"Mau jalan Ra?" Dedrick bertanya kepada Dira yang lagi menonton televisi, walaupun hanya mengganti- ganti chanel aja tanpa fokus menonton,
"Malas Ded," jawab Dira sambil tiduran di pangkuan Dedrick,
"Kamu tidak akan bisa melupakannya, jika kamu selalu memikirkannya," Kata- kata Dedrick mengena di hati Dira, membuat Dira bangun lalu menatap Dedrick, dengan tatapan merasa bersalah.
"Aku ganti baju dulu," betul saja, senyuman Dedrick mengembang, Dira berjalan menuju kamarnya dan memakai baju you can see leher V dengan kedua sisi di bagian pinggang berlubang, Dira memutar tubuhnya di depan cermin dan memoles wajahnya dengan make up Natural, rambutnya sengaja di gerai lalu keluar menemui Dedrick,
"Ayo Ded!" Ajak Dira sambil memeluk tangan Dedrick, "Ded, ayo!" Dira menggoyangkan tangan Dedrick sehingga Dedrick tersadar,
"Kamu cantik Dira..." Dedrik menatap Dira kagum, pesona Dira memang tidak ada duanya.
"Kamu berlebihan, Kita mau kemana?" tanya Dira sambil menengadahkan wajahnya menatap Dedrick.
"Dinner ..." Jawab Dedrick. Dira tersenyum mengangguk tanda setuju.
Dedrick membawa Dira ke tempat makan di pinggir kota paling tinggi, dengan menatap kota dari kejauhan, memandang lampu kelap- kelip terasa indah.
"Ini indah Ded... Tapi kamu tadi tidak bilang akan ketempat seperti ini..." Raut wajah Dira agak kesal, Dedrick tersenyum dan merapatkan tubuhnya,
"Kamu kedinginan? aku akan menghangatkan tubuhmu!" Dira tersipu malu dan wajahnyapun merona.
"Bantu aku melupakannya..." suara seseorang dari meja sebelah, suaranya membuat perasaan Dira seperti terjatuh di pecahan kaca pedih sekali, untung saja tirai dan pencahayaan yang tidak terlalu terang menutupi kesedihannya.
"Ded, kita yakin akan di sini?" suara Dira pelan,
"Disini tempat yang indah untuk menghabiskan waktu dengan pasangan," jawab Dedrick, Dedrick perlahan merenggangkan pelukannya, lalu berbisik ketelinga Dira, "Aku ke toilet dulu Ra," Dira hanya mengangguk dan pura- pura fokus kepada makanannya.
Setelah Dedrick pergi, suara itu terdengar lagi. "Aku mencintaimu Kin, lakukan apa saja kepadaku, aku akan senang!" suara menggoda terdengar begitu menggelitik di telinga Dira.
"Bantu aku melupakannya dengan sentuhanmu!" permintaan seorang pria terdengar jelas, suara itu adalah suara Kin Dhanan Jaya, laki- laki yang selalu di hati Dira.
Mendengar langkah kaki mendekat, Dira segera mungkin memasang senyuman manisnya, yang terlihat sangat menggoda di mata Dedrick.
Dedrick duduk dan memeluk Dira sambil mencium beberapa titik sensitif Dira,
"Ded, stop!" Dira memegang erat tangan Dedrick, karena jujur pertahanannya hampir runtuh, rasa panas yang menjalar karena suara Kin, membuat Dira ingin mendapatkan sentuhan lebih dari Dedrick tapi, Dira masih mempertahankannya untuk saat ini.
Dedrick menghentikan aktivitasnya, tersenyum melihat semburat rona merah di pipi Dira,
"Kamu cantik sekali Dira..." gumam Dedrick, pesona Dira memang tidak bisa di sangkalnya, begitu banyak wanita yang pernah dekat dengannya, terkalahkan oleh seorang Anindira Maheswari.
Dira mendongakkan kepalanya dan tak ayal bibir Dira disambut gembira oleh Dedrick, ciuman berlangsung lama dan mereka berdua menikmatinya, sampai akhirnya Dira melepaskan ciumannya.
"Ayo pulang!" ajak Dira kepada Dedrick, dengan senang hati Dedrick mengangguk, ketika sampai di parkiran mobil, Dedrick menekan Dira ke mobil dan menciumnya kembali, bahkan meremas dada Dira.
