Ini sudah hari ketujuh Liu tak bertemu dengan Qionglin. Wanita itu seakan terang-terangan menghindari Liu, entah apa yang diperbuat Liu sampai wanita itu bersikap sedemikian rupa. Liu kadang bertanya pada Xianlun yang sering dijumpai nya, tapi wanita itu memilih bungkam dan tidak berkata sepatah katapun. Curiga, tentu saja iya Liu dengan wanita itu. Atau mungkin Liu melakukan kesalahan sehingga wanita itu memilih pergi? Tapi kesalah apa yang di berbuat Liu sehingga wanita itu bersikap seperti ini pada Liu?
"Liu, aku sudah lama sekali tidak melihat Nona Qionglin, apa dia sedang sakit?"
Ucapan Zhishu membuat Liu menoleh, dia pun menghembuskan nafas gursanya. Tidak hanya Zhishu, dirinya juga tidak bisa bertemu dengan Qionglin selain Xianlun.
"Tidak, mungkin saja Qionglin sedang sibuk kakak ipar."
Zhishu mengangguk mungkin saja apa yang dikatakan Liu benar, jika wanita itu sedang sibuk. Entah sibuk apa, tapi Zhishu berpikir jika mereka sedang dalam masalah besar. Wanita itu memilih pergi meninggalkan Liu yang tengah menikmati secangkir teh hangat dengan tatapan kosong.
Banyak yang dipikirkan oleh Liu saat ini, dia tengah memikirkan ucapan Yuenyi beberapa hari yang lalu. Yuenyi meminta Liu untuk berkata jujur pada Han Co'an tentang perasaan, sedangkan Han Co'an sendiri malah minta Yuenyi menikah dengan pria lain. Liu juga tidak mungkin melakukan hal itu, di merasa tidak enak dengan Han Co'an jika dia tahu, jika selama ini Liu menyukai Yuenyi. Tapi jika melihat Yuenyi menikah dengan pria lain, Liu juga tidak suka.
"Jangan bodoh Liu, hanya karena cinta kau bertindak egois." guman Liu.
Pria itu bangkit dari duduknya, mengambil tas kulitnya berwarna coklat lalu menyampirkan di bahu kirinya. Liu memanggil Zhishu dan berpamitan jika dia akan pergi sebentar. Siang ini bisa atau tidak Liu harus bertemu dengan Qionglin apapun caranya pria itu harus bertemu. Banyak hal yang ingin dibahas dengan Qionglin, termasuk kenapa wanita itu tidak mau bertemu dengan Liu. Yang jelas pasti Liu melakukan kesalah terbesar, sehingga wanita itu marah padanya.
Disepanjang perjalanan Liu bertemu dengan anak kecil yang menjual tusuk rambut jepang, dengan warna biru berlogo putri raja dan juga dua butiran kristal berwarna biru juga. Tidak mungkin juga dia datang ke rumah Qionglin tanpa membawa apapun. Hingga akhirnya Liu pun membeli tusuk rambut itu dan memasukkan pada kotak coklat ukiran kayu.
Banyak sapaan dari banyak warga yang mengenal Liu. Ada juga yang meminta Liu untuk memeriksa keluarganya yang tengah sakit. Untuk menolak pun Liu tak sanggup, sampai akhirnya dia pun memeriksa keluarga itu dan memberi resep pada mereka.
Hingga akhirnya hujan pun turun begitu deras, Liu memilih nekat pergi ke rumah Qionglin yang tinggal berjarak dua rumah. Dia pun mengetuk pintu gerbang rumah ini dan muncullah satu wanita dengan payung di tangannya.
"Mencari siapa?" ucapnya dengan nada lirih.
"Aku Liu Changhai, bisa aku masuk? Aku ingin bertemu dengan Nona Qionglin."
Wanita itu diam sejenak sambil memperhatikan penampilan Liu dari atas hingga bawah. Sampai akhirnya wanita itu meminta Liu untuk menunggu, sedangkan dirinya akan masuk dan meminta izin pada pemilik rumah.
Dalam hati Liu berharap jika dia bisa masuk dan bertemu dengan Qionglin. Kalaupun tidak mau, mungkin Liu akan melakukan aksi mogok sampai akhirnya Qionglin mau bertemu dengan Liu.
Jika tadi yang membuka wanita lain, sekarang yang keluar adalah Xianlun, selalu saja seperti itu. Pikir Xianlun.
"Tuan Liu ada perlu apa? Bukannya tadi pagi aku sudah mengantar obat dan resep baru dari Nona Qionglin?"
Pagi tadi Xianlun memang menemui Liu untuk mengantar resep dan beberapa obat untuk Liu. Padahal Liu berharap jika pagi tadi Qionglin yang mengantar obat itu untuknya, dan ternyata Liu harus menelan pil pahit saat Xianlun yang datang.
