saja hal ini tidak akan terjadi. Qionglin tidak akan sakit dan bisa menemani Liu ke klinik. Sayangnya takdir berkata lain.

"Lain kali jangan mau Nona Qionglin, anak ini memang sedikit bandel sejak kecil." dengan sengaja Zhishu pun sampai menarik telinga Liu hingga memerah dan membuat sang empu meringis kesakitan.

Sedangkan Qionglin dia hanya mampu tertawa sambil menikmati bubur nasi buatan Zhishu, "Iya mungkin dia sedikit bandel. Dan terus saja memaksakan diri untuk merawatku."

"Itu karena aku peduli denganmu, aku tidak ingin kau sakit seperti ini." sahut Liu cepat dan membuat Qionglin menunduk.

Pria itu merebut mangkuk yang ada di tangan Xianlun, dan meminta wanita itu untuk minggir karena dia ingin menyuapi Qionglin. "Di rumahmu tidak ada pelayan ya, Qiong? Apa semuanya kau urus sendiri?"

Qionglin mengerjapkan matanya berkali-kali menatap Wenhua dan juga Xianlun yang diam saja. Berbeda dengan Zhishu yang langsung celingukan tak mendapatkan satu orang pun kecuali di ruangan ini. Atau mungkin para pelayan yang menyiapkan sesuatu atau membersihkan sesuatu.

Seakan tahu kode Qionglin, Xianlun pun menyentilkan tangannya ke belakang. Dan tak lama muncullah beberapa pelayan rumah ini yang membuat Wenhua dan juga Bao Yu terkejut.

"Mungkin tadi mereka sedang istirahat, dan tidak ada yang tahu jika ada orang. Mohon maafkan mereka." ucap Xianlun menunduk.

Zhishu memaklumi, mungkin apa yang dikata Xianlun itu benar. Sampai akhirnya Zhishu mengajak Xianlun dan yang lain pergi, meninggalkan Qionglin dan juga Liu berdua di kamar Qionglin. Pria itu masih saja memaksa Qionglin untuk terus makan, sedangkan wanita itu sudah merasa mual jika perutnya terus saja diisi.

Perut ular akan makan satu minggu sekali dalam porsi banyak, setelah itu dia akan tidur hingga dia akan bangun dalam keadaan lapar. Tapi tujuh hari yang lalu Qionglin kembali ke Summer Palace, dia kembali ingin bertanya tugas dengan Dewi Kwan In. Tugas yang menurutnya sangat sulit untuk dipecahkan dan dimengerti.

Dan tujuh hari ini juga Qionglin merasa aneh dengan sikap dan hidupnya. Dia merasakan hal yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, dan itu terjadi pada Liu. Padahal Qionglin tahu jika selama ini Wenhua menyimpan rasa untuknya, hanya saja Qionglin tidak bisa membalas rasa itu. Karena dia tidak merasakan apapun pada Wenhua.

"Sudah jangan menyuapiku terus. Aku sudah kenyang Liu." Qionglin mendorong sendok yang hampir saja masuk kembali ke mulutnya. Manusia ini benar-benar membuat Qionglin ingin merubah diri dan menggigitnya, kalau bisa membuat pria itu menjadi siluman sekalian dan hidup abadi bersama dengan Qionglin.

Eh! Bukannya itu termasuk sifat egois? Lalu bagaimana dengan sifat cinta dan juga kasih sayang?

"Kau yakin? Sekarang minum obatmu agar kau cepat sembuh." Liu mengambil keramik kecil yang berisikan obat, lalu meminta Qionglin untuk meneguknya.

Rasanya memang pahit tapi ini adalah obat paling manjur untuk menurunkan panas dan sakit tenggorokan.

"Tiga hari kau akan sembuh Qionglin."

"Terima kasih, kau sudah merawatku dengan baik. Aku janji jika aku sembuh aku akan membantumu ke klinik. Kita bisa memeriksa pasien mu bersama."

Liu tersenyum dia pun mengangguk, inilah yang diharapkan Liu jika dia bisa menghabiskan waktu bersama dengan Qionglin sepanjang hari. Liu bisa belajar menerima takdirnya bersama dengan Qionglin. Melepas masa lalu, dan menerima masa depan. Dan dalam hati Liu berdoa jika dia bisa bertakdir atau dipertemukan dengan wanita secantik dan selembut Qionglin Tianshi untuk menjadi jodohnya di masa depan.

