Pada toko pakaian, aku mengambil dua pasang untuk sehari-hari sementara dua lagi untuk dipakai jalan-jalan seperti ini.
Untuk keempat Roh Kontrak-ku, mereka tidak mengambil satu pun. Hanya melihat-lihat dan menyentuh pakaian tersebut.
"Apa kalian kesusahan memilih?"
Sebab merasa tidak enak melihat mereka yang cuma melihat-lihat saja, aku pun menanyakan itu. Apa mungkin mereka merasa sungkan untuk dibelikan pakaian karena rencana awal hanyalah es krim?
"Tidak. Kami semua sudah selesai memilih, Master."
Lalu? Kenapa tidak diambil? Ingin kutanyakan itu tetapi aku teringat satu hal. Mereka adalah Roh, dan Roh itu—
"Ya sudah, tolong jangan mengganti pakaian kalian di sini. Setidaknya, hingga kita keluar dari toko."
"Baik."
Ashley mengangguk atas permintaanku. Akan kujelaskan kenapa aku meminta hal tersebut, tetapi sebelum itu ….
Aku melirik ke arah gadis dwarf yang sekarang sedang membandingkan dua gaun di kedua tangan.
"—Ehem, apa Anda kerepotan, Nona?"
"Huh, bukan urusan dikau."
Anna mendengus dan memalingkan wajahnya dariku. Ia lalu kembali membandingkan kedua gaun tersebut.
Kalau seperti ini terus, bisa jadi lama. Aku ingat pernah menemani tunanganku untuk berbelanja, dan dua jam kami habiskan di toko pakaian.
"Bagaimana kalau kaucoba keduanya?"
"Memang diperbolehkan?"
Karena pertanyaan Anna yang datang setelah kuberikan saran, aku memanggil staf toko dan menanyakan.
Tentu, staf toko menjawab itu dibolehkan. Jadi, Anna pun pergi ke ruang ganti untuk mencobanya.
Belum sepuluh detik ia masuk ke sana, Anna mengeluarkan wajahnya dan menatap tajam ke arahku.
"Jangan mencoba-coba untuk mengintip."
"Tidak akan!"
Aku membuang nafas panjang setelahnya. Sembarangan saja. Seumur hidup, aku tidak pernah mengintip dengan sengaja. Yah, kalau itu ketidaksengajaan kupikir ada lebih dari sepuluh kali.
Beberapa saat sudah berlalu semenjak Anna berada di dalam ruang ganti. Ketika kupikir ia sedang kesusahan untuk memasang gaun tersebut, tirai terbuka.
Berdiri di sana setelah tirai terbuka adalah Anna. Sempat aku salah mengira orang karena suatu hal, tetapi itu memang benar dirinya.
Rambut hitamnya yang selalu diikat di sisi kiri dengan pita merah, kini dibiarkan terulur, membuat gaya rambut hitam itu menjadi pendek sebahu dan sedikit bergelombang di ujung.
Dipadukan dengan gaun biru bervarian hitam yang cuma berlengan pendek di bahu kanan, aku sedikit kehilangan kata-kata.
"A-Apa ini terlihat aneh?"
"Pakaiannya sih tidak."
Aku memalingkan wajah dan menggaruk pipi sebelah kanan. Tidak, aku tidak malu, kok. Hanya saja ….
"Jujur saja, bagus tidaknya pakaian itu bukan masalah. Yang jadi masalah, kau mau ke mana memakai itu? Pesta?"
Bagaimanapun, aku melihat itu sebagai pakaian formal atau untuk pesta dansa. Dan juga, entah kenapa aku merasa aneh dengan sikap malu-malu gadis itu.
"Dikau ini pelupa, ya? Bukankah saat kelas satu dulu pernah diberitahukan kalau setiap ujian selesai akan diadakan pesta dansa dengan akademi sebelah?"
"Tapi, aku langsung masuk kelas dua."
"Ah, benar juga, ya. Daku lupa."
Nah, siapa yang pelupa sekarang? Tetapi lupakan itu. Sekarang, aku baru tahu soal pesta itu. Mungkin aku juga harus mencari pakaian formal untuk menghadiri pesta itu.
"Po-Pokoknya, daku akan mencoba yang satunya! Jadi … bisa berikan pendapat dikau tentang mana yang lebih bagus?"
"Tidak masalah."
Setelah kujawab begitu, Anna menutup kembali tirai dengan wajah yang sempat kulihat itu memerah.
Sambil menunggu Anna berganti, aku melirik empat anak yang juga ikut bersama kami, bahkan yang membuat aku pergi ke tempat ini.
Aku tidak terlalu sadar. Ternyata, dari tadi Serena memegang tanganku. Ketika kulirik, ia melirik balik.
"Es krim."
"Tahan sebentar, ya."
Astaga, aku hampir kelupaan soal itu. Yah, aku merasa tidak enak membuat mereka menunggu, tetapi apa boleh buat. Ada satu orang yang masih sibuk dan kami tidak bisa meninggalkannya sendirian.
Ketika aku tenggelam dalam pikiran, terdengar suara tirai terbuka. Oh, bukankah ini lebih cepat dari sebelumnya? Mungkin ia jadi agak lambat tadi karena mengatur gaya rambut.
"…."
Sekali lagi, aku sedikit kehilangan kata-kata. Tidak kusangka kalau dengan berganti pakaian bisa membuatnya sangat berbeda dari biasanya.
"B-Bagaimana? Apa in— I-Ini tidak terlihat aneh, 'kan? Daku tidak cocok, ya?"
"Ah, tidak kok. Itu cocok."
Aku segera menggeleng supaya gadis ini tidak berpikir macam-macam tentang dirinya sendiri.
Gaun yang ia kenakan memiliki warna merah bervarian hitam. Berbeda dari sebelumnya, yang satu ini sama sekali tidak memiliki lengan.
"J-Jadi …, mana yang lebih bagus?"
Yang lebih bagus, ya? Antara gaun ungu sebelumnya dan gaun merah yang ia pakai sekarang ….
"Kupikir yang ungu tadi lebih bagus."
"Be-Begitu? B-Baiklah. Daku akan beli itu."
"Tapi kupikir—"
Ketika Anna hendak kembali berganti baju ke yang ia pakai selama berjalan-jalan di Distrik Perbelanjaan ini, aku menghentikan langkahnya dengan tersenyum karena niat bercanda.
"Tidak memakai apa-apa mungkin lebih bagus."
… Anna lalu segera melepas sepatu dan melemparkannya dengan sekuat tenaga ke wajahku.
***
Setelah itu, aku pun membeli satu pakaian lagi untuk dikenakan di pesta dansa nanti. Cuma jas biasa berwarna hitam.
Karena tidak ada alasan lagi bagi kami untuk menetap di toko ini, kami keluar dari sana.
Sebelum melanjutkan ke tempat tujuan berikutnya yang merupakan toko es krim, kami pergi ke jalan sempit yang ada di sisi dua bangunan.
"Untuk apa kita ke sini?"
"Lihat saja sendiri."
Usai menanggapi pertanyaan Anna, aku bersandar ke salah satu sisi bangunan. Kalau dipikir-pikir, aku belum duduk dari tadi.
Aku melirik ke arah Ashley. Anak laki-laki itu lalu memperhatikan sekitar, memastikan bahwa tidak ada orang selain kami di sini.
Kemudian, keempat Roh Kontrak-ku dikelilingi oleh partikel-partikel kecil yang bercahaya terang. Beberapa saat berlalu, cahaya menghilang dan pakaian mereka berganti.
Ini adalah kemampuan Roh berwujud Esrad. Mereka dapat membuat sebuah pakaian yang pernah mereka lihat dengan Sihir Roh untuk dikenakan.
Apa yang mereka pakai sekarang merupakan pakaian yang mereka lihat di toko tadi.
Yang Ashley kenakan adalah kaos putih tanpa corak dan celana panjang, Serena adalah gaun lolita hitam, Francesca adalah gaun putih polos dengan sebuah topi yang sama putih, sementara Clayton memakai baju bergambar kartun di bagian depan.
… Tiba-tiba, Anna menyikutku pelan.
"Bukankah ini bisa dibilang mencuri?"
"Kami tidak mencuri. Kami hanyalah Roh yang meniru bentuk baju di toko tadi. Kami membuat ini sendiri."
Sebelum aku membuka mulut untuk menjawab perkataan Anna itu, Ashley menjelaskannya lebih dahulu.
"Itu benar sih, tapi …."
Kening Anna berkedut. Ia mungkin kebingungan untuk menentukan kata-kata yang tepat agar bisa melawan Ashley.
"Baiklah, baiklah. Lupakan dulu itu. Tujuan awal ke sini karena ingin es krim, 'kan? Jadi, ayo pergi sekarang."
Sebelum masalah semakin panjang, aku mengalihkan topik pembicaraan lalu pergi dari jalan sempit ini.
Semuanya lalu mengikutiku dari belakang, sementara Francesca meraih tanganku sambil tersenyum. Mungkin senang karena bisa berjalan beriringan?
Beberapa saat menyusuri jalan menuju toko es krim terbesar di Distrik Perbelanjaan ini, aku menyadari suatu hal.
Tatapan orang-orang masih dapat kurasakan meski pakaian keempat Roh Kontrak-ku sudah tidak mencolok lagi.
Kira-kira kenapa, ya? Ketika berpikir begitu sambil memperhatikan semua orang yang berjalan bersamaku, aku pun tersadar.
Mereka mungkin melihat kami seperti … seorang pemuda di antara beberapa orang anak.
Saudara? Kuharap begitu. Meski kenyataannya aku adalah yang paling muda di antara mereka.
Yah, Anna berumur tujuh belas, sementara empat anak yang lain bisa saja memiliki umur ribuan tahun karena mereka adalah Roh.
"Seorang pedofil … di antara lima anak."
Serena menggumamkan itu sambil melirik ke arahku dengan wajah datarnya. Untuk menanggapi itu, aku menatap balik dirinya sambil tersenyum dengan niat bercanda :
"Enak saja memanggilku pedofil. Aku lebih dari itu."
… Dan tiba-tiba saja, sebuah tangan menyentuh bahuku. Ketika aku berbalik, aku menemukan seorang laki-laki berseragam polisi menyentuh bahuku.
"Bisa jelaskan itu di kantor kami?"
Demikian, aku pun dibawa ke kantor polisi sementara Anna dan keempat Roh Kontrak-ku hanya memandangku dengan rasa iba pada seorang penjahat yang ditangkap.
Heh! Jangan melihat saja! Bantu aku meluruskan kesalahpahaman ini! Tunggu, kalian mau pergi ke mana!?
Jangan bilang kalau kalian tetap ingin memakan es krim meski tanpa ada aku di sana!