Acha melangkahkan satu persatu kalinya kearah pintu masuk. Saat ia ingin membuka pintu rumahnya ia di kagetkan dengan sebuah kardus hitam.
Acha melirik kekanan dan kekiri berharap ia menemukan orang yang meletakkan kardus hitam ini di depan rumahnya. Karena penasaran akhirnya Acha pun membuka kardus itu.
Di kardus itu ia mendapat sebuah boneka Barbie yang badannya sudah terpisah pisah dan berlumur darah.
Mungkin boneka Barbie adalah hal yang biasa bahkan menyenangkan untuk gadis lain. Tapi tidak dengan Acha. Sejak kecil Acha paliang tidak suka dengan boneka apa lagi boneka Barbie.
Karena saat melihat boneka Barbie ia merasakan ada jiwa seseorang yang terperangkap dalam boneka itu.
Itu lah alasannya mengapa di dalam kamar bahkan di dalam rumah Acha tidak terdapat satu pun boneka.
Dengan cepat Acha langsung membuang kardus itu ke tempat sampah,dan langsung buru buru masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah, lebih tepatnya di dalam kamar. Acha hanya merasakan rasa takut yang masih menyelimutinya sejak melihat boneka Barbie itu tadi.
Orangtuanya sudah mengabari nya lewat chat bahwa mereka sedang ada urusan di luar rumah, sementara Nathan sedang bermain futsal bersama teman temannya. Maka kini Acha hanya tinggal sendiri di rumah.
Siapa yang ngirimin Boneka itu?
Apa maksudnya?
Kalo itu berupa hadiah,kenapa berlumur darah?
Itu lah pertanyaan pertanyaan yang ada di kepala Acha sekarang sambil memeluk lutunya ketakutan.
Saat Acha masih sibuk dengan memikirkan siapa orang yang mengirim kardus itu,tiba tiba hp nya berbunyi.
Dangan cepat Acha langsung mengambil hp itu yang diletakkan di atas meja di kamar nya
Ada satu pesan dari nomor tak di kenal.
gimana hadiahnya suka?
siapa Lo? kenapa Lo ngirim begituan kerumah gue?
balas Acha.
Setelah itu tidak ada balasan lagi dari nomor itu. Bahkan saat Acha mencoba menelfon beberapa nomor itu malah tidak aktif.
Hal ini semakin membuat Acha yakin bahwa orang ini sengaja ingin menerornya.
"Tapi siapa orang nya? gak banyak yang tau kalo gue gak suka boneka, berarti orang ini mungkin orang yang deket sama gue." ucap Acha pada dirinya sendiri
....
Pagi ini Niko menjemput acha untuk berangkat kesekolah. Acha sebenarnya ingin sekali menceritakan teror yang di terimanya kemarin pada Niko.
Tapi Acha mengurungkan niatnya, karena dia takut teror ini semakin berlanjut bila banyak orang yang tahu. Lagi pula ini bukan saatnya Niko memikirkan masalah baru.
"Lagi pula ngapain juga cerita sama Niko, dia juga gak akan peduli" batin Acha
Maka Acha berniat merahasiakan ini dari semua orang termaksud sahabat dan keluarganya.
Setelah bel pulang Acha mampir dulu ke toilet. Tidak perlu di jelaskan apa tujuan Acha ke toilet karena pasti kalian sudah tahu. jadi Acha menyuruh Niko untuk nunggunya di parkiran.
Tapi saat di toilet tiba tiba ada seseorang bertopeng yang menutup erat mulut Acha dengan sarung tangan yang sudah di beri sesuatu sehingga dengan cepat membuat Acha jatuh pingsan dan tak berdaya.
Setelah Acha pingsan Acha di bawa ke sebuah gudang di sekolah.
Sudah cukup lama Niko menunggu Acha di parkiran dan tiba tiba muncul seorang cewek berambut sebahu dengan seragam yang cukup sempit menjumpai Niko.
"Niko, tadi Acha nyuruh lo untuk pulang duluan. dia udah di jemput sama abang nya!" ucap cewek itu
"Ha, kok dia gak ngabarin gue?" tanya Niko.
"Gak tau! gue cuma ngasih tau aja." ucap cewek itu dan meninggalkan Niko di parkiran.
Niko cukup curiga dengan tindakan Acha yang tiba tiba pulang bersama Nathan tanpa memberitahunya secara langsung. Demi menuntaskan rasa curiganya Niko mencoba menelfon Acha, tapi tidak ada jawaban dari si pemilik HP.
"Ni anak kenapa sih? apa dia marah yah sama gue? tapi marah kenapa kan gue gak ada salah." ucap Niko yang masih berada di parkiran.
Niko teringat Bahwa ia mempunyai nomor nomor Nathan. Tanpa berpikir panjang Niko langsung menelpon Nathan, tapi hasil juga sama, tidak ada jawaban.
"Mungkin Acha sama bang Nathan ada urusan penting, jadi gak bisa angkat telfon. yang penting sekarang Acha udah sama bang Nathan pulang aja deh gue." ucap Niko berusaha positif thinking.
Setelah kira kira satu jam Niko sampai di rumah, Nathan menelfon balik Niko.