"Aku ingin bertemu dengan Qionglin, apa wanita itu ada?"
Xianlun diam sejak sambil menatap ke arah belakang, disana ada Wenhua yang berdiri sambil menyembunyikan satu tangannya dibelakang. Selama tujuh hari ini Qionglin pulang ke Summer Palace untuk menyakinkan dirinya dengan keputusan yang dia ambil. Dia juga harus bertemu dengan Dewi Kwan In untuk hal ini, dan berharap keputusan yang dia ambil ini adalah jalan takdirnya. Dan sekarang Liu datang dan ingin bertemu dengan Qionglin. Yang saat ini Qionglin saja belum kembali ke dunia manusia, entah kapan wanita itu kembali tapi Xianlun juga tidak mungkin meminta Liu untuk kembali.
Akhirnya Xianlun pun mengajak Liu untuk masuk, meminta Bao Yu untuk membuatkan secangkir teh untuk Liu. Dan Wenhua pun menemani Liu untuk sekedar minum teh, sambil menunggu keajaiban jika Qionglin akan pulang hari ini.
"Ah iya Tuan Liu, perkenalkan ini Wenhua dia adalah kakak sepupu Qionglin." ucap Xianlun mengenalkan Wenhua. Pria itu hanya tersenyum sambil menatap Liu yang hanya tersenyum pula. "Sedangkan wanita itu dia adalah Bao Yu, dia adik dari Wenhua." ujarnya.
Lagi Liu mengangguk dan tersenyum, sedangkan Wenhua dan juga Bao Yu sudah melotot dimana kedua bola mata mereka hampir saja lepas dari tempatnya. Tidak ada jalan lain untuk melakukan hal itu, jika berbohong demi kebaikan semoga Dewi Kwan In mau mengampuni dosa Xianlun.
"Dimana Qionglin? Bisa aku bertemu dengannya?"
Pertanyaan Liu mampu membuat Xianlun menatap Wenhua. Pria itu duduk dengan tenang sambil menikmati secangkir teh nya, seakan dia tidak gelisah maupun gugup dengan pertanyaan Liu.
"Qionglin dia sedang---" Wenhua menghentikan ucapannya saat mendengar suara batuk dari dalam rumah. Pria itu langsung bangkit dari duduknya begitu juga dengan Liu dan yang lain.
Semua orang mengikuti langkah Wenhua yang menuju ke kamar Qionglin. Dan disana sudah ada Qionglin yang terbaring lemah dengan wajah pucatnya. Wenhua tampak panik apalagi Liu yang langsung memeriksa Qionglin. Tubuh wanita itu demam, dan bibirnya pun terlihat sangat pucat.
"Qionglin kau sakit, kenapa tidak bilang padaku?" tangan Liu menempel di dahi Qionglin, dan meminta Xianlun untuk mengambilkan air untuk mengompres dahi Qionglin. Nyatanya wanita itu meminta pelayan rumah ini untuk mengambilkan apa yang dibutuhkan Liu.
"Qionglin kapan kau kembali. Kenapa tidak memberitahuku?" pertanyaan spontan itu langsung membuat Liu menoleh dan menatap Xianlun curiga. Sedangkan Wenhua yang berdiri di belakang wanita itu pun langsung menarik rambutnya pelan, berharap wanita itu sadar dengan apa yang dia ucapkan. "Maksudku, aku sudah bilang jangan terlalu banyak gerak kau sedang tidak enak badan. Dan sekarang bajumu basah, kau pasti hujan-hujan." ralat Xianlun.
"Qionglin kau sedang sakit kenapa kau tidak bilang padaku? Aku bahkan berpikir jika kau marah padaku, sehingga kau tidak mau bertemu denganku."
Tanpa sadar Liu tengah menggenggam tangan Qionglin cukup erat. Seakan genggaman itu membuktikan betapa khawatirnya Liu terhadap Qionglin.
Menyadari akan sikap Liu, Qionglin pun menarik tangannya dan membuat Liu menatapnya kecewa. "Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, aku hanya kelelahan saja. "
Lagi, Liu menggenggam tangan Qionglin dan mengusapnya lembut. Entah keberanian dari mana tapi Liu ingin melakukan hal ini, dan menyakinkan Qionglin jika apapun yang terjadi Liu akan bersama dengan dirinya. Walaupun dia sendiri tidak yakin dengan dirinya sendiri.
"Aku akan merawatmu sampai sembuh. Tolong jangan menolak kebaikanku. Kau sudah banyak membantuku, sekarang giliranku untuk membantumu, Qionglin."
Dan sekarang bagaimana caranya Qionglin menolak dan meminta pria itu untuk pergi dari rumahnya? Jika tatapan memohon itu kembali membuat Qionglin tak berdaya.
-LoveMyDestiny-