Chereads / Anindira / Chapter 30 - Makan malam

Chapter 30 - Makan malam

"Tidurlah Kin!" Dira menatap Kin yang masih berpakaian kerja lengakap, dasinya telah di longgarkan dan sangat berantakan.

"Aku..." Kin menatap Dira dengan tatapan bersalah,

"Aku baik- baik saja, hanya tubuhku memang sedang tidak bersahabat," Dira tersenyum kepada Kin, Dira selalu tidak rela jika Kin bersedih.

Kin tetap tidak bergerak, membuat Dira harus extra sabar,

"Mandi dulu, ganti baju terus tidur di sini!" Dira tersenyum lembut dan itu ampuh, Kin beranjak keluar kamar, tetapi hanya mengambil baju dan di letakan di tempat tidur di samping Dira kemudian dia masuk kekamar mandi Dira, saat keluar tak ayal membuat Dira menahan nafas karena, Kin hanya mengenakan handuk saja yang melingkar di pinggangnya.

Dengan tidak malunya, Kin memakai baju di hadapan Dira lalu naik ketempat tidur di samping Dira, Dira yang menahan sakit kepalanya memejamkan matanya,

Saat tangan Kin menyentuh tangan Dira, Kin terkejut, "Kamu demam lagi, Dira," dengan sabar, Kin mulai mengompres Dira,

"Kin bangun!" Lena dengan kesal membangunkan Kin yang sedang nyenyak tidur sambil memeluk Dira,

Kin membuka matanya dan menempelkan telunjuknya di bibirnya,

"Jangan berisik, Aku tidak kerja hari ini." Kin sama sekali tidak bergerak bahkan menutup matanya kembali dengan posisi masih memeluk Dira.

Lena menatap kesal, namun tidak bisa berbuat apa- apa selain meninggalkannya.

'Sabar Lena sabar! Nanti ada saatnya kamu memiliki segalanya dan kamu akan meninggalkan Kin dengan setumpuk uang' hibur Lena, lalu pergi meninggalkan rumah Kin.

Dira bangun karena perutnya bergejolak, dengan pelan memindahkan tangan Kin, lalu berjalan kekamar mandi sambil membawa cairan infusnya sendiri dan mengeluarkan isi perutnya,

Kin setengah berlari kekamar mandi mendengar Dira muntah yang kebetulan tidak dikunci,

"pegang infusnya!" perintah Kin lalu menggendong Dira kembali ketempat tidur, Kin langsung memberikan obat mual kepada Dira.

"Ma'af mengabaikanmu akhir- akhir ini," Dira menggeleng,

"Aku tahu kamu berusaha merubah perasaanmu," Kin mengangguk,

"Aku tidak mau menyakitimu Dira, aku takut kenyataan semakin membuatmu luka nantinya," mata Kin terhalang oleh air mata.

"Iya aku tahu Kin, aku juga mencoba sepertimu," Dira menunduk,

"Dedrick?" Dira mengangguk, Kin tertawa tapi terlihat jelas kilatan kecemburuan dimatanya,

"Kamu pintar Dira, bahkan dia lebih tampan dan tubuhnya lebih sexy dari pada tubuhku,"

"Aku...belum menyentuhnya eee... Udah tapi hanya..." Dira menatap Kin dan terdiam,

"What????" Kin melotot, wajahnya merah padam, walaupun Kin telah membuat polos Lena, tapi membayangkan Dira polos dan mendesah di pelukan pria lain membuatnya panas, lebih panas hatinya dibandingkan berjalan kaki digurun pasir tengah hari.

"Aku hanya mengobati bagian tubuhnya yang memar, itu juga gara- gara ulahmu," Bela Dira,

"Memang sih tubuhnya indah," Dira menatap Kin sambil tersenyum menggoda,

"Sepertinya boleh di coba seperti kamu dengan Lena," ledek Dira, wajah Kin menggelap tapi mengingat Dira sedang sakit, membuat sekuat tenaga menahan emosinya,

Kin pergi kekamar mandi dan kembali ke hadapan Dira membawa air di dalam wadah,

"Aku lap dulu yah," Dira menggeleng,

"Nunggu Dedrick aja," Dira kali ini, benar- benar menguji kesabaran Kin.

"Dira...." suaranya Kin berubah datar, membuat nyali Dira menciut dan terdiam.

Kin tanpa ragu membuat Dira polos dan mengelap tubuh Dira dengan handuk basah, lalu di lap lagi menggunakan handuk kering, sesudah itu memakaikan bajunya.

Pipi Dira merona, karena sentuhan Kin pada kulitnya membuat Dira tidak fokus, Kin juga sekuat tenaga menahan hasratnya apalagi yang ada di bawah perutnya berontak.

Dira dan Kin menarik napas panjang setelah baju Dira terpasang semua.

"Tok...tok...tok..." Pintu kamar Dira di ketuk, membuyarkan otak mesum mereka berdua.

"Masuk!" suara Dira dari dalam, sedang Kin menaruh baju kotor Dira kekeranjang baju,

Dedrick muncul dan tersenyum melihat Dira,

"Habis mandi?" Dedrick mengambil sisir dan menyisir rambut Dira,

"Hanya di lap," Dedrick mendekatkan hidungnya ke leher Dira,

"Tapi wangi kok," Dira tersenyum,

"Kamu menghiburku Ded, aku enggak mandi tiga hari kamu bilang wangi," suara Dira lemah,

"Kamu masih demam, tidak apa... Bagiku kamu wangi. Aku bawa bubur, mau aku suapi?" mata Dira membulat melihat Dedrick yang Cool membawa kotak makan dan menganggukan kepalanya.

"Kamu tidak malu membawa itu?" Dedrick menggelengkan kepalanya dan mulai menyuapi Dira, Kin keluar dari kamar mandi menatap Dedrick tajam,

Dedrick mengabaikan tatapan mengerikan Kin, "Sudah Ded, aku mual," Dira memejamkan matanya menahan mual,

"Setelah ini aku akan memperhatikan makanmu!" Dedrick meremas tangan Dira dengan lembut.

"Aku yang akan memperhatikannya," Jawab Kin datar, lalu keluar dari kamar untuk mandi,

Tedi datang juga memeriksa Dira, "Demam kamu bandel Dira," Tedi menatap Dedrick,

"Kompres jika mulai tinggi lagi demamnya, jangan di tinggal!" Dedrick dengan senang hati mengangguk.

"Aku permisi..." Tedi keluar dari kamar Dira diantar Dedrick.

"Hati- hati sama serigala penjaga Dira!" Tedi tersenyum menggoda Dedrick, Dedrick tersenyum kecut,

"Aku akan menghadapinya," jawab Dedrick.

Dedrick masuk kembali kedalam kamar Dira, terlihat Kin sudah ada di sisi Dira sedang mengompresnya, Dedrick menatap Dira dan Dira tau,

"Kin, kamu istirahat saja! Kamu pasti lelah semalaman menjaga aku," Kin mengangguk, membuat angin segar sepoy- sepoy menerpa hati Dedrick, Kin bangkit tapi...tunggu...tunggu, Kin memutar jadi ke sisi ranjang Dira yang kosong,

Dedrick "???" sialan Kin, ingin sekali Dedrick menyingkirkannya, Dedrick melotot melihat Kin berbaring di sebelah Dira dan memejamkan matanya,

Dedrick mendekat kesisi Dira, Dira tersenyum sangat menggemaskan di mata Dedrick,

"I love you Dira..." Dedrick menatap Dira dengan tatapan penuh cinta, sesaat suasana hening,

"Love you too Ded," suara Dira sangat lembut di telinga Dedrick bahkan di telinga Kin juga.

Dedrick menatap Dira tidak percaya dan bahkan Kin yang tertidur langsung bangun menatap kearah Dira tidak percaya dengan jawaban Dira, seketika senyum kemenangan ada di wajah Dedrick, melirik Kin dengan tampang mengejek lalu mencium kening Dira.

Kin bangun dan mengusap kasar wajahnya dan di saat bersamaan Lena datang langsung memeluk Kin dan mengecup bibir Kin sekilas, Dira langsung memejamkan matanya tentu saja tertangkap mata Dedrick,

'Tidak apa kamu menjadikan aku pelampiasan, asal kamu bisa sedikit lega dan mengobati lukamu semua tak apa...' gumamnya dalam hati Dedrick,

Kin keluar dari kamar Dira diikuti Lena. Saat mereka sudah tidak ada sudut mata Dira basah, Dira mengatur nafasnya yang tiba- tiba sesak.

"Maaf Ded, mungkin tidak mudah untuk menghilangkan perasaan di hatiku terhadapnya dan aku tidak yakin bisa menghapusnya, jadi... Jika kamu takut suatu saat aku meninggalkanmu, lebih baik berhenti dari sekarang, Ded!" Dedrick tersenyum dan menggelengkan kepalanya,

"Jika bersamaku sedikit ringan, why not?" Dira menatap Dedrick juga tersenyum,

"Terimakasih," Dira mengusap wajah Dedrick dengan tangannya dan di tangkap Dedrick lalu menciumnya.

Semenjak Dira sakit bu Dawi pulang bekerjanya setelah makan malam selesai. Satu minggu Dira baru pulih,

"Malam sayang," suara maya mengejutkan Dira yang sedang menaruh piring di meja makan,

"Mama..." Dira menghampiri Maya dan memeluknya. Saat melihat Ezza, senyuman Dira hilang,

"Mama kangen sayang," Dira menatap Maya,

"Aku juga kangen ma, maaf akhir- akhir ini aku jarang berkunjung,"

"Tidak apa Dira, lagian mama tau kamu sakit, nih mama bawain obat herbal untuk memulihkan tubuhmu," Maya memberikan obat pada Dira, Dira tersenyum,

"Makasih mam, aku panggil Kin dulu ya mam, mama silahkan duduk!" Dira segera kekamar Kin lalu mengetuk pintu, tidak ada jawaban.

Dira perlahan mendorong pegangan pintu kamar dan tidak terkunci,

"Kin, ada mama..." tidak ada suara jawaban dari dalam, saat Dira berbalik dan terasa tubuh dingin memeluknya, wangi sabun menyeruak dari tubuh Kin dan sangat menggoda Dira, tetesan air jatuh dari rambut Kin,

"Kin, jangan menggodaku!" mata Dira terpejam berusaha menetralkan dirinya, lalu berusaha melepaskan diri, tangan keker Kin tentu pemenangnya.

Dengan mudahnya Kin membalikkan tubuh Dira dan mengecup bibir Dira, makin lama makin dalam Kin sangat menikmati ciumannya hingga beberapa menit,lalu menghentikannya,

Saat ciuman terlepas, Dira langsung kabur dari kamar Kin, segera menemui Maya.

"Kin lagi apa Dira?" tanya Maya sambil menaruh lauk di atas meja,

"Lagi mandi mam, sebentar lagi selesai," Jawab Dira lalu duduk di kursi, Ezza yang agak jauh duduknya pindah kesamping Dira,

Kin turun dengan mengenakan celana pendek dan kaos pas tubuhnya membuat tubuh indah Kin tercetak jelas.

"Mam..." Kin memeluk dan mencium Maya, walaupun Kin masih marah atas semua yang terjadi tapi, Kin tidak bisa mengabaikan Maya. Kin duduk di samping Dira, lalu menyendokan nasi dan lauk yang lainnya kepiring Dira, sementara dirinya memakan spaghetti dengan taburan daging cincang.

"Makan yang banyak!" suara Kin lembut sambil mengusap rambut Dira, Dira haya mengangguk dan mulai makan dengan diam sementara Ezza tidak mau kalah dengan Kin, meletakan sayur di piring Dira.

"Makan sayur yang banyak juga Dira!" Maya yang melihatnya geleng- geleng kepala, Lalu melihat piring Kin,

"Kin, kamu engga makan nasi?" Kin, menggelengkan kepalanya,

"Kin tidak makan nasi mam," Dira menjelaskan kepada Maya,

"Ma'af mama engga tau Kin," Kin tersenyum,

"Tidak apa mam," Jawab Kin, lalu matanya di alihkan kepada Dira lagi dan mengambilkan lauk untuk Dira, Ezza tidak mau kalah hingga piring Dira menggunung, membuat Dira marah  dan ingin menangis melihat makanan di piringnya,

"Ezza... Kin... Stoooop! kalian pikir aku gentong?" triak Dira, menaruh sendok dan garpunya lalu pergi meninggalkan ruang makan, membuat Kin mengejarnya,

"Dira... ma'af..." suara Kin lembut sehingga menghentikan langkah Dira.

"Makanlah sedikit lagi!" Kin mencoba membujuk Dira. "Please!" kata Kin lagi, Dira luluh dan kembali duduk. Maya yang melihat interaksi Kin dan Dira merasa sesak napasnya, juga merasa sangat berdosa.

Kesalahan dirinya dan Wijaya Dira dan Kin tersiksa.