Chereads / The Truthful Boy And A Love Story / Chapter 8 - Perempuan Perayu

Chapter 8 - Perempuan Perayu

Melihat para guru dan murid yang mulai berdatangan, aku segera melangkahkan kakiku keluar dari toilet lalu bergegas ke ruang kelasku.

Sesampainya aku di bawah ambang pintu kelas, terlihat kelas yang hampir semua bangkunya penuh terisi, tapi sama sekali tak terlihat Anto maupun tasnya di kelas.

Sebagian orang sempat mengarahkan perhatiannya kepadaku yang baru datang, tapi setelah itu, tanpa sapa atau basa-basi sedikitpun mereka langsung kembali ke kesibukan mereka masing-masing. Kecuali Laras, seorang perempuan mantan anggota ekskul pramuka yang berparas cantik dengan rambut hitam panjang diikat ponytail, dengan mata coklatnya dia terus memandangiku, dari berdiri di pintu masuk sampai duduk di kursiku.

Cukup lama aku duduk sambil menunggu Anto dan bel masuk berbunyi. Padahal jam di handphoneku sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit, tapi bel masuk belum juga berbunyi. Terus saja kuperhatikan handphoneku sambil berusaha mengabaikan Laras yang masih terus memandangiku, sampai jam itu menunjukkan pukul tujuh lewat sepuluh menit bersamaan dengan bel tanda masuk berbunyi dan diikuti dengan masuknya Pak Budi ke kelas beberapa menit setelahnya.

Pak Budi masuk, berjalan santai sambil menenteng buku paket biologi di tangan kirinya menuju meja guru, dan duduk di kursinya.

"Selamat pagi anak-anak!" Sapa Pak Budi

"Pagi Pak!" Balas semua murid

"Oke, kita lanjutkan materi yang Minggu kemarin ya?" Ucap Pak Budi lembaran halaman dari buku biologi yang dia bawa.

Selama kurang lebih dua jam lima belas menit dia habiskan waktu kami dengan materi pelajaran biologi yang sudah kulupakan.

"Oke, semua materi sudah saya sampaikan, saya harap kalian semua dapat mengerti semua yang sudah saya sampaikan selama satu tahun ini, kalau ada yang kalian belum mengerti materi hari ini silahkan saja temui saya diluar jam pelajaran. Untuk Minggu depan saya akan adakan review materi selama satu semester ini." Kata Pak Budi sambil membuka buku absensi kelas

"Baik Pak!" seru semua murid.

"Oke, hari ini siapa temennya yang tidak hadir?" tanya Pak Budi

"Anto Pak!" sahutku

"Oke, iya Anto, dia usah ijin sama saya. Terus siapa lagi?"tanya lagi Pak Budi

Semuanya diam tanpa kata, karena memang hanya Anto saja yang tidak hadir hari itu.

"Oke, berarti cuma Anto ya?" tanya Pak Budi sebagai penegas sambil beranjak dari kursinya

"Kalau begitu kita cukupkan sampai disini, materinya jangan lupa dibaca-baca lagi, dan sampai bertemu Minggu depan!" pamit Pak Budi sambil mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruang kelas

Sebenarnya aku ingin menanyakan kepada Pak Budi, ijin apa yang Anto pinta sampai dia tidak bisa masuk sekolah? karena Anto sama sekali tidak menghubungiku, sahabatnya. Tapi kuurungkan niat itu karena sedikit ragu dan malu untuk menanyakannya.

Tak lama setelah Pak Budi meninggalkan ruang kelas, bel tanda istirahat berbunyi, sebagian besar murid satu-persatu mulai berhamburan keluar kelas. Tidak terkecuali aku yang langsung memindahkan uang sakuku dari dalam tas ke saku baju dan berjalan keluar sambil melirik Laras yang kembali memandangiku.

Langsung saja aku melangkahkan kaki menuju kantin. Sesampainya di sana, tanpa adanya Anto yang biasanya menjadi teman obrol menghabiskan waktu, aku yang sempat kebingungan, mondar-mandir di depan kantin, akhirnya memutuskan membeli sebungkus roti isi coklat dan sebotol air mineral dingin, lalu segera kembali ke kelas.