"Ada apa tadi Lo nelfon gue, eh btw kok adik gue belom pulang lo bawa kemana?" tanya Nathan dari telefon
Niko yang awalnya sedang berbaring di tempat tidurnya kini langsung berdiri. Dengan cepat Niko langsung memutar otak, agar Nathan tidak khawatir.
"Em, tadi gue mau ngasih tau bang, Acha lagi kerja kelompok sama gue." Jawab Niko meyakinkan Nathan
"Yaudah jangan lama lama pulangnya" ucap Nathan lalu mengakhiri telfonnya.
Dengan cepat Niko langsung memakai jaket yang tergantung di kamarnya dan sedikit berlari ke lantai bawah, Niko langsung melajukan motornya untuk mencari keberadaan Acha. Ia sangat khawatir terhadap keadaan gadis itu.
"Gue harus cari lo kemana Cha?" ucap Niko di atas motor.
Niko tersadar bahwa ia sempat mempunyai nomor Lala. Tanpa memikirkan gengsi dan masalah di hari yang lalu. Niko langsung nelfon lala dan memberhentikan motor lnya di pinggir jalan.
"La, Acha sama Lo?" tanya Niko tanpa basa basi saat telfonnya sudah terhubung.
"Tumben nik lo nelfon gue, lo udah gak marah?" ucap Lala tanpa menghiraukan pertanyaan Niko
"Jawab pertanyaan gue, gak usah nanya yang lain!" ucap Niko tegas.
"Kan Acha bisanya pulang sama lo, emang sekarang dia lagi ga sama lo? jadi dia kemana?" Lala malah balik bertanya.
"Emangnya Acha ga...." belom sempat Lala menyelesaikan kalimatnya Niko sudah mematikan telfon dari sebrang sana.
Tanpa ada tujuan Niko terus menjalankan kan motornya sambil melihat setiap tempat yang ia lewati.
Niko sudah di beri kepercayaan oleh keluarga Acha untuk menjaga gadis itu. Apalagi Acha hilang di saat seharusnya Niko mengantar ia pulang.
Setelah kurang lebih 1 jam Niko menyusui jalanan untuk mencari Acha. Tiba tiba HP yang ia simpan di saku celana berbunyi, Acha menlfonnya.
Niko memberhentikan motornya di pinggir jalan.
"LO DIMANA CHA?" tanya Niko dengan nada yang keras, bahkan orang orang yang berlalu lalang dapat mendegarnya.
"Di gudang sekolah nik, tolong jemput gue!" ucap Acha dengan suara yang sangat ke takutkan.
Tanpa berpikir panjang Niko langsung melajukan motornya menuju tempat yang di ucapkan Acha.
Niko sampai di depan pintu gerbang sekolah. Tapi pintu gerbang itu sudah tertutup. Niko berlari ke arah belakang sekolah, ke tempat dimana dulu ia pernah loncat dari pagar itu bersama dengan Acha saat terlambat.
Setelah sampai di depan pintu gudang yang di maksud Acha, Niko langsung mendobrak pintu itu dan mendapati Acha yang sedang memeluk tubuhnya ketakutan di sudut ruangan.
Dengan cepat Niko langsung memeluk Acha. tubuhnya gadis itu sedikit bergetar dan keringat yang sudah bercampur dengan air mata.
"Kita keluar dulu dari sini." ucap Niko sambil menggendong Acha, tubuh Acha terlalu lemas
untuk berjalan sendiri.
Niko mendudukkan Acha di sebuah kursi panjang yang ada di pinggir lapangan sekolah.
"Siapa yang ngurung lo di situ?" tanya Niko pelan agar Acha tidak semakin takut.
"Gue gak tau, setelah dari toilet gue pingsan dan waktu gue bangun udah ada di situ." ucap Acha dengan isakan tangis
"Gue takut nik. di sana gelap, gue sendirian!"
"Mulai sekarang lo gak akan ada di dalam gelap lagi, kalau pun lo harus ada dalam gelap gue pastiin lo gak sendiri." ucap Niko sambil memeluk Acha agar ia lebih tenang
Setelah badan Acha sudah tidak bergetar dan denyut jantungnya sudah mulai normal barulah Niko melepaskan pelukannya.
"Kita pulang sekarang yah, tapi sebelum pulang kita mampir makan dulu. pasti lo lapar kan?" ucap Niko
Acha hanya menjawab dengan mengangguk kan kepalanya.
Selama di perjalanan menuju tempat dimana Niko memperkirakan motornya,Niko terus menggandeng tangan Acha. Tujuannya tak lain adalah agar agar gadis itu merasa aman bersamanya.
...
Setelah Acha dan Niko makan mereka langsung memutuskan untuk pulang. Karena hari sudah mulai gelap dan jarum jam sudah menunjukan pukul 20:00.
Di perjalanan menuju rumah Acha jalanan cukup sepi dan lampu jalan mati seketika tanpa aba aba.
Acha yang kaget langsung memeluk Niko di atas motor.
"Lo Teneng aja Cha, kan gue udah bilang kalau pun lo harus ada dalam gelap, gue pastiin lo gak sendiri." ucap Niko sambil memegang tangan Acha yang melingkar di pinggangnya dengan tangan sebelah kirinya.