Pada keesokan harinya, aku memegang pel dan membersihkan seluruh lorong yang ada di akademi.
"Ternyata aku bisa sesial ini …."
Untuk kesekian kalinya, aku membuang nafas panjang. Sekali-kali aku memandang ke langit, mengingat apa yang terjadi.
Pertama-tama, aku dan Tina tidak dinyatakan hilang bertahun-tahun. Tetapi berjam-jam. Tujuh tahun yang kami alami ternyata cuma tujuh jam! Aku dan Tina kembali pada pagi hari setelah ia memukul kepalaku waktu itu.
Dan kautahu? Ternyata akademi memiliki kamera pengawas! Dan lihat sekarang. Aku dihukum membersihkan seluruh akademi di hari semua muridnya libur.
Alasannya? Yah, kalian bisa cek sendiri di bab sebelumnya. Kalau diperhatikan baik-baik, maka …. Eh? Ngomong apa aku? Ya sudah. Lupakan.
Untuk masalah guru UKS, ia bilang kalau hubungannya dengan Clara adalah kakak-adik. Clara—maaf karena kemarin salah nama—adalah adiknya.
Bu Amy bilang kalau ia baru saja menjadi guru UKS pada pagi itu juga. Kalau diingat-ingat aku belum pernah melihat guru UKS yang baru, jadi wajar saja aku tidak tahu.
Oh, ya. Aku mengetahui itu semua setelah aku kembali ke UKS untuk meminta maaf atas ketidaksopananku kemarin—pergi tanpa mendengarkan perkataannya.
"—Uwoh~!"
Aku terlonjak kaget seketika saat sedang melamun di tempat luas seperti ini dan tiba-tiba saja ada yang menyentuh bahuku.
"Apaan. Ternyata kau …."
Setelah melihat siapa yang tiba-tiba saja datang dan menyentuh bahuku saat sedang melamun sambil mengepel, aku membuang nafas panjang karena ternyata itu adalah Tina.
"K-Kau kenapa?"
"Bukan apa-apa. Cuma melamun. Tunggu, lupakan itu! Meski pikiranku sedang berada di tempat lain, bagaimana kaubisa tiba-tiba ada di belakangku?"
Setidaknya, ada hawa, suara atau semacamnya. Tetapi tadi, ia seperti tiba-tiba saja muncul di belakangku.
"Yah, aku melatih kemampuan ini ketika berada di dimensi itu. Ketika kuterapkan di sini, ternyata itu tidak memiliki perubahan. Aku mau mencoba hasil latihanku yang lain lagi. Boleh?"
"Ya~ Boleh saja."
Usai kuberikan jawaban seperti itu, Tina menyuruhku untuk mengangkat ember pel sementara ia berjalan mundur, menjauh hingga kira-kira 10 atau 20 meter dari sini.
Menutup mata sambil menarik nafas beberapa kali, Tina memasang kuda-kuda dengan tangan kosong dan memukul dari tempatnya berdiri.
Angin kuat terasa di sekitar. Ia menuju kemari. Kurasakan bahwa angin itu seperti terfokus pada satu titik dan kemudian menghantam ember yang sedang kupegang layaknya telah dipukul seseorang secara langsung.
Beberapa saat terkagum, aku langsung bereaksi datar. Ember yang berisi air tadi terlempar dan menumpahkan seluruh isinya di lorong yang sudah kuberikan.
"Bagus."
"… Hehe."
Apanya yang 'Hehe'!? Yang kerepotan di sini itu aku! Jika tahu begini, lebih baik kutolak saja ucapannya tadi.
"Tenang, aku akan membantu."
Membantu apanya!? Itu seharusnya sudah jadi kewajibanmu yang telah mengotori apa yang sudah kubersihkan!
… Tetapi, beginilah Tina yang kukenal. Gadis yang terkadang melakukan suatu hal merepotkan bagiku, dan akan membantuku dari kesulitan itu sendiri.
Singkatnya seorang gorilla.
"Kau memikirkan sesuatu yang buruk tentangku, ya?"
"Tidak, cuma perasaanmu saja."
Omong-omong soal yang lain, aku tidak menemui siapa pun selain Tina, Amy, Freya, dan Kepala Asrama kemarin.
Tahu bahwa aku dihukum saja dari Kepala Asrama pagi tadi. Ia mengatakan aku dihukum sebab mengotori jendela dengan menginjak bingkainya. Aku belum melihat si Cebol, Reva, atau yang lain.
"Oh, ya, Tina. kau … bisa mengepel lantai?"
"Emm, kurasa tidak."
Bagus. Bantuan yang tidak berguna.
***
Selesai membersihkan seluruh kelas serta lorong lantai satu dan dua akademi, aku berjalan menuju ke lantai tujuh bersama Tina untuk menemui seseorang yang bisa ditebak siapa.
Aku pernah berjanji dengan Tina, bahwa akan melakukan yang terbaik untuknya agar tolakan dari pembentukan tim dengan ia di sana diterima.
Begitu tiba di depan pintu yang bertuliskan Direktur Akademi sambil memegang gagangnya, aku menghela nafas panjang.
Saat melakukan itu, tanganku tiba-tiba disentuh oleh Tina. Anggukan yang ia berikan saat aku meliriknya membuat rasa gugupku lebih banyak berkurang dibanding menghela nafas.
"Terima kasih. Akan kulakukan semua yang kubisa."
"… Ya. Tolong."
Tina terlihat sedikit ragu-ragu sebelum mengangguk. Sepertinya ada yang sedang mengganggu hatinya. Entah apa ….
Kuketuk pintu yang ada di depan mata sebelum membukanya dengan izin orang yang ada di dalam.
Pemandangan yang kurasa sudah sangat lama tidak kulihat, sekarang tampak jelas di depan mata.
Cebol– Maksudku, Direktur Akademi yang ditakuti oleh Tina pun kini berada di kursi kerjanya seperti biasa.
"Ada urusan apa kalian kemari?"
Sambil mengatakan itu, GB mengisi ulang pistolnya yang seharusnya tadi tergeletak di atas meja sementara sepasang mata perak miliknya terarah tajam padaku.
… Salah bicara dalam hati, mungkin aku akan mendapati satu dari peluru-peluru itu menghantam kening.
"Baiklah, tidak usah cerita. Aku sudah tahu semuanya sekarang. Selestina benar-benar membocorkan isi pikirannya."
Apa yang kaulakukan? … Aku melirik ke gadis Vampire tinggi di sebelahku sementara ia sendiri mengalihkan mata ke tempat lain, pura-pura tidak tahu.
"Tapi …."
GB turun dari kursi, lalu mendekat ke tempat kami. Ia memperhatikanku sambil memutari tubuhku dengan tatapan seperti mencari tahu sesuatu. Setelah selesai, ia lanjut melakukan hal serupa kepada Tina.
Tina terlihat tidak nyaman diperlakukan seperti itu. Terlebih, ia dibegitukan dua kali lebih lama dariku.
Beberapa saat kemudian, GB selesai dan berdiri di hadapan kami berdua dengan tangan yang disilangkan di depan dada.
"Tidak kusangka kalian terjebak di dimensi lain. Terlebih, kalian pulangnya dengan cara berciuman."
Ketahuan, ya? Mau bagaimana lagi. Susah untuk menjaga rahasia di hadapan orang yang bisa membaca pikiran. Meski aku bisa, Tina mungkin tidak.
Ia pasti tidak sengaja memikirkan itu saat diperlukan GB seperti tadi. Yah, mungkin memang begitu rencana anak yang ada di depan kami ini.
"Aduh!"
Kakiku diinjak olehnya. Mungkin karena kusebut ia anak-anak.
Dasar anak-anak—! Aduh!
Setelah melakukan komedi kecil-kecilan seperti tadi, tatapan GB kembali jadi agak serius. Pandangannya itu tertuju pada Tina.
"Tenang saja. Kemampuan Roh Kontrak-mu tidak akan berkurang hanya karena ciuman. Alasan kenapa kau tidak bisa memanggil Roh Kontrak-mu adalah hal lain. Bukan itu."
"Eh? Apa maksudnya?"
Apa yang GB katakan pada Selestina? Ia tidak mengatakan apa pun yang berhubungan soal Roh Kontrak-nya yang tidak bisa dipanggil atau semacamnya.
"Yah, seperti yang bisa kauduga. Selestina tidak bisa memanggil Roh Kontrak-nya. Dia juga tidak mau membahas ini denganmu karena takut jadi rumit. Alasan kenapa dia langsung pergi padahal ingin merawatmu yang masih terbaring kemarin juga adalah tidak tahu apa yang harus dilakukan saat berhadapan denganmu."
Ucapannya panjang sekali …. Tetapi ini tetap penting bagiku. Hmm, kalau dipikir-pikir lagi, harusnya ia memiliki alasan untuk langsung pulang seperti kemarin. Jadi itu alasannya ….
"Hmm, hmm. Ah, ada."
… Tanpa kusadari, GB sudah tidak berada di hadapan kami. Ia sekarang sedang membawa sebuah toples berisi pil yang diambil dari laci meja kerja kerjanya.
"Nah, ambil ini. Dengan ini kemampuan Roh Kontrak-mu akan kembali."
GB meletakkan itu ke telapak tangan Tina. Tunggu, kalau kulihat-lihat … bukankah itu pil untuk ….
"Bukankah ini penambah mana?"
Ya, seperti yang dikatakan Tina. Itu adalah pil yang kugunakan saat mengejarnya yang pergi ke tengah pulau dan malah dikepung Shadow yang tidak tahu datang dari mana.
"Memang iya. Berciuman dengan Kontraktor Roh Laki-laki akan membuatmu kehilangan seluruh mana. Meski mana bisa teregenasi; untuk memanggil Roh Kontrak harus ada separu lebih di dalam tubuhmu. Jika tidak ada, maka tidak bisa. Meskipun yang ada di tubuhmu itu harusnya cukup."
Aku baru tahu kalau ada efek seperti itu ….
"Ini pada dasarnya termasuk hal yang hampir tidak diketahui siapa pun. Jika tidak karena aku menanyakan sendiri kepada Kontraktor Roh Laki-laki Pertama Di Dunia tentang apa saja yang membuat mereka berbeda dari laki-laki biasa, aku tidak akan tahu."
"Tidak kusangka kalau kau segitu terobsesinya dengan Kontraktor Roh Laki-laki. Sampai-sampai menanyai orangnya langsung."
"Kau salah. Aku tidak akan melakukan sesuatu hingga seserius itu jika bukan karena Katsuhito."
… Sebentar. Apa hubungan cebol ini dengan laki-laki itu? Ia tidak mungkin melakukan sesuatu untuk laki-laki yang kebetulan jadi murid di akademinya.
"Aw!"
Sebelum mendapat jawaban, kaki kananku mendapat tendangan terlebih dahulu dari GB. Yah, kurasa lebih baik ini daripada diambilkan pistol yang ada di atas meja ….
"Katsuhito adalah anak didikku, seperti gadis yang kaucari. Anggapannya seperti Kontraktor Roh Laki-laki Pertama dan kau dengan …. Ah, lupakan."
Eh? Apa yang ingin ia katakan tadi ….
"Emm, berapa banyak yang perlu saya minum, Direktur?"
Perhatian kami teralih kepada Tina yang mengangkat toples untuk melihat isinya dari bawah.
"Semuanya. Satu atau dua tidak akan cukup."
Semua? Bukankah itu artinya ….
"Tunggu! Bukankah membuat Tina memakan sebanyak itu juga akan memberikan efek samping melupakan banyak hal!?"
Aku segera mengajukan keberatan.
"Iya. Tapi, sudah kukatakan. Satu atau dua saja tidak akan cukup. Jika dia meminumnya sedikit saja, mungkin dia baru bisa kembali menjadi Kontraktor normal setelah enam bulan. Kita tidak tahu kapan terjadi hal buruk, jadi tetap waspada bukanlah hal yang salah."
"Tidak mungkin …."
Apakah ini … adalah salahku?
… Tiba-tiba, Tina menyentuh bahuku.
"Jika aku melupakan beberapa hal nanti, kaubisa membuatku mengingatnya kembali, 'kan? Lagian, ingatan berhargaku denganmu itu kuat. Tidak akan mudah hilang."
Tina memberikan senyumnya kepadaku.
"Y-Ya …. Kau benar. Jika ada yang kau rasa terlupakan, tanyakan saja. Semuanya akan kuberi tahu."
Kupaksakan senyum ketika mengucapkan itu, meskipun … rasa takut telah bersarang di hatiku.
Dan setelah itu ….