Ini mungkin bukan sebuah kisah yang menarik, tapi kisah ini begitu luar biasa bagi kami berdua. Aku, Zayn, dan temanku, Kagami, merupakan sahabat dekat sekaligus rival terberatku, bahkan sejak duduk di bangku SD. Persaingan kami sangatlah kuat, semakin kuat ketika sebuah gim fenomenal di dunia rilis, Fighter Alliance. Kami berdua telah berjanji untuk selalu bersaing menjadi yang terbaik di dalam gim ini dan turnamen Fighter Summit adalah tujuan kami.
Singkat cerita, aku dan Kagami berhasil mencapai babak final dengan tim masing-masing dan timku berhasil memenangkan pertandingan itu. Namun kesialan menimpa Kagami sebulan setelah turnamen berakhir. Dia terjebak skandal besar yang membuatnya ditendang dari tim dan menghilang entah ke mana.
Menghilangnya Kagami itu berarti menghilangnya hasratku bermain Fighter Alliance. Fighter Alliance tidak semenyenangkan dulu. Tidak ada aksi menghibur darinya di kompetitif dan membuatnya menjadi membosankan. Akibatnya, aku pun kehilangan kemampuanku menjadi Support terbaik di dunia, bahkan digantikan oleh pemain cadangan pada paruh musim. Aku berpikir, inilah akhirnya aku keluar dari dunia ini. Dunia yang telah membesarkan namaku dan rivalitasku dengan Kagami.
Belum sampai sehari, berita tentangku yang keluar dari tim FA terbaik di dunia, Peganden Gaming, menyebar dengan sangat cepat. Banyak sekali tawaran dari tim lain untuk menyewa jasaku. Undangan wawancara juga memenuhi surelku.
"Jadi kenapa anda keluar dari tim? Apakah performa buruk sepanjang Spring Split menjadi alasan?"
"Sebetulnya performa burukku adalah dampak dari alasanku berhenti. Aku merasa sudah kehilangan motivasi dalam bermain FA. Tidaklah menyenangkan mendengar sahabat sekaligus rivalmu menghilang dari FA."
"Rival? Maksud anda Failed Mage yang menjadi lawan di Fighter Summit 2038 kemarin?"
"Benar. Dia adalah salah satu rival sekaligus sahabat yang saya hormati. Kalau bukan karena dia dan Haruka, aku mungkin menjadi hikikomori setelah gagal pada turnamen antar-sekolah beberapa tahun silam. Dia adalah salah satu pemain yang kreatif dengan semangat juang yang sangat tinggi melebihi siapapun. Tidak ada kata 'menyerah' dalam kamusnya yang membuatku semakin ingin mengalahkannya."
"Baik. Mengenai skandal yang dialami Failed Mage, bagaimana menurut anda?"
"Aku tidak mempercayainya. Dia bukanlah orang yang gampang …, maaf, 'sange' sama setiap gadis yang ditemuinya. Dia adalah orang yang sangat menghargai wanita, apalagi pacarnya, nona Kurobane."
"Bagaimana anda begitu yakin?"
"Aku kenal dia sudah lama. Dia adalah orang yang pemalu terhadap wanita. Dia dulu pernah sekamar sama nona Kurobane ketika masih menjadi siswa sekolah sihir dan dia lebih memilih tidur di warnet tempatnya bekerja. Bukankah itu adalah alasan yang kuat?"
"Baik. Setelah ini, apa rencana anda?"
"Hmmm …! Aku tidak tahu. Yang jelas aku ingin istirahat dulu. Selama Kagami tidak kembali, aku mungkin tidak akan bermain kompetitif lagi."
Seminggu setelah wawancara itu, aku masih saja terus kebanjiran surel yang masuk. Tetap dengan undangan wawancara, ajakan bergabung ke tim, ajakan collab para YouTuber, ajakan sparring dari para vtuber …, wait?
Bodo, lah! Aku tolak aja. Toh, kalau ngajak sparring tinggal chat ke dalam gim aja. Ngapain pake formalitas?
"Kenapa kakak tidak terima aja tawarannya?"
Melegakan punggungku yang kaku sejenak, aku pun menjawab pertanyaan wanita yang berada di belakangku.
"Males, ah. Aku masih ingin vacuum dari FA. Paling gak sampai bulan depan."
"Padahal seru, lho, main sama vtuber, apalagi yang gak begitu jago."
"Bukan masalah gitu juga, sih, Haruka. Aku takut diamuk sama fans mereka. Takut mereka nyerang akunku karena cemburu."
Kuputar kursiku menghadap seorang gadis berambut hitam panjang yang sedang meminum teh hangat.
"Hufff …! Kakak ini bodoh atau gimana? Justru fans-nya akan bangga karena idola mereka bermain bersama juara dunia FA."
Iya, juga ya? Kenapa aku jadi bodoh begini?
"Kebanyakan mikir Kagami jadi begini, deh."
Kata-kata menusuk dari Haruka benar-benar menusuk batinku. Aku memang sampai hari ini masih penasaran ke mana Kagami berada. Ibunya dulu aku telepon juga tidak tahu keberadaanya.
"Ah …, aku tidak ingin membahasnya dulu. Aku lagi bingung."
Kutinggalkan Haruka begitu saja di kamar dan pergi ke dapur. Air mineral dingin sudah cukup untuk mendinginkan pikiranku. Kata orang kalau minum air dingin pas cuaca terik bisa bikin kepala pusing, tapi …, bodo amat, lah!
Dalam relung batinku berdoa agar Kagami cepat diketahu kabarnya. Aku bener-bener gak tenang kalau dia masih menghilang tanpa kabar. Aku merasa aku masih mempunyai hutang yang masih belum kubayar.
"Kak, Kagami, kak, Kagami!"
Tiba-tiba saja Haruka dengan tergesa-gesa berlari kepadaku dengan menyebut nama itu. Raut wajahnya yang panik menandakan sesuatu yang buruk kepada Kagami.
Semoga saja tidak hal yang buruk menimpa Kagami. Atau …, itu hanyalah anganku belaka.
"Ada apa?"
"Lihat saja, Kak."
Aku memasang mataku kepada beranda Facebook di ponsel Haruka. Berita itu benar-benar mengejutkanku dan merasa kasihan secara bersamaan.
"Kasihan Kagami. Udah kena kasus, ditinggal nikah lagi sama nona Kurobane."
"Hah?"
Haruka tampak kebingungan dan dia melihat ulang ponselnya. Dia juga terkejut dengan apa yang dilihatnya baru saja.
"Aduh, Kagami …! Kenapa Kagami begitu-. Eh, bukan yang ini!"
Dia terlihat menggeser layar telepon ke atas dan memberikannya kepadaku lagi. Sebuah video yang diunggah Kagami menunjukkan dirinya sedang berada di toilet dengan raut wajah ketakutan. Aku berpikir, dia sedang benar-benar dalam masalah.
Dan benar, dia memang benar-benar dalam masalah. Dia sekarang terjebak di toilet karena mall tempatnya berbelanja sedang dalam penyerbuan. Penyerbuan itu dilakukan oleh sekelompok teroris yang telah diketahui membawa senjata anti-magi untuk menangkal sihir dari penyihir.
Dia benar-benar ketakutan. Apalagi dia telah melihat banyak polisi sihir yang berguguran akibat penyerangan itu.
"Untuk ibuku yang tercinta, maafkan aku karena hanya bisa membuatmu malu. Aku sudah gagal menjadi penyihir, gagal menjadi pemain FA profesional, dan aku gagal menjadi anak yang sesuai keinginanmu, ibu.
Untuk Sylvia, aku dengar kau telah menemukan penggantiku. Selamat, ya!~ Semoga laki-laki yang menggantikanku tidak mengecewakanmu seperti diriku ini. Namun aku akan pastikan satu hal. Aku tidak pernah tidur dengan gadis itu. Dia telah memberikanku obat tidur dan aku berakhir seranjang dengannya."
"Tidak, Kagami! Kenapa kau bicara seperti itu?!"
Aku sudah tidak sanggup mendengar kata-kata terakhirnya. Itu adalah hal yang menyakitkan untukku. Selama ini Kagami jarang sekali mendapat kebahagiaan. Dia tidak pernah mendapat pengakuan dari yang lain meskipun dia menumpuk segudang prestasi. Aku tidak tahu kenapa, tapi …, aku merasa sangat menyesal merenggut semuanya darinya.
Sejak aku pindah ke Jepang pada tahun ke-4 di sekolah dasar, aku merenggut semua yang ia banggakan. Baik prestasi dalam akademis, maupun bidang gaming. Aku telah merenggut semuanya darinya.
Aku manusia yang jahat.
"Aku …, telah merenggut semuanya darimu!"
"Tidak, kak, jangan bicara begitu!"
"Memang benar, kan?! Gara-gara aku, Kagami kehilangan sesuatu yang dibanggakan kepada ibunya. Gara-gara aku-."
*plakkk …!
Sakit, sangat sakit tamparan dari Haruka. Aku memang bisa diam, tapi gejolak perasaanku tidak bisa dihentikan.
"Lihatlah lagi, kak! Jangan menyalahkan diri kakak seperti itu!"
Kembali diperlihatkan kepadaku video pesan terakhir Kagami. Aku tidak ingin menontonnya, tapi aku tidak ingin melihat videonya tidak tuntas. Aku harus menontonnya walau itu menyiksa batinku.
"Untuk Zayn, maaf karena aku tidak bisa mengalahkanmu. Kau adalah orang yang hebat yang pernah kutemui dalam hidupku. Aku bersyukur telah menjadi rivalmu. Berkatmu, aku belajar bagaimana artinya pantang menyerah. Aku yang dulu mungkin akan merasa putus asa jika dihadapkan dengan kekalahan. Namun aku sekarang lebih kuat dari siapapun. Aku menang soal tekad pantang menyerah. Jadi Zayn, tolong kembali ke dunia kompetitif! Masa gara-gara tidak ada aku kau jadi patah semangat? Cupu, kau! Hehehe …!"
"Sialan, kau!" aku tertawa kecil, tapi tetap tidak mampu membendung air mataku.
"Itu bukan salah kakak. Justru kakaklah yang membuatnya kuat seperti sekarang. Kagami memang kalah dari kakak, tapi dia tidak pernah menyerah untuk mengalahkan kakak. Jadi, kak, tolong jangan salahkan dirimu lagi."
Kilauan cahaya dari mata biru Haruka benar-benar indah seakan menyuruhku untuk berhenti menangis.
Benar, Kagami tidak menyukai diriku yang lembek! Aku harus terlihat kuat di matanya atau dia akan kegirangan melihatku cengeng seperti ini.
"Haruka, boleh aku pinjam sebentar."
"Tentu, kak."
Karena aku tidak terima atas kekalahanku, aku mengirim tantangan ke dia melalui kolom komentarnya.
Haruka Junichiro
Enak aja bilang aku kalah darimu. Lu, tuh, yang kalah. Masa bikin video kayak orang mau mati! Cupu, lu! Aku akan balik ke dunia kompetitif lagi jika lu berhasil bertahan hidup. Jadi, hiduplah bego!!!
Puas rasanya mengatakan itu, walaupun aku memakai akunnya Haruka. Setidaknya itu memberinya harapan untuk hidup.
Jadi, Kagami, berjuanglah untuk hidup!!!