Chereads / The Mask of Emperor / Chapter 6 - 6. Tamu

Chapter 6 - 6. Tamu

Meskipun Orbert berkata menyutujui apa yang diinginkan oleh putrinya, tetapi diam-diam Orbert berusaha untuk mencari jalan untuk menolak mandate yang sudah diberikan oleh kaisar. Matius memanglah seorang kaisar yang bertanggung jawab, dan tidak memiliki seorang pun wanita yang dijadikan selirnya. Namun, Orbert tidak yakin jika Matius bisa menjadi seorang suami yang bagi Eleanor.

Orbert sama sekali tidak mau mengambil risiko mengenai kebahagiaan putrinya. Bagi Orbert, kehidupan dan kebahagiaan Eleanor adalah hal terpenting dalam hidupnya. Kini, hanya Eleanor yang ia miliki di dunia ini. Orbert akan melakukan apa pun demi Eleanor. Ia tidak mau sampai mendiang istrinya merasa kecewa karena dirinya tidak bisa menepati janjinya untuk menjaga Eleanor dengan baik.

Orbert menatap beberapa surat yang sudah ia terima dari para pria bangsawan yang memang mengirimkan surat untuk melamar Eleanor. Orbert berpikir untuk membuat kesepakatan dengan salah satu dari mereka. Kaisar memang mungkin tertarik pada Eleanor dan ingin menjadikannya sebagai istri serta ratu bagi kekaisaran ini. Namun, Matius adalah sosok kaisar yang bijaksana di balik kesan misterius dan menyeramkannya. Ia tidak mungkin memaksa untuk mempersunting Eleanor, sementara Eleanor sudah menjadi tunangan orang lain.

Benar, Orbert berniat untuk melakukan perjanjian pertunangan dengan seorang pria bangsawan dari kalangan bangsawan kelas menengah. Karena Eleanor sebelumnya selalu berada di kediaman, rasanya tidak mengejutkan jika Eleanor memiliki seorang tunangan tanpa ada kabar yang tersebar.

"Aku harus segera melakukan kesepakatan, sebelum kabar mengenai mandate Kaisar tersebar. Aku harus segera datang ke istana dengan membawa bukti—"

"Membawa bukti bahwa kau menipuku?"

Tubuh Orbert mematung saat dirinya mendengar suara yang terasa begitu tajam dan mengintimidasi. Memang, suara itu terdengar begitu tenang. Namun, kharisma yang terkandung dalam suara tersebut benar-benar membuat siapa pun yang mendengarnya bisa bergetar oleh rasa takut. Orbert pun menatap sosok pria yang masuk ke dalam ruang kerjanya melalui pintu balkon yang terbuka.

Orbert yang sebelumnya mematung, segera bangkit dan memberikan hormat pada sosok yang menyembunyikan wajahnya menggunakan topeng yang ia kenakan. "Salam untuk Matahari kekaisaran ini. Semoga keagungan senantiasa menyertai Yang Mulia."

Sosok bertopeng itu memanglah Matius. Ia pun duduk di sofa yang menghadap Orbert yang masih memberikan hormat padanya. "Bangkitlah," ucap Matius singkat dan Orbert pun segera berdiri dengan tegap.

"Yang Mulia, ada keperluan apa Yang Mulia datang ke rumah orang rendahan seperti saya?" tanya Orbert tanpa duduk di sofa.

Melihat hal itu, Matius pun berkata, "Duduklah."

Orbert tidak memiliki pilihan lain, selain menuruti apa yang dikatakan oleh Matius. Sesaat kemudian, Orbert mengernyitkan keningnya saat mencium aroma seduhan teh dari sudut ruang kerjanya. Di dalam ruang kerjanya, Orbert memang menyediakan sebuah meja untuk menyiapkan teh. Eleanor memang sering menemaninya bekerja ketika dirinya membawa pekerjaan ke rumah, dan Eleanor cukup senang menyeduh teh.

Karena itulah, Orbert menyediakan tempat khusus untuk putrinya itu. Saat melirik ke area tempat menyeduh teh, Orbert melihat sosok ajudan Kaisar yang tengah membawa nampan berisi teh. Nathan pun menyajikan teh yang sudah ia seduh dengan terampil, sebelum Matius melanjutkan pembicaraan tersebut.

"Aku datang untuk membicarakan mengenai mandate yang sudah aku berikan perihal pernikahanku dengan putrimu, Eleanor."

Wajah Orbert sedikit berubah muram. Mungkin, bagi Nathan itu tidak terlihat, tetapi berbeda dengan Matius yang bisa menangkap ekspresi itu dengan mudahnya. "Aku pikir, kau akan berpikir bijak dan mengirim putrimu dengan tenang ke istana. Tapi ternyata, kegelisahanku yang membawaku berkunjung ke kediamanmu, membuatku mendengar sesuatu yang menarik. Kau berniat menipuku dengan pertunangan putrimu yang bahkan belum pernah terjadi?" tanya Matius membuat wajah Orbert pucat pasi.

Meskipun bijaksana, tetapi Matius juga terkenal sebagai seorang setan perang yang kejam saat memberikan hukuman atau pelajaran pada orang-orang yang sudah mengganggunya. Tentu saja bukan pilihan yang baik menyinggung Matius. Namun, sebagai seorang ayah, Orbert tidak bisa membiarkan putrinya pergi begitu saja padahal hatinya tidak bisa menerimanya dengan tenang. Orbert menatap tepat pada netra cokelat keemasan milik Matius. "Yang Mulia, saya adalah seorang ayah," ucap Orbert pelan.

Matius pun tidak mengatakan apa pun dan membiarkan Orbert melanjutkan apa yang ingin ia katakan. Matius memang datang untuk berbicara dengan Orbert, jadi dirinya tidak merasa keberatan untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh seorang ayah ini.

Orbert menghela napas pelan dan berkata, "Saya adalah seorang ayah yang mengharapkan kebahagiaan bagi putri saya. Selama dirinya tumbuh besar, hanya saya yang ia miliki. Saya berusaha melakukan apa pun demi kebahagiaannya. Saya merawatnya, dengan berharap jika suatu hari nanti dirinya bisa bertemu dengan seorang pria yang bisa membahagiakannya, dan mencintainya. Dengan itu, saat saya mati pun, saya bisa merasa lega karena putri saya sudah memiliki sebuah keluarga baru yang bisa menjaganya dan membuatnya bahagia hingga akhir hayatnya. Namun, saya rasa menikah dengan Yang Mulia sama sekali bukan pilihan yang tepat."

Tentu saja siapa pun tidak bisa melihat ekspresi Matius, karena topeng yang ia kenakan. Namun, siapa pun bisa melihat raut tidak senang yang saat ini terpasang pada wajah Nathan yang rupawan. Selain terkenal sebagai seorang ajudan dan jendral perang yang kompeten, Nathan juga terkenal di kalangan wanita karena rupanya yang tampan. Hanya saja, kali ini wajah tampanya menunjukkan ekpresi tidak senang akibat perkataan yang ia dengar dari Orbert barusan. Nathan merasa jika Orbert tengah merendahkan Matius secara terang-terangan.

"Yang Mulia, saya rasa ada banyak nona bangsawan yang lebih memenuhi syarat sebagai seorang ratu daripada putri saya. Jadi—"

"Kau tidak bisa menolak mandate yang sudah aku berikan, Count Clement. Karena putrimu sebelumnya sudah setuju untuk datang ke istana dan menjadi istriku," ucap Matius mengonfirmasi jika dirinya sudah pernah bertemu dengan Eleanor sebelumnya.

Orbert yang mendengar hal itu jelas terkejut. Eleanor tidak pernah ke luar dari kediaman setelah pesta debutnya ke pergaulan kelas atas. Jadi, kapan Eleanor dan Matius bertemu? Pemikiran Orbert tersebut terbaca dengan mudah oleh Matius. Sang kaisar itu pun berkata, "Kami sudah bertemu dan sepakat mengenai pernikahan ini. Kau tidak perlu mencemaskan apa pun. Dengan namaku sebagai Kaisar, aku bersumpah jika aku akan membuatnya hidup dalam kemakmuran tanpa gangguan apa pun. Aku akan melindunginya, sebagai seorang suami, dan sebagai seorang kaisar."

Orbert mendengar kesungguhan dari perkataan Matius tersebut. Ia pun sadar, jika Matius sama sekali tidak main-main. Setelah itu, Orbert pun berkata, "Baik, saya akan setuju mengirim putri saya ke istana. Tapi, saya memiliki sebuah syarat."

"Apa yang kau inginkan?" tanya Matius tanpa basa-basi.

"Berjanjilah, jika Anda tidak akan mengambil seorang pun selir," jawab Orbert membuat Nathan hampir saja mengeluarkan pedangnya.

"Kau benar-benar lancang," desis Nathan.

Matius memberikan isyarat yang membuat Nathan kembali ke posisinya dengan lebih tenang. Matius menatap Orbert dan berkata, "Aku berjanji. Kau bisa memegang perkataanku, Count Clement. Karena sejak awal, aku memilih putrimu untuk menjadi satu-satunya istriku."