Setibanya di kelas, terlihat ruang kelas yang sepi dan hanya menyisakan tiga orang murid lantai belakang sedang bernyanyi riang dengan diiringi petikan gitar serta jari nan merdu. Mereka adalah Aldo, sang gitaris, dia seorang laki-laki berkulit kuning langsat dengan rambut cepak sisir samping, Rian, seorang laki-laki berkulit sawo matang serta rambut keriting pendek, dan Laras. Aku berjalan ke kursiku sambil mendengarkan nyanyian mereka dan petikan gitar yang lumayan enak di dengar

Ditengah asyiknya makan dan mendengar nyanyian mereka, tiba-tiba saja Laras sudah berdiri di depanku

"Hei Di! nyanyi bareng kita yuk?" ajak Laras

"Hah?" mendengar ajakannya, aku yang tengah mengigit roti, hanya bisa menganga dengan potongan roti di mulutku.

"Ayolah! lu kalo gak ada Anto cuma bisa bengong doang kan di kelas?" ucap Laras sambil melirik kursi di sebelahku yang kosong.

"Eh? gak gak usah gak usah!" tolakku.

"Ayolah!" rayu Laras sambil mendekatkan wajah tersenyum dan matanya yang berbinar ke wajahku

"Iya!" jawabku sambil sedikit berusaha memalingkan wajahku karena malu.

"Oh, yaudah deh kalau gitu." Laras yang nampak kecewa dengan jawaban dariku perlahan menjauh, lalu kembali menghampiri teman-temannya yang bersandar ke dinding bagian belakang kelas, dan melanjutkan nyanyian mereka. Akupun kembali menikmati roti dan air mineralku yang tersisa

Setelahnya, siang hari itu aku lalui jam pelajaran yang tersisa sambil menahan rasa bosan dan jenuh serta ingin segera pulang. Jam istirahat keduapun kuhabiskan dengan tiduran di kelas, bahkan aku terlalu malas untuk bermain game di handphone. Sampai tepat pada pukul tiga sore, bel tanda pulang berbunyi.

Sebelum meninggalkan kelas, aku sempatkan mengirim pesan WhatsApp ke Anto, menanyakan alasan kenapa dia tidak masuk sekolah dan kenapa dia tidak memberitahuku terlebih dahulu. Setelahnya aku langsung ke parkiran.

Ketika aku sudah memakai helm dan naik ke atas motor, mendadak ada yang menepuk pundak kananku, spontan aku menengok ke belakang. Dan nampaklah Laras.

"Hey Di!" sapa Laras.

"Hai!" balasku

"Nongkrong bareng kita yuk?" ajak Laras sambil menunjuk ke arah dua temannya yang sudah siap diatas motor.

"Eh? engga deh, gua mau langsung pulang aja, gak punya duit gua!" tolakku

"Yaampun! nongkrong gak harus jajan juga kali!" tutur Laras

"Aduhh, jangan sekarang deh!" ujarku

"Oh, yaudah deh. Kalo lu berubah pikiran langsung aja gabung ya? ntar gua share lokasinya." Aku mengangguk, lalu Laras menghampiri kedua temannya dan mengobrol serta tertawa dengan mereka. Akupun segera mengeluarkan motor dari parkiran dan langsung tarik gas pulang

Di sepanjang perjalanan, terlihat parkiran-parkiran supermarket serta minimarket yang penuh sesak dengan motor dan mobil. Karena terlalu asyik melihatnya, aku sampai tak memperhatikan kecepatan motor yang semakin melambat, seketika tubuhku tersentak karena motorku mengenai motor yang ada di belakang.

"Woy!." Terdengar suara bentakan kencang dari belakangku. Karena ketakutan dan panik, aku langsung menarik gas motorku sekuat tenaga, berusaha kabur. Akhirnya kejar-kejaran di lalu lintas yang lumayan padatpun terjadi.

Terlihat dari kaca spion ada seorang pengendara dengan motor bebek jadul yang berusaha menyusulku. Ketika aku memasuki kolong sebuah jembatan tol, tiba-tiba terdengar suara benturan keras dari arah belakang.

Buuughhh

Sebenarnya aku ingin berhenti dan melihat apa yang terjadi, tapi mengingat ada yang sedang mengejarku, akhirnya kutahan rasa penasaran itu dan tetap fokus ke depan.

Begitu keluar dari kolong jembatan tol, kulihat kaca spion, pengendara motor tadi sudah tidak terlihat.

"Mungkin dia sudah menyerah mengejarku dengan motor tua itu?" pikirku