Chereads / My Best Fantasy World / Chapter 6 - Kejadian Tidak Terduga

Chapter 6 - Kejadian Tidak Terduga

Kegiatan wisata selama tiga hari diawali di sebuah penginapan yang cukup luas, siang ini para murid dipersilahkan beristirahat dikamar masing masing, karna perjalanan yang cukup lama dan melelahkan. Penginapan laki laki dan perempuan dipisah.

Nerva mendapat kamar paling ujung, saat kamar dibagi oleh Ayana selaku ketua kelas tentu kamar paling ujung cocok untuk Nerva. Nerva hanya menghela nafas lalu pergi ke kamarnya, karna untuk pembagian kamar tidak di atur oleh wali kelas. Saat melewati lorong Nerva tak sengaja bertabrakan dengan Ayana, Putri, dan Kaiya. Padahal Nerva sudah menghindar tapi Ayana tetap saja menabrak pundaknya.

"Ups sengaja, maaf yaa", ucap Ayana dengan nada mengejek lalu pergi.

Nerva hanya diam sambil memegang pundaknya, sedangkan Kaiya memalingkan pandangannya tak ingin melihat Nerva dirundung terus terus an, tapi mau bagaimana lagi Kaiya harus tetap mengikuti Ayana sesuai perintah'nya'.

"Cih ... pundakku sudah ternodai oleh sampah masyarakat.", batin Nerva sambil mengusap usap pundaknya lalu melanjutkan perjalanannya ke kamar.

Saat sampai dikamar Nerva melihat sekeliling kamarnya, suasana kamarnya benar benar sejuk dan tenang.

Karna sebentar lagi makan siang, Nerva membereskan barang barangnya terlebih dahulu dan menata kamarnya. Setelah semua selesai, ia membaca buku sebentar sambil menunggu makan siang. Tapi, karna keasikan membaca buku Nerva terlelap karna lelah.

Tak ada satupun teman sekelasnya yang membangunkan Nerva untuk makan siang, padahal pembagian jatah makan siang sudah dibagi oleh wali kelas masing masing.

***

Waktu berlalu hingga pukul sepuluh malam dan Nerva baru terbangun dari tidurnya. Karna efek kelelahan membuat Nerva terlalu lama tidur, Nerva segera keluar kamar untuk mandi. Karna sudah malam sehingga suasana menjadi sepi, Nerva sedikit lega karna ia tak akan dirundung. Fasilitas penginapan menyediakan pemandian air hangat, sehingga Nerva tak perlu khawatir untuk mandi saat malam hari.

Setelah itu ia mengenakan jaketnya dan mencoba pergi secara diam diam dari penginapan untuk mencari makanan, karna ia lapar. Penginapan antara laki laki dan perempuan, kelas satu dan kelas lainya dipisah, sedangkan para guru memiliki penginapan sendiri jadi Nerva memutuskan mencari makanan diluar.

Tetapi sialnya, pintu utama terkunci dan kunci pintu dibawa oleh ketua kelas. Saat ingin mencongkelnya dengan kawat Nerva tak sengaja melihat Closed Circuit Television atau biasa disebut CCTV, tentu Nerva tak ingin terkena masalah karna keluar malam malam jadi pada akhirnya Nerva kembali kekamar.

Ia menutup pintu kamar dan mendengus kesal, terpaksa ia menahan laparnya sampai pagi. Saat ingin tidur kembali, Nerva mendengar pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Saat pintu terbuka mata Nerva terbelalak terkejut melihat Salsa membawa nampan berisi makanan, tapi yang mengejutkan adalah lingkaran hitam dibawah mata Salsa.

"Xelia pasti lapar kan? ini tadi kusisakan makanan untukmu.", ucap Salsa sambil menyodorkan makanan yang ia bawa.

"Salsa, kenapa?", tanya Nerva sambil mengamati wajah lelah Salsa.

"Tadi saat pembagian, kau tidur dan teman teman yang lain tadi ingin membangunkanmu, tapi Ayana melarangnya.", jawab Salsa dengan pelan.

Nerva menautkan alisnya tak paham dengan jawaban Salsa.

Salsa pun menceritakan kejadian tadi siang, saat salah satu siswi bernama Ani ingin membangunkan Nerva. Karna walau bagaimanapun Nerva adalah teman sekelas mereka, bagi mereka terlalu kejam jika sampai tak memberinya makan siang.

Saat Salsa juga ingin ikut, tiba tiba Ayana datang dan melarang mereka untuk membangunkan Nerva. Dengan alasan Nerva tertidur pulas dan tak bisa dibangunkan, selain itu Ayana juga mengatakan jika ia yang akan mengantarkan makanan milik Nerva. Ani hanya menuruti perkataan Ayana, berbeda dengan Salsa yang yakin jika Ayana tak mungkin melakukan hal itu.

Maka Salsa memutuskan untuk mengambil satu porsi makanan dan minuman lalu ia simpan dikamarnya untuk diberi pada Nerva.

Setelah mendengar semua cerita dari Salsa, Nerva menjadi kesal dengan Ayana. Tapi ia mengesampingkan perasaan kesalnya terlebih dahulu dan memperhatikan Salsa. Sudah dipastikan jika Salsa tidak tidur sambil menunggu Nerva bangun dan memberi makanan terhadap Nerva.

"Jadi, kamu rela terjaga hanya untuk mengantarkan ini?", tanya Nerva sambil menatap tajam Salsa.

"Eeh, maksud kamu apa Xel?", tanya Salsa gugup.

"Kamu, tidak tidur hanya untuk mengantarkan makanan ini padaku kan?! Kenapa kau tak membangunkanku saja, jika kau menunggu aku bangun tidur ... lihat, matamu jadi seperti itu! Kau juga pasti lelah kan?", jelas Nerva panjang lebar, ia tak ingin temannya sakit hanya karna makanannya.

Salsa hanya terkekeh sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal, lalu ia memegang tengkuknya dan tersenyum "Xelia ini ... memang baik ya hehehe", ucap Salsa dengan senyum lebar. Terlihat semburat tipis di pipi Nerva, ia malu karna baginya ini pertama kali ia dipuji secara tulus oleh temanya.

Seketika angin berhembus entah dari mana, membuat rambut kedua gadis itu berantakan, bersamaan dengan angin lewat Nerva dan Salsa merasakan firasat buruk secara bersamaan.

***

Pagi hari, para murid memutuskan untuk keluar di taman hiburan dan tentu dengan bimbingan wali kelas masing masing, semua kelas Nerva baik laki laki maupun perempuan berkumpul dihalaman depan penginapan, dan para guru memberi arahan panjang lebar agar tak tersesat.

Kelas Nerva terdiri dari tiga puluh murid, lima belas lelaki dan lima belas perempuan, dan sesuai arahan yang diberi wali kelas bahwa kegiatan ditaman hiburan akan dibagi secara kelompok, perempuan dan lelaki satu kelompoknya terdiri dari tiga orang, dan terserah mau dicampur atau tidak.

Jadi, ada sepuluh kelompok yang akan mengelilingi tempat wisata. Karna Nerva itu adalah anak yang santai ia tak peduli mau dapat kelompok atau tidak, dan benar dugaannya bahwa tak ada satupun anak yang menerimanya.

Saat ingin kembali ke penginapan, bahu Nerva ditepuk oleh Salsa yang mengajak Nerva satu kelompok. Tentu dengan senang hati Nerva menerima tawaran Salsa, kini mereka hanya mencari satu murid yang mau diajak satu kelompok dengan mereka.

Tiba tiba ada seorang anak lelaki menepuk pundak Nerva dan Salsa, sontak yang ditepuk menoleh memperlihatkan seorang anak laki laki yang lumayan tinggi, rambut blonde dengan poni keriting dengan bandana di dahi, mata sipit berwarna kuning.

"Boleh aku bergabung?", tanya lelaki tersebut dengan wajah datar.

Nerva dan Salsa tentu sangat terkejut saat mendengar tawarannya, karna dia adalah Hans Robert murid peringkat kedua dari tiga besar.

"Kau yakin?", tanya Nerva tak percaya.

"Tidak boleh? Ya sudah aku cari yang lain.", ujar Hans dengan nada dingin.

Saat ingin berbalik dan pergi, pundak Hans ditahan oleh Nerva dan Salsa. Bukan bermaksud yang aneh aneh, tapi mereka berdua juga butuh satu murid lagi untuk kelompok, jadi mereka menerima tawaran Hans.

Hans tersenyum tipis, bahkan Nerva dan Salsa tak tau jika Hans tersenyum.

***

Setelah semua kelompok terbentuk, maka dimulailah wisata mereka. Para murid bebas memilih dan menikmati hiburan manapun asalkan tidak terlalu jauh dari jangkauan para penjaga dan guru guru.

Hans melirik Nerva dan Salsa, melihat rambut coklat dan mata biru Nerva yang berkilauan terkena cahaya matahari membuat pipi Hans memanas, wajahnya sedikit memerah tapi segera ia tutupi dengan wajah datar.

Nerva menjelaskan tujuannya dengan peta secara detail, dan Salsa juga menjelaskan istilah peta yang tak diketahui Nerva dan Hans. Sehingga kelompok Nerva bisa dibilang kelompok paling sempurna karna Nerva juga pernah menduduki peringkat satu di tiga besar.

Hans tersenyum mendengar penjelasan dari kedua temannya, tentu Nerva dan Salsa terdiam melihat senyuman Hans yang manis bagi mereka. Dan juga Hans adalah tipe lelaki dingin yang jarang tersenyum.

"Oi, kalian mau makan? Aku yang belikan.", ujar Hans saat sadar ia sedang diperhatikan.

Mendengar kata makan, Nerva dan Salsa mengangguk antusias. Dan segera mereka pergi untuk makan, mereka pergi ke tempat makan terdekat.

***

Nerva PoV

Aku sangat senang saat Hans mengajakku dan Salsa makan bersama, terlebih lagi dia yang akan membayari semua makanannya.

Kalau tidak salah, aku sekilas melihat Hans tersenyum, atau memang hanya perasaanku saja yang ingin melihat Hans tersenyum? Karna dia tak pernah tersenyum, kupikir ia ada masalah jadi tak ada salahnya berharap ia tersenyum sekali saja kan?

Kami hanya mengikuti kemana arah yang Hans tuju, setelah sampai kami segera duduk dan memesan makanan yang kami ingin. Kