Perubahan sikap Chelsea dan perang batin Bella semakin jelas. Chelsea yang sudah lima tahunan bekerja di kantor ini pasti sudah tahu persis bahwa CEO-nya adalah lelaki dingin dan kaku. Ia tak pernah menampakkan sikap ramah sekalipun kepada karyawan, apalagi iseng-iseng meledek perempuan di kantormya. Tetapi Chelsea beberapa kali memergoki bos dinginnya itu beradu mulut dengan sekretaris barunya, Bella.
Chelsea menduga keras bahwa Vincent jatuh hati kepada Bella karena perbedaan sikapnya terhadap gadis itu sangat nampak jelas. Padahal Chelsea tahu sendiri bahwa Bella tak memiliki sopan santun sama sekali, bahkan ketika Ia baru dua hari dipindahkan ke kantor CEO, Bella berani membantahnya terang-terangan.
Sekarang Chelsea mengerti bahwa lelaki itu memindahkan Bella karena Ia ingin selalu dekat dengan gadis itu. Bella, gadis yang kepalanya keras ternyata sikap dan kemauannya juga keras. Chelsea tak kesulitan untuk terus mengajari Bella teknis-teknis yang harus Ia kuasai sebagai sekretaris Vincent.
"Bella, Kau tidak segera membuka hati untuk Pak Vincent? Mengapa?" tanya Chelsea.
"Chelsea, jadi Vincent itu tidak enak. Itu artinya jadi pasangan Vincent juga sudah pasti tidak enak," tanggap Bella sambil memiringkan bibirnya kesal.
"Aku tidak mengerti apa maksudmu," ucap Chelsea.
"Semua garis hidup Vincent sudah ditentukan oleh kedua orangtuanya, termasuk jadi CEO di sini dan tentu saja perjodohannya. Ia telah memiliki calon tunangan," ucap Bella.
"Bagimana Kau bisa berkata seperti itu?" Chelsea tidak percaya, gadis itu pasti hanya sedang merajuk.
"Vincent tidak pernah mengatakannya padamu?" Bella balik bertanya.
'Tentu saja Vincent tidak pernah mengatakannya pada siapapun, lelaki itu tidak memiliki lingkungan sosial yang baik,' batin Bella.
"Rupanya Pak Vincent bicara banyak hal kepadamu, Bella. Asal kau tahu, tidak ada seorang pun di sini yang pernah beliau ajak bicara soal hal privat seperti itu. Hanya Kau, dan aku mrasa itu artinya Pak Vincent memiliki rasa yang lebih dalam kepadamu daripda sekadar karyawan," tutur Chelsea panjang lebar.
"Maaf Chelsea, bagaimanapun Vincent menyukaiku, tidak akan mengubah keputusan orangtuanya tentang perjodohan itu. Walaupun jika aku juga menyukainya, itu semua hanya akan menyiksa perasaannya," ucap Bella menekankan kata 'jika'.
"Hah? Jadi kau juga menyukainya, Bella?" Chelsea setengah terkejut, tapi di sisi lain Ia juga menunjukkan sikap prihatinnya.
"Mana mungkin, aku tadi sedang mengatakan perandaian, Chelsea. Aku bahkan sangat membencinya," Bella menaikkan suaranya.
"Mengapa begitu? Kau jangan menyiksa diri dengan penyangkalan, Bella," tanggap Chelsea.
"Ada banyak hal yang ada pada Vincent yang tidak kusukai," ucap Bella.
"Misalnya?" Chelsea mengejar dengan bersemangat.
Tentu saja banyak sekali, "Aku tidak akan memberitahumu, karena itu rahasia gelap Vincent yang akan menjadi aib jika orang lain sampai tahu," dalih Bella.
Saat Bella diminta untuk mendikte kebobrokan Vincent, maka semua memorinya seakan lenyap, sedangkan saat Ia memikirkannya untuk diri sendiri maka semua kejelekan Vincent seakan antre untuk diabsen satu persatu.
Vincent memang tidak sepenuhnya buruk, bahkan berkat kekurangannya bahwa Ia sangat dikekang oleh kedua oragtuanya, Ia menjadi sesukses sekarang. Sukses adalah hal positif yang didambakan oleh orang-orang. Vincent sempurna di mata publik meskipun sejatinya Ia hanyalah anak lelaki malang yang melampiaskan kesedihannya dengan cara mabuk dan seks bebas.
Tetapi yang sangat mencengangkan adalah ketika Bella menganalisis berita lokal yang menyiarkan kecelakaan tabrak lari beberapa hari lalu dengan menggabungkan pengakuan Vincent. Bella merasa bahwa keputusannya untuk menghindari lelaki itu sangat benar. Ternyata lelaki itu adalah psikopat. Kecelakaan itu adalah buah rekayasa Vincent.
Vincent melenyapkan nyawa orang lain hanya karena Ia adalah biang kerok dari bocornya rahasia kebobrokannya sendiri. Ia tidak hanya hypersex tetapi juga psikopat.
Untung waktu itu Alanis hanya mendengar tentang Vincent yang hobi main ranjang. Bella memendam rasa takut ini untuk sementara waktu. Ia tidak akan membicarakannya pada siapapun, Ia akan berbicara sendiri pada lelaki mengerikan itu. Biarkan dirinya yang menjadi incaran korban Vincent selanjutnya asal tidak ada orang lain yang kehilangan nyawa karena mengusik Vincent.
"Anda membunuhnya, Pak? Tega! Psikopat!" isak Bella.
Gadis itu menahan selama berjam-jam untuk melontarkan pernyataan itu kepada Vincent.
"Membunuhnya? Apa maksudmu, Bella?"
Vincent menampakkan wajah bingungnya pada ucapan Bella dan sikapnya yang tiba-tiba aneh. lelaki itu mengurungkan diri untuk menyesap kopi yang dibawakan Bella.
"Bapak tidak usah pura-pura. Dasar psikopat," desis Bella.
Vincent semakin bingung dengan apa yang dikatakan oleh gadis itu, Bella memang gadis aneh, tetapi keanehannya sekarang benar-benar ganjil. Tiba-tiba Ia menuduh secara random bahwa Vincent telah melakukan pembunuhan.
"Jujur aku bingung dengan apa yang Kau bicarakan, Bella," tanggap Vincent.
"Karyawan yang pernah tidur bersama Anda tiba-tiba meninggal dengan cara tabrak lari. Tak selang dua hari kemudian, Anda menikmati lelucon pribadi yang sangat tidak lazim, sesumbar tentang nasib yang melawan Anda," ucap Bella.
Suasana hening, Vincent tak menanggapi ucapan Bella sedangkan gadis itu menunggu reaksi bosnya. Tak ada sesuatupun yang bisa menyela emosi keduanya.
"Bella, apa Kau sudah mengatakan hal yang Kau katakan kepadaku di depan umum, termasuk di medsosmu?" Akhirnya VIncent angkat suara.
"Untuk apa aku melakukan hal seperti itu, dirimu sangat tidak penting untuk masuk ke postinganku," ketus Bella.
Vincent menghela napas, tatapannya melayang kosong ke depan. Tak ada tanda panik sedikitpun di wajahnya. Lelaki itu tampak tenang bahkan ketika sekretarisnya mencacinya habis-habisan dengan tuduhan tidak jelas.
"Iya, aku yang merekayasa kecelakaan itu. Orang-orangku yang turun ke lapangan," ucap Vincent dengan pandangan kosong.
Bella terperanjat, lelaki itu akhirnya mengakui perbuatan kejinya. kejam sekaligus keji bak iblis yang bersarang di tubuh manusia. Vincent membunuh orang tak bersalah. Jika memang Ia terobsesi pada kesempurnaan dirinya, mengapa harus dengan menghilangkan hak hidup orang lain?
Vincent pengecut! Ia tidak menerima dirinya apa adanya. Gadis itu berkaca-kaca, menahan segala gerakan di tubuhnya, takut akan semesta di sekelilingnya. Ada sengatan hebat yang membakar ulu hatinya, hari ini Ia telah mendengar pengakuan tak terduga Vincent.
"Tolong tutup mulutmu untuk semua ini," ucap Vincent lagi dengan nada datar. Tak ada penyesalan sama sekali yang tampak di wajahnya.
Akhirnya air mata yang susah payah gadis itu bendung, tumpah menggenangi pipinya. Nanar rasanya berbulan-bulan bekerja sama dengan psikopat. Tubuh Bella tersungkur di lantai, kaki lemasnya tak kuasa menanggung beban rasa yang sedang Ia alami. Hening kembali mengikis waktu di antara mereka beberapa detik.
"Bella, bolehkah aku memelukmu? Sekali ini saja," ucap Vincent.
Bella menoleh tanpa menjawab, lalu kembali menangkupkan kedua tangannya lagi ke wajah.
"Bella, aku hanya ingin memelukmu. Terlepas Kau membutuhkannya atau tidak, ijinkan aku memelukmu," ujar Vincent lagi.
"AKU TIDAK MAU DEKAT-DEKAT DENGAN PSIKOPAT!" pekik Bella.
***