"Ded, ini tempat umum," Dira memperingatkan, tangan Dira sekuat tenaga menipis sentuhan Dedrick,
"Aku menginginkanmu Dira," nafas Dedrick sudah tidak beraturan dan diluar dugaan, keduanya terpisah karena tarikan tangan seseorang,
"Apa yang kamu lakukan dengan Diraku?" suara tajam sangat menusuk seperti pisau terdengar di telinga Dira, Dira segera menatap siapa yang datang,
"Kin..." Dira menutup mulutnya. Benar- benar Kin, berarti suara tadi? Seketika wajah Dira mengeras menahan amarah.
"Kenapa mengganggu kami Kin?" suara Dira tak kalah tajam sampai Dedrick saja terbelalak.
terlihat wajah Kin semakin menggelap dan sangat suram, bagaikan awan tebal saat akan turun hujan deras dan kilatan amarah terpancar jelas dari tatapannya yang tajam.
"Pulang!" Teriak Kin membahana, seketika ,tubuh Dira gemetar, tangannya meringis menahan sakit karena cengkeraman Kin yang sangat keras.
Kin menarik tubuh Dira kepelukannya, lalu memaksanya masuk kedalam mobil Kin,
"Jangan coba- coba kabur, diam di sini!" Kin menutup pintu mobilnya, lalu menatap Dedrick,
"Sudah ku bilang jangan menyentuhnya..." suara Kin datar. Dedrick tersenyum sinis menatap Kin,
"Aku pacarnya," Jawabnya.
"Apapun statusmu, aku tidak peduli.... Yang pasti dia Diraku," Kin berbalik meninggalkan Dedrick,
"Kamu pengecut Kin, kamu egois ..." Sungut Dedrick terpancing juga emosinya. Kin tidak memperdulikannya, masuk kedalam mobil dan menginjak pedal gas hingga mobil melaju cukup kencang,
Dira hanya diam, air matanya meleleh di pipinya, tapi hanya bisa diam karena ketakutan,
Sampai di rumah, lagi- lagi Dira setengah di seret menuju kamar, Dira langsung di bawa kekamar mandi lalu menjatuhkan Dira ke dalam bathtub, tangan kirinya menahan tubuh Dira sementara yang satunya lagi memegang shower dan menyiram tubuh Dira dari kepala sampai ujung kaki.
"Kin hentikan!" Dira mencoba berontak, namun gagal, nafasnya hampir putus karena Kin mengguyurnya lumayan lama dan tidak berperasaan.
"Mana bagian yang di sentuh Dedrick hah? Aku akan membersihkannya, manaaaaa?" teriak Kin, memekakan telinga.
Dira tersentak melihat Kin seperti kesurupan, bahkan tubuh Dira yang menggigilpun tidak di hiraukannya dan terus menggosok tubuh Dira.
Dira semakin menggigil, tubuh Dira membiru dan Kin baru menyadarinya lalu menghentikan aksinya, Kin menyeret kembali Dira yang basah kuyup kedalam kamarnya, tidak peduli lantai kamar menjadi basah karenanya,
"Aku sudah memperingatkanmu, aku tidak suka jika tubuhmu di sentuh orang lain. apa kamu sekarang menjadi wanita murahan hah?" perkataan Kin tajam, setajam belati yang mampu menggores hatinya hingga terluka dalam, sangat sakit namun tidak berdarah.
"Kamu berengsek Kin..." Kata itulah yang menggambarkan semuanya, kecewa karena ke egoisan Kin, kecewa karena Kin seakan tidak memberi celah untuk menghindar darinya dan melupakannya, sedangkan Kin berbuat seenaknya dengan wanita lain berkali- kali, seakan tidak peduli rasa sakit yang dirasakan Dira saat mengetahuinya.
Kin menekan tubuh Dira lalu mengangkat wajahnya dan menciumnya secara kasar, tangannya tak kalah kasarnya merobek baju Dira hingga tidak berbentuk, setelah itu tubuh Dira diarahkan ketempat tidur dan terjadi lagi penyatuan terlarang mereka.
Dira menitikan air matanya, tubuhnya terasa remuk, menggerakan jari tangannyapun sudah tidak sanggup dan berakhir memejamkan matanya.
Kin yang kelelahan karena penyatuan mereka yang berkali- kali tanpa jeda, membuatnya juga tertidur di samping Dira.
Kin terbangun sa'at matahari mulai meninggi sengaja rumah di kosongkan tanpa Art dan yang lainnya kecuali satpam agar dirinya leluasa melancarkan aksinya, seberapapun dirinya berjuang, saat melihat Dira di sentuh orang lain dirinya tidak terima. Kalau tidak ingat hukum, Kin sudah pasti mencincang Dedrick dengan sangat sadis.
Kin membersihkan diri dan membuat makanan untuk dirinya dan Dira, sementara Dira terbangun dan bersandar di kepala tempat tidur, tubuhnya lemas tidak mampu berjalan.
Kin masuk kembali ke kamar Dira seketika pandangan mereka bertemu. Dira memalingkan wajahnya masih dalam keadaan kesal.
"Ayo mandi!" ajak Kin, Dira tidak menjawab apa- apa berdiri dan melangkahkan kakinya walaupun akhirnya terjatuh karena kurang keseimbangan. Kin mengangkatnya kekamar mandi dan mendudukan Dira di bathtub yang telah diisi air.
Dira berendam sesaat lalu membilasnya dan memakai pakaian. Terdapat beberapa lebam di tubuhnya menyisakan nyeri tapi tak seberapa dibandingkan luka hatinya.
Dira makan walau hanya sedikit dan kembali ke kamarnya, tak ada yang harus dibahas dengan Kin dan tak ada lagi yang bisa Dira kabarkan kepada Dedrick.
Bilang sangat mencintainya? Atau memintanya agar hubungannya berlanjut? Sangat tidak mungkin dan dirinya tidak pantas untuk Dedrick, tubuhnya sudah dikunci oleh Kin,
❣
Semburat senja merah mengantar matahari untuk kembali keperaduannya. Dira berdiri di balkon menatap ombak pantai, setelah berhasil kabur dari genggaman Kin, di pesisir pantai selatanlah Dira tinggal, Dira yakin pada akhirnya dia akan di temukan Kin tapi mungkin tidak mudah.
Satu hari, dua hari, satu minggu, dua minggu dan satu bulan... hati Dira masih tetap sama, terluka, Dira mengambil ponsel dan mendengar rekaman suara yang dikirimkan oleh Lena.
'Sudahlah Kin, lupakan Dira! dia sengaja pergi meninggalkanmu karena sudah tidak mencintaimu,' suara Lena yang manja membuat Dira mual,
'Aku akan tetap mencintainya,' Jawab Kin,
'Tapi, kamu tidak bisa menghindari ini sekarang... Aku akan menyenangkanmu...' Lena terdengar menggoda dan terakhir suara Kin mendesah.
'Jangan lakukan ini Lena...' tapi, sepertinya otak dan hasratnya tidak singkron hingga beberapa kali desahan keluar dari mulut Kin.
Dira yang sedang memegang gelas tidak sadar meremasnya seperti meremas kerupuk untuk taburan gado- gado, hingga hancur dan membuat luka di tangannya, Dira mengabaikan darah yang mengucur dari tangannya hingga menggenang di lantai.
Air matanya keluar membanjiri pipinya begitu saja,
"Sampai kapan aku keluar dari permainanmu Kin? Sampai kapan kita saling terluka dan makin hancur? Sampai kapan kamu menggenggamku, sementara kamu bermain dengan yang lain? Aku terlihat seperti sampah saja sekarang..." gumam Dira.
❣
Di KEDIAMAN KIN
Kin pulang dengan keadaan mabuk berat, di suguhkan dengan tubuh polos Lena, sebagai seorang laki- laki normal pasti terpancing,
Setelah perdebatan dengan Lena, beberapa kali Kin mendesah dan Kin hampir menyetubuhi Lena, tapi Kin tiba- tiba menghentikannya. Mencium bau tubuh Lena hasratnya langsung menurun.
"Hanya Dira..." ucapnya datar, lalu meninggalkan Lena begitu saja.
Lena sangat marah, karena beberapa kali gagal menikmati tubuh indah Kin,
"Sialan Kin, tapi tidak apa- apa rekaman desahanmu akan membuat Dira semakin hancur," senyum licik mengembang di bibir Lena.