Bertepatan dengan itu Liu maupun Qionglin pun cukup terkejut saat mendengar suara petir yang begitu kencang. Bahkan Liu juga bisa melihat Qionglin yang langsung menutup kedua telinganya, dan mengeluarkan keringat dingin, tanda jika wanita itu sangat ketakutan.

Liu menyentuh bahu wanita itu dan suara petir kembali terdengar. Sehingga membuat Qionglin langsung memeluk Liu dengan begitu erat. Dia takut, dia sangat takut dengan suara petir. Karena hal itu mampu mengingatkan Qionglin pada Ibunya. Ibu Qionglin telah meninggal saat Qionglin bertapa, entah karena alasan apa Ibunya meninggal sampai saat inipun Qionglin tidak tahu alasannya. Belum lagi Ayah dan adiknya juga meninggal tanpa alasan. Sebenarnya petir bukanlah penyebab mereka meninggal, hanya saja jika mendengar suara petir Qionglin seakan di ajak untuk melihat bagaimana mengenaskannya keluarganya meninggal saat dirinya bertapa.

Liu membalas pelukan itu dengan begitu erat, dan mencoba menyakinkan Qonglin jika semuany akan baik-baik saja. Suara petir pun juga akan hilang dengan sendirinya, dan itu juga tidak akan bertahan begitu lama. Tapi tetap saja Qionglin takut akan hal itu.

"Tolong jangan tinggalkan aku." ucap Qionglin memohon.

"Aku tidak akan meninggalkanmu Qiong" ucapan Liu seakan mantra bagi Qionglin, sehingga membuat wanita itu langsung mengangguk dengan mata yang terpejam. "Tidurlah, aku akan menemanimu."

Qionglin lagi-lagi mengangguk, dia pun memejamkan mata sambil memeluk Liu. Meremas baju pria itu untuk menyalurkan rasa takutnya. Sedangkan Liu sendiri sejak tadi terus mengusap lengan bagian atas dan mencoba menenangkan Qionglin yang masih ketakutan.

Perlahan Liu pun bersenandung kecil, berharap jika wanita yang ada di dekapannya itu bisa tidur dengan lelap hingga hari esok. Tapi yang ada wanita itu mulai membuka matanya dan menatap Liu dengan tatapan nanarnya.

"Apa suaraku mengganggumu?" ucap Liu bingung.

Qionglin menggeleng, "Tidak, suaramu tidak menggangguku."

"Lalu kenapa kau tidak tidur? Ada yang mengganggu pikiranmu?"

Qionglin mengganggu dia pun mengutarakan apa yang mengganggu pikirannya saat ini. Antara cinta dan kasih sayang mana yang lebih kuat?

"Cinta…" Liu menatap Qionglin dalam, seakan tengah menunjukkan jika kekuatan cinta itu lebih besar dibanding segalanya. "Kekuatan cinta mampu mengalahkan semua hal, termasuk kasih sayang." ujarnya.

"Kenapa seperti itu? Bukannya mereka itu sama? Sama-sama merasakan rasa yang aneh dalam diri kita masing-masing."

"Semua orang akan berpikir jika kasih sayang adalah jalan utama untuk menuju cinta. Makanya kamu berpikir jika kasih sayang dan cinta adalah sama. Sebenarnya mereka memiliki makna yang berbeda." Liu menarik selimut milik Qionglin dan meminta wanita itu untuk tidur. "Cinta itu murni dari hati, perasaan cinta akan muncul dengan sendirinya. Tidak ada paksaan sama sekali, tidak mengenal waktu dan usia. Memiliki rasa ingin melindungi dan ingin bersama selamanya. Sedangkan kasih sayang dua kata yang artinya pemaaf, murah hati. Dan itu biasanya ditunjukkan pada sahabat keluarga atau mungkin teman. Seperti---"

"Seperti aku dan Wenhua? Kita bersama sejak kecil dan dia bilang jika dia menyayangiku. Apa itu juga termasuk kasih sayang?" potong Qionglin cepat.

Liu langsung menatap Qionglin heran, dia pun memiringkan kepalanya sambil meneliti ekspresi wajah Qionglin yang tampak bingung. "Bukannya Xianlun bilang jika kau dan Wenhua itu sepupu? Lalu kenapa bisa Wenhua bilang jika dia menyayangimu?"

-LoveMyDestiny-