Bak pungguk merindukan bulan.
Iya. Aku ialah sang pungguk yang sangat merindukan bulan.
Kamu yang selalu aku impikan namun sangat mustahil untuk kudapatkan.
Kembali lagi, aku adalah sang pungguk yang menyedihkan. Selalu mengharapkanmu mungkin sekarang sudah menjadi hobby baru untukku.
Memikirkan tentangmu saja telah membuatku terlatih berjalan berirama, meski pada akhirnya aku terjatuh juga. Melihatmu membuatku kembali bergegas dan bersemangat meski hatiku kadang patah jua.
Sudah sering memang, tak sekali dua kali aku merasakan ini. Jatuh berkali-kali karena terlalu dengan kamu tak membuatku menyerah sampai disini saja.
Entahlah. Apa yang merasuki jiwaku, sampai-sampai semangatku mekar lagi. Terlihat bodoh, tak pernah ku hiraukan lagi. Sebab, perihal kamu aku tidak apa dipikirkan yang aneh-aneh oleh orang lain.
Mereka tahu apa tentangku? Aku tidak pernah mengusik mereka.
Sikap masa bodoh yang selalu saja aku pamerkan pada mereka.
Aku memang dikasihani mereka tiap-tiap aku berharap lebih padamu. Namun tak pernah ada rasa kasihan darimu yang aku terima. Aku tetaplah jadi sang pungguk yang tak dikasihani, olehmu.