Kuberdiri di depan gedung yang kini telah menjadi tempat kembaliku. Tempat di mana Kontraktor dari berbagai negara belajar.
Tujuan awalku datang kemari adalah untuk mencari tunanganku yang pergi. Tetapi, mulai saat ini, setelah aku melangkahkan kaki melewati gerbangnya, maka itu akan berubah.
Mulai sekarang, tidak akan ada Elkanah yang berjalan untuk mencari ingatan. Mulai sekarang, hanya ada Elkanah yang berjalan untuk mencapai impian baru.
Yang kuinginkan di sini … adalah menjalani hidup normal. Tanpa ada kisah cinta. Tidak dimiliki oleh siapa-siapa.
Tujuanku adalah, menjadi Kontraktor Roh. Sebuah tujuan sederhana itu, akan kujadikan patokan sebelum menemukan sesuatu yang lebih layak lagi untuk dituju.
"Anu, mau sampai kapan kamu berdiri di sini, ya?"
"Ah! Maaf."
Aku segera menepi ke samping, mempersilakan murid yang baru datang lewat. Sepertinya aku akan mengganggu orang lain lagi jika tidak segera masuk.
***
Di kelas.
Karena tujuanku yang sekarang sudah berubah, aku pun serius untuk menjalani pelajaran di akademi ini.
Tanpa mempedulikan rasa kantuk yang muncul selama pelajaran tadi, aku menulis semua materi yang diberitahukan Guru Grace.
Tidak kusangka, diriku di masa lalu hanya menuliskan hal-hal tidak jelas di bukunya. Itu benar-benar merepotkanku, karena aku jadi terpaksa mencari seseorang yang bisa meminjamkan catatannya untuk disalin.
Selagi menyalin, sebuah suara menggema di seluruh sudut akademi. Suara yang meminta sebuah nama untuk datang ke suatu tempat di saat ini juga. Saat istirahat kedua ini.
Dan yah, yang dipanggil itu namaku.
Aku berdiri dari kursi dan berjalan keluar, meninggalkan kelas dengan tujuan memenuhi panggilan yang barusan disiarkan.
Berjalan di lorong yang hanya ada perempuan saja untuk dipapasi, aku menapaki tangga hingga tiba di lantai selanjutnya. Di sana, tanpa sengaja aku menoleh ke kelas yang sebaiknya tidak kulihat.
Kelas 3 Wolf. Itu adalah tempatnya berada. Gadis yang sudah melupakanku dapat kulihat dari sini, sedang bercanda dengan teman sebayanya.
Aku menyunggingkan senyum tanpa ada yang menyadari. Kemudian, aku kembali ke alasan awalku beranjak pergi dari Kelas 2 Rat.
Lantai-lantai selanjutnya sudah kulewati. Sekarang, yang perlu kulakukan di lantai tujuh ini adalah pergi ke tempat yang lumayan sering kukunjungi.
Langkah kakiku menggema di sepanjang lorong. Berbeda dengan lantai sebelumnya yang kadang terdengar keributan siswi, lantai ini benar-benar sunyi. Semua guru tak menunjukkan kebisingan mereka sama sekali.
Tak perlu waktu yang terlalu lama, aku tiba di depan sebuah pintu yang bertulisan nama pangkat tertinggi di akademi setelah wakil direktur akademi. Tidak lain lagi, inilah pintu ruangan direktur akademi.
Dengan pelan, aku mengetuk pintu yang ada di depan. Kemudian menunggu izin dari orang yang ada di dalam kudapatkan.
Setelahnya, barulah aku masuk dan menemui orang yang memanggilku kemari serta memberi izin masuk ke sini.
"Apa Anda memanggil saya, Direktur?"
Kusunggingkan senyum kepadanya. Tetapi, reaksi yang ia berikan terlihat tidak nyaman. Direktur Akademi mengerutkan keningnya.
Penampilan layaknya gadis tujuh tahunan, ia yang memiliki rambut merah gelap pendek acak-acakan itu kini sedang duduk di atas kursi, merasukkan jari ke jari di atas meja kerja.
"Tumben sopan. Kau kerasukan apa hingga jadi bersikap seperti itu? Tapi yah, lupakan. Aku ingin kau menemui seseorang terlebih dahulu."
Si cebol itu lalu berkata masuklah pada seseorang yang baru saja mengetuk pintu di luar ruangan.
Berjalan memasuki ruangan, ia adalah seorang gadis berpenampilan seperti anak yang kisaran umurnya 12 tahunan. Rambut hitam diikat di sisi kiri.
Sepasang mata peraknya yang serupa dengan Cebol yang tidak marah lagi saat aku mengejeknya dalam hati terarah tajam kepadaku.
"Apa yang kaulihat!?"
Padahal aku seharusnya tidak mempunyai salah apa-apa, tetapi kenapa ia malah bersikap galak seperti itu? Apakah aku pernah bertemu dengannya dan berbuat salah di masa lalu yang sudah kulupakan?
"Anna memang seperti itu. Dia tidak akan bersikap baik-baik kepada orang yang tidak dia kenal."
Begitu. Mungkin, sesuatu telah terjadi di masa lalu hingga ia bersikap kasar. Jika sikap itu sudah jadi kebiasaan, apa boleh buat. Semoga lekas sembuh.
… Tetapi yah, cebol dua.
"Cebol dua? Siapa yang pertama?"
"Kau. Memang siapa lagi?"
GB membuang nafas panjang setelahnya. Kupikir ia mematikan kemampuan pasif Roh Kontrak-nya hingga tidak mendengar panggilanku kepadanya dalam hati, ternyata tidak.
Mungkin ia sedang puasa hingga menahan diri dari marah-marah hingga melemparku keluar gedung akademi. Tetapi, kalau ia puasa, kenapa ada cangkir berisi es kopi di atas mejanya yang terlihat baru saja diminum ….
"Baiklah, tidak usah terlalu banyak basa-basi. Akademi akan mengadakan ujian dalam waktu dekat di hari acak tanpa ada pemberitahuan."
… Tunggu sebentar, apa-apaan itu!? Jadi maksudnya, ujian di akademi akan dilaksanakan pada hari yang semua orang pikir itu adalah hari biasa?
"Tepat. Hari ini, kau dan seluruh murid yang ada di akademi selamat. Tapi besok, aku tidak menjamin itu akan terjadi lagi. Semua hari setelah ini bisa menjadi ujian."
Pantas saja, tadi aku melihat yang lain sedikit gugup. Kupikir, mereka sedang tidak enak badan berjemaah. Aku baru tahu kalau ujiannya seperti ini ….
"Jadi, apa hubungannya Anda memanggil saya kemari? Apa Anda akan memberi tahu saya tanggal pasti ulangannya?"
"Jelas tidak. Aku hanya ingin memberi tahu, kalau kau tidak akan diperlakukan seperti yang lain. Di mana, jika mereka mendapati nilai merah, mereka akan rimedi."
Berbeda? Bisa sebutkan lebih jelas apa yang dimaksud? Apa yang terjadi padaku jika mendapatkan nilai merah atau kenapa aku jadi diperlakukan berbeda dari yang lain?
"Jika kau mendapatkan nilai merah, maka kau akan dikeluarkan dari akademi. Alasannya, kau masuk ke sini tidak pada waktu pembukaan dan langsung naik ke kelas dua. Terlebih, kau masuk tanpa ada ujian. Jika hasil yang kautunjukkan hanya hal yang mengecewakan, jelas tidak akan ada yang menerima."
Begitu …. Entah kenapa terasa agak menyebalkan. Ketika aku melupakan hal yang tidak berhubungan dengan akademi dan memfokuskan diri pada pelajarannya, mereka malah memberi kemungkinan akan mengeluarkanku dari sini.
"Kesal? Hah. Kau akan lebih kesel lagi kalau kuberi tahu bahwa tidak hanya itu saja. Meski kau tidak mendapat nilai merah, tapi tidak masuk peringkat 30 besar, kau akan dipertimbangkan oleh pihak akademi akan naik atau tidak."
Yang benar saja …. Ini semakin membuatku kesal. Mereka seakan-akan ingin mengeluarkanku dari akademi ini. Apa yang kuperbuat selama hampir sebulan di sini, seharusnya tidak menjadikanku dibenci.
"… Lalu, untuk apa mempertemukanku dengan cebol yang satu ini?"
"Siapa yang kaupanggil cebol!?"
Gadis pendek yang beberapa meter lebih jauh dariku berlari kecil dan melayangkan tinju. Tetapi ….
"Jangan menghindar!"
Jika aku tidak menghindar, akulah yang akan tersakiti di sini. Jadi aku melangkah tanpa arah pasti untuk menghindarinya.
"Berhentilah, kalian berdua."
Entah bagaimana, kami berdua membeku di tempat. Gadis yang harusnya bernama Anna terdiam di tempat dengan satu kaki sementara kepalan tangannya masih melayang di udara serta punggung yang bungkuk karena dalam posisi memukul tetapi gagal.
"Betulkan posisimu, Anna."
"Y-Ya!"
Cebol dua pun mengangguk pada perintah cebol satu dan berdiri tegap di sampingku. Ketika pandangan kami berdua bertemu, ia menunjukkan tatapan tajam serta gigi yang digertakkan.
Daripada terlalu menatap cebol dua yang kelihatannya lebih panas dari cebol satu, lebih baik aku mengalihkan pandangan ke cebol satu yang membuang nafasnya saat pandangan kami bertemu.
"… Kau ini tidak punya julukan lain untukku, ya? Kalau punya dendam, langsung katakan saja padaku."
Hal yang sama juga seharusnya berlaku padanya. Tanpa angin tanpa hujan, tiba-tiba saja memanggil dan berkata akan ada ujian dadakan. Bahkan, sampai mengancam akan mengeluarkanku dari sini kalau tidak masuk 30 besar.
"Baiklah, ini sedikit berhubungan dengan yang tadi. Alasan aku memperkenalkan Anna kepadamu karena mulai sekarang, dia akan jadi pembimbingmu. Kau juga akan tinggal di tempat kami untuk sementara waktu."