Chereads / He Or Him? / Chapter 7 - Arabella Floyd

Chapter 7 - Arabella Floyd

"Ya sudahlah, honey. Ayo kita pergi saja. Mood ku berantakan sejak bertemu dengan pembantumu yang baru ini." Ara kemudian menggamit tangan kiri Lingga dan setengah menariknya pergi dari rumah.

Dari kejauhan Maya merasakan sesak di dada. Antara terhina dengan perkataan Lingga dan Ara juga cemburu melihat kemesraan antara keduanya.

"Lho, Non Ara sudah pergi to? Wah jus jeruknya kan jadi mubazir ini." kata Mbok Romlah yang berjalan sambil membawa nampan berisi jus jeruk yang dipesan Ara.

Maya yang mendengar suara Mbok Romlah dari samping, langsung mengambil gelas berisi jus jeruk dan diminumnya hingga tandas.

"Maaf, Mbok. Maya merasa panas sekali. Nanti Maya cuciin gelasnya." Ucap Maya seraya menurunkan gelas bekas jus jeruk.

"Non Maya panas karena perlakuan Non Ara tadi? Sudah, Non. Tidak usah dimasukin hati. Non Ara memang selalu begitu." Maya tidak memperdulikan perkataan Mbok Romlah dan tetap melihat ke halaman rumah padahal sudah tak ada lagi siapa-siapa.

***************

Maya POV

Hari sudah menunjukkan siang menjelang sore. Keadaan rumah tetap seperti tadi pagi. Sepi. Hanya satu kata itu. Kata Mbok Romlah, Mama Jenar dan Papa Fusena selalu sibuk setiap harinya. Mama yang memang seorang dosen di salah satu universitas ternama di Cirebon sangatlah sibuk. Apalagi beliau selalu menjadi dosen pembimbing bagi mahasiswa atau mahasiswi yang sedang skripsi. Sedangkan Papa Fusena adalah seorang CEO dari pabrik komputer dan alat-alat tekonologi lainnya, yang juga selalu sibuk setiap harinya. Raynar yang baru-baru ini membuka restoran juga sedang sibuk-sibuknya. Kalau Arsyana atau orang rumah biasa memanggilnya Ana, ia juga sedang sibuk-sibuknya membuka toko pet shop di daerah Jakarta Selatan. Dan untuk Lingga, entah dia sedang sibuk apa.

Mbok Romlah bilang kalau Lingga masihlah menjadi pengangguran yang hanya berkencan dengan Ara. Ya Tuhan! Kenapa aku harus bertunangan dengan manusia seperti itu? Apakah Tuhan terlalu sayang padaku hingga mengirimkan manusia itu di hidupnya sehingga aku harus mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya? Entahlah.

Arabella Floyd. Wanita dengan rambut cepak berwarna pirang dan coklat tua dan bernampilan nyentrik. Entah apa yang ada di mata Lingga hingga ia sampai jatuh cinta dengan wanita seperti itu.

Tapi, jika dilihat-lihat lagi kalau Ara memang cantik. Ia terlihat sangat moderen walaupun memang tampilannya seperti itu. Jika saja sikapnya sedikit sopan, ia akan lebih terlihat cantik.

Pantas saja Mama dan Papa tidak pernah merestui hubungan mereka.

Hoammmmmm!! Sebentar lagi aku pasti akan mati karena bosan. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Untuk merawat bunga saja aku dilarang Mbok Romlah apalagi melakukan hal lain.

Aku rindu sahabat-sahabatku yang sudah lama tidak kudengar kabarnya. Ah, mungkin memang aku yang tiba-tiba menghilang. Bagaimana kabar Jessy? Apakah orangtuanya sudah berubah menjadi lebih perhatian kepadanya? Bagaimana kabar Ryo? Semenjak putus denganku, kudengar ia belum juga mempunyai kekasih lagi. Lalu bagaimana kabar Cyntia? Ahh aku sangat merindukannya.

"Maya." Aku terkejut dengan suara pria yang memanggilku dari belakang. Kutengokkan kepalaku ke belakang mencari tahu siapa yang memanggilku tadi.

"Kak Rei! Kakak sudah pulang?" Ah, ternyata Raynar. Aku memanggilnya 'Kakak' karena memang usianya lebih tua daripada usiaku.

"Aku pulang sebentar, nanti balik lagi ke restoran. Kau sedang apa?" Tanyanya seraya duduk di sampingku.

"Aku hanya duduk-duduk di taman seharian ini, Kak. Mungkin sebentar lagi aku akan mati kebosanan." Kataku sambil memanyunkan bibirku.

"Hahaha. Ayo! Ikut aku sekarang!" Tiba-tiba tangan kananku digamitnya dan sedikit ditarik. Tubuhku pun reflek mengikutinya.

"Kita mau kemana, Kak?" Tanyaku. Aku sudah sebisa mungkin menarik tanganku tapi genggamannya malah semakin erat dan seakan ia tak menghiraukan diriku yang meronta.

"Sudah kau diam dan menurut saja. Nanti juga kau akan tahu." Katanya tanpa melihat ke belakang. Ia tetap berjalan sambil menggandeng tanganku.

"Ta.. Tapi, Kak. Aku sedang tidak dandan sekarang ini. Wajahku juga sedikit berminyak. Aku ingin mencuci muka sebentar kemudian memakai make up. Aku janji akan sebentar kok, Kak. Ya ya ya??" kataku memohon. Tapi jujur saja kalau memang penampilanku sekarang ini sangat santai. Hanya memakai kaos hitam lengan pendek, celana jeans di atas lutut dan sandal selop warna coklat tua.

"Ah, kau cerewet sekali." Katanya seraya berhenti di bagasi mobilnya. Ia kemudian mengambil sepasang sepatu berwarna putih dan dipakaikannya di kakiku.

"Kak!" Aku sangat malu mendapat perlakuan manis Raynar. Entah sudah berapa wanita yang telah ia perlakukan seperti itu. Jika wanita lain mungkin akan menjerit-jerit terbawa suasana tapi tidak denganku. Hatiku tetap untuk Lingga.

Tapi, jika mengingat Lingga teringat juga dengan Ara. Apalagi dengan sikap buruknya kepadaku tadi pagi. Damn!!

Setelah memasangkan sepatu itu di kakiku, ia kemudian berdiri kembali dan merapikan rambut pendekku dengan kedua tangannya. Kedua matanya menatap lurus ke arah mataku. Aku yang dilihat seperti itu, langsung memalingkan pandangan karena tak kuat jika terus menerus memandangnya.

Ia terus menerus memandangku lekat-lekat. Aku tak paham dengan semua perlakuan itu.

"Kau sudah cantik apa adanya, Maya." Aku membelalakkan mataku setelah mendengar ucapannya. Namun, seusai ia mengatakan itu ia langsung menarikku untuk masuk ke mobil.

Lagi-lagi aku tak paham maksud dari perkataan Raynar.

Sekitar lima belas menit akhirnya kami sampai di depan sebuah restoran. Setelah memarkirkan mobil, Raynar mempersilahkanku masuk.

"Selamat datang di restoranku, May. Bahkan keluargaku pun belum kupersilahkan berkunjung ke sini. Bagaimana menurutmu?" Tanyanya dengan antusias.

Restoran dengan gaya klasik tapi masih ada unsur moderennya. Sangat unik menurutku.

"Keren sekali, Kak. Klasik tapi masih ada sedikit unsur moderennya. Unik sekali. Aku suka, Kak! Hemmm... Kalau makanannya bagaimana, Kak? Apa yang Kak Rei jual?"

"Aku menyediakan menu chinese food dan western food. Kau mau coba?" Aku yang mendengar tawaran itu langsung mengangguk setuju. Jika diingat lagi aku belum makan siang.

Kemudian Raynar menyuruhku untuk duduk di salah satu bangku pengunjung yang paling dekat kasir. Kulihat pengunjung lainnya pun sangat menikmati suasana maupun hidangan dari restoran ini.

Beberapa saat kemudian beberapa hidangan telah tersedia di atas mejaku. Pasta, capcay, beef steak, cheese omelette dan jus jeruk. Begitu banyak hingga aku tak tahu harus berkata apa.

"Silahkan dimakan, May. Jangan dilihat terus. Air liurmu akan keluar tuh." Katanya dengan tawa yang tak lepas dari wajahnya.

Kucicipi satu persatu makanan yang telah dimasak Raynar. Dan...

"Hemmm!! Ini enak sekali, Kak. Semuanya sangat enak!!" Kataku sambil mengunyah beef steak. Raynar yang melihat reaksiku, hanya tersenyum sangat manis.

*****************

Malam pun tiba. Aku masih berada di restoran milik Raynar. Sesekali aku membantu melayani pengunjung yang ingin memesan makanan. Aku sangat menyukai tempat ini. Bukan hanya tempat, makanan dan para pegawainya sangat membuatku nyaman.

Sepasang kekasih masuk ke dalam restoran dan memanggil salah satu pelayan. Aku yang mengamatinya dari jauh, hafal betul dengan sepasang kekasih itu.

Yup! Mereka adalah Lingga dan Ara.

"Apa orang itu Lingga?" Tanya Raynar kepadaku.

"Iya, Kak. Dia sedang bersama Ara." Kataku tanpa sedikitpun mengalihkan pandanganku kepada sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara itu.

"Darimana dia tahu kalau ini restoranku? Aku bahkan tidak memberi tahu lokasi restoranku kepada orang rumah." Tanya Raynar sambil mengerutkan dahinya.

Aku hanya terdiam mengawasi mereka berdua. Bermesraan di depan umum, sangatlah tidak sopan!

"Ayo kita sapa mereka." Belum juga aku menyetujuinya, tanganku sudah ditarik oleh Raynar. Aku terpaksa mengikutinya menuju ke arah pasangan menyebalkan itu.