Chereads / Aku dan Kau "bukan kita" / Chapter 30 - kenapa aku?

Chapter 30 - kenapa aku?

Matahari kembali bersinar pagi ini.

Niko bangkit dari tempat tidurnya dan harus memulai hidup barunya sekarang. Hidup tanpa sosok wanita terhebatnya.

Wanita yang biasanya selalu memancarkan senyuman di setiap pagi, Sekarang senyuman itu telah pulang kepada pemiliknya.

Niko membuka sebelah matanya setelah mendengar bunyi alarm. la turun dari tempat tidurnya yang berukuran cukup besar. Tempat tidur itu sepadan dengan kamar Niko yang cukup luas. Niko memeng sudah merasakan kemewahan sejak kecil. Tapi tidak bisa di pastikan semua kemewahan ini akan tetap melekat pada dirinya setelah ini.

Niko keluar dari kamar  menggunakan seragam putih abu abu yang sempat menganggur beberapa hari di lemarinya.

Setelah Niko turun, ia melirik ke arah dapur.

Tempat biasanya setiap pagi Jania memasak, sekarang di dapur itu hanya di isi oleh seorang pembantu yang masih setia menemani Niko di rumah besar itu.

Beberapa pembantu dan supir di rumah Niko mengundurkan diri, mereka takut Niko tidak akan bisa mengaji mereka. Maka tinggallah bik juma dan Niko di rumah itu.

"Pagi bik" sapa Niko.

Bik juma melihat ke sumber suara, sorot matanya mendapati Niko yang sudah rapi Dangan seragam putih sekolah.

"Niko mau ke sekolah?" tanya bik juma mendekat.

Niko dari dulu tidak suka pembantu di rumahnya memangilnya dengan embel embel seperti den, mas atau sebagai. Niko lebih seneng di perlakukan biasa saja oleh semua orang yang bekerja di rumahnya.

"Iyah bik, Bibik udah masak kan?" tanya Niko sambil menuju ruang makan

"Udah kok, Bibik masak nasi goreng. kamu makan dulu ya Bibik mau ke belakang bersih bersih." ucap wanita itu dan segera berjalan ke arah belakang

Niko melihat langkah wanita yang sudah berumur itu dari belakang. Sesekali ia mengelap keringatnya yang bercucuran, jelas saja akan sangat lelah bila mengurus rumah sebesar ini sendirian.

'Pasti bik juma ga akan sanggup ngurus rumah sendirian, tapi kalau nambah pembantugimana bayar gaji nya?' Batin Niko

*****

Senyum Acha mengembang saat melihat Niko sampai di depan rumah nya. la yang semula menunggu di depan teras langsung berlari ke arah motor Niko dengan sangat semangat untuk menyambut sang pangeran dengan kencananya.

"Tumben udah siap aja." ucap Niko tampak heran

"Emang nya gak boleh? kan biar makin disiplin" Acha langsung naik ke atas motor Niko.

Beberapa hari sebelum pagi ini biasanya Niko sedang menatap kearah jendela kamarnya. Tapi hari ini tumbuh sudah kembali di sentuh oleh dinginya udaranya pagi sambil mengendarai motor, bahkan di tambah dengan sinar matahari yang sesekali menyilaukan matanya.

Mereka sampai di parkiran sekolah.

"Nik, Lo duluan ya gue ke toilet dulu." ucap Acha sambil turun dari motor.

"hem"

Niko berjalan melewati kerumunan orang orang di parkiran yang dari tadi melihatnya. Wajar saja mereka nelihati Niko, pasalnya gosip tentang keluarganya dan keluarga Lala sudah cukup tersebar di sekolah. Dan hari ini pertama kalinya Niko muncul di sekolah setelah gosip itu beredar.

Saat Acha keluar dari toilet ia di kejutkan dengan kemunculan wajah Amanda di depan pintu toilet. Amanda sengaja menunggu Acha keluar dari toilet ituagar bisa ngobrol dengannya.

"Sekarang tekat gue mencair!" kalimat pertama yang keluar dari mulut Amanda.

Wajah Acha yang awalnya tampak kaget berubah menjadi binggung.

"Maksudnya?" tanya Acha mengerutkan dahi

"Setelah kejadian kemaren gue sadar kalau Niko emang nyaman sama Lo. Sampai kapan pun gue nunggu dan sekuat apa pun usaha gue buat dapetin dia kayanya percuma!" jelas Amanda

"Jadi sekarang lo udah..?" Acha sengaja memberhentikan kata terakhirnya

"Iya, gue mundur! sekarang tugas gue, gue kasi ke lo. dan Lo harus laksanakan tugas itu dengan baik!"

"Tugas?"

"Tugas untuk bikin Niko gak ngerasa sendiri. Lo harus ada di samping Niko apa pun kondisinya. Gue gak pernah liat Niko seluluh itu sama orang, dan lo orang yang berhasil buat dia begitu." ucap Manda tersenyum sambil menepuk pundak Acha dan pergi dari toilet.

Ternyata bener, ada kalanya kita harus diam dan membiarkan kan sang waktu yang bekerja. maka hasilnya pasti nyata asal kita mau menunggu semesta melakukan tugasnya, karena Sekuat apapun usaha tetap sang waktu pemenangnya.

Acha keluar dari toilet dengan wajah yang sumringah karena akhirnya Niko terbebas dari Manda. Tetapi di sisi lain Acha berfikir apakah setelah ini Niko masih akan dekat dengan nya?

Niko berjanji ingin terus dekat dengan Acha untuk menjaga gadis itu dari Amanda. Tetapi sekarang Manda telah menyerah.

Bagaimana dengan Niko? apakah ia juga akan berhenti untuk dekat dengan Acha.

Tampaknya benih benih cinta di hati Acha mulai tumbuh. Tapi apakah Niko mengizinkan nya untuk terus berkembang?

....

"Nik, akhirnya Lo masuk juga." Lala mendekati Niko saat Niko masuk ke dalam kelas.

Niko tidak menjawab pertanyaan Lala, bahkan untuk melirik sumber suara saja Niko engan.

Acha masuk ke dalam kelas dan melihat mereka berdua. Dengan cepat Acha langsung menarik tangan Lala untuk keluar dari ruangan itu.

"Jangan deketin Niko dulu!" ucap Acha pada Lala

"Tapi kenapa? gue harus jelasin semua ke dia Cha"

"Harus berapa kali gue bilang sih La, tunggu waktu yang tepat!"

"Tapi kapan? sebelum semuanya makin rumit!" ucap Lala dan langsung masuk lagi ke dalam kelas dan berdiri di depan meja Niko.

"Niko dengerin gue! Ini semua udah terjadi. Disini kita berdua yang jadi korban, makanya kita harus bersikap dewasa untuk menghadapi ini!" ucap Lala dengan nada yang tegas

Acha mencoba untuk menarik tangan Lala keluar lagi tetapi tidak berhasil. Akhirnya Diana memiliki inisiatif untuk menyuruh semua temen sekelasnya untuk keluar sebentar dari ruangan itu, karna Diana tau keadaan akan semakin memanas.

"Apa Cha! biarin dia denger dulu apa yang gue bilang. lni masalah keluarga gue!" ucap Lala sambil menghempaskan tangan Acha daru tangannya.

Niko berdiri dari kursinya.

"Lo bukan bagian dari keluarga gue dan jangan pernah anggap gue bagian dari keluarga lo!" akhirnya Niko membuka suara.

"Gue juga ga mau kita jadi keluarga! tapi mau gimana lagi ini udah takdir dan lo gak boleh egois dengan cara mengurung diri dan buat papa mikirin lo tiap hari." ucap Lala semakin mendekati Niko

"Egois! Siapa yang lebih egois di sini? gue dan keluarga gue yang utuh dulu atau kedatangan keluarga Lo yang hancurin keluarga gue!" ucap Niko mulai menaik kan volume suaranya.

"ini memang salah mama gue. Tapi semua udah terjadi dan gak bisa di ulang, sikap Lo yang kaya gini gak akan membuat suasana semakin membaik, Sekarang papa sakit mikirin Lo!" ucap Lala menurun kan emosinya

"Rasa sakit yang di rasakan dia sekarang ga sebanding sama rasa sakit yang gue terima mulai dari belasan tahun lalu."

"Niko,gue minta maaf. Tapi mau gimana pun kehidupan kita harus tetep berjalan nik, ini udah takdir." ucap Lala dengan nada suara yang menahan air matanya untuk tumpah.

"Kehidupan Lo dan keluarga Lo itu yang akan terus berjalan, hidup gue berhenti!" ucap Niko lalu langsung pergi dari kelas itu.

Lala menundukkan kepalanya di kursi dengan air mata yang mulai terjun bebas dari sudut matanya. Ia semakin merasa bersalah.

Lala menyadari bahwa memang semua masalah yang terjadi saat ini karena karena Sinta yang merebut Wildan dari Jania.

Sebenernya Lala juga tidak terima dengan perlakuan Wildan. Bahkan Lala juga menyadari bahwa dirinya merupakan salah satu korban dari permasalahan orang tuannya. Tetapi ia juga tahu bahwa Niko jauh lebih tersakiti karena situasi ini.

"La, ini bukan saat yang tepat. Niko belum bisa Nerima keadaan dengan kemunculan keluarga lo!" ucap Acha sambil melingkarkan tangannya di bahu Lala.

"Gue gak tau lagi Cha mau gimana. Niko pasti akan terus benci sama gue dan keluarga gue."

"Bantuin gue Cha! gue gak mau semuanya jadi gini." Lala memohon pada Acha

"Gue pasti bantu La! tapi kita gak boleh buru buru."

"Mulai sekarang lo jangan dulu ganggu Niko yah, jangan buat dia makin benci sama keadaannya sekarang"

"Oke"

...

Bel pulang berbunyi. semua murid berhamburan keluar kelas tapi tidak dengan Acha dan Niko. Acha masih menunggu Niko yang sibuk membereskan buku bukunya di dalam kelas.

Setelah selesai membereskan buku bukunya tanpa aba aba Niko langsung keluar dari kelas dan menuju parkiran. Bahkan ia tidak menyadari bahwa dari tadi Acha sedang menunggunya.

Acha memaklumi sikap Niko saat ini. la paham bahwa mood Niko sedang tidak baik setelah kejadian tadi pagi.

Walaupun di cuekin oleh Niko, Acha terus berjalan di belakang cowok itu sampai menuju parkiran.

Acha masuk kerumah. la mendapati papanya yang sudah duduk santai di ruang tamu sambil menikmati camilan. Di rumah Acha memang selalu tersedia camilan, mulai dari yang di beli hingga yang di buat sendiri. Pasalnya semua anggota keluarga di rumah ini sangat suka mengemil.

"Tumben papa jam segini udah pulang?"

"Iya,tadi kerjaan di kantor gak terlalu banyak. kamu langsung ganti baju yah kita kerumah nya om Wildan." ucap Roy

"Om Wildan? papa nya Lala? eh papanya Niko? papanya mereka maksudnya Acha!" Acha beberapa kali meralat kalimatnya.

"Iya, om Wildan mau ketemu kamu. Ada yang mau di omongin! udah buruan siap siap." suruh Roy

Setelah mengingat perbuatan Wildan, sebenarnya Acha malas bertemu dengan lelaki itu. Tapi sebagai anak yang baik ia tidak bisa menolak perintah papanya.

.....

Acha dan Roy sampai di kediaman keluarga Lala. rumah ini sedikit berbeda dengan ukuran rumah Niko yang terlihat lebih mewah dari rumah Lala.

Bener ucapan Lala. Wildan memang sedang sakit.

Selang infus tertancap di tangan kiri Wildan, dengan wajah yang pucat Wildan tergeletak di kasurnya.

"Kalian udah datang?" Wildan basa basi.

"Iya, ini aku udah dateng sama Acha." jawab Roy

Wildan berusaha untuk duduk agar bisa berbicara dengan nyaman.

"Cha, om denger hari ini Niko udah sekolah yah?" tanya Wildan pada Acha

"Hemm" ucap Acha singkat.

tapi Acha kembali menambahkan kalimatnya setelah di lihat sinis oleh papanya.

"Iya om, Niko udah sekolah." tambah Acha

"Cha, Om tau mungkin kamu juga benci sama Om. apa lagi Niko pasti sangat benci sama Om"

"Ya jelas lah" ucap Acha dalam hati. bisa bisa ia diterkam oleh papanya bila mengatakannya langsung.

"Om tau kamu yang bujuk Niko biar balik sekolah, makasih ya Cha!"

"Iya om" Acha terpaksa tersenyum

"Tapi tolong bantuin om lagi yah Cha!"

Acha melirik ke arah Roy penuh arti,papanya mengangguk angguk pelan

"Bantu apa om?" tanya Acha

"Bantu om bujuk Niko biar mau tinggal bareng di sini!"

"HA!"

"Tolong Cha, cuman kamu yang bisa bujuk Niko." tambah wildan

"Tapi om, ini bukan hal yang mudah! pasti sulit untuk Niko mau tinggal bareng di sini sama om dan dua perempuan asing untuk Niko. Apalagi setelah dia kehilangan sosok perempuan terpenting dalam hidupnya."

"Iya om tau ini gak mudah. Tapi om gak mau Niko semakin kesepian di rumah itu. plis Cha bantuin om, om yakin pelan pelan kamu pasti bisa."

Belum sempat Acha menjawab tiba tiba Roy mendekati wildan dan mengucapkan kalimat dengan keputusan sepihak.

"Kamu tenang aja Wildan, Acha pasti bantuin bujuk Niko!" ucap Roy dengan santai

Dengan refleks Acha langsung melihat kearah Roy dengan mata yang membulat sempurna.

"Yaudah kita pulang dulu yah!" ucap Roy berpamitan

"Iya makasih ya udah dateng"

....

Selama di perjalanan Acha tidak berhenti ngomel ngomel pada Roy yang sedang menyetir mobil di sampingnya. Jelas sana ia kesal dengan Roy yang dengan mudahnya mengambil keputusan secara sepihak.

"Pah, apa apaan sih tadi ngomong gitu!" Acha cemberut

"Tamara, bantuin orang dapet pahala!" jawab Roy santai

"Tapi pa Acha gak tau harus ngomong apa sama Niko. Lagipula Acha canggung ngomong begitu ke Niko." tambah Acha sambil melipat kedua tangan nya di depan dada

"Acha gak mau di bilang sok ngatur ngatur Niko pah!" tambah Acha lagi

"Pelan pelan pasti bisa kok cha, papa yakin!" ucap papa Roy yang masih bersikap santai.

Acha menghela nafas berat dan mengalihkan pandangannya ke jalanan.

"Sekarang tugas gue makin berat untuk   masalah Niko. Tadi pagi gue dapet tugas dari Manda untuk terus ada sisinya Niko apa pun kondisinya! Sekarang di tambah lagi tugas dari om Wildan! kenapa harus gue sih? padahal gue juga gak punya hubungan sama Niko. Eh mungkin lebih tepatnya belum atau gak akan mungkin" batin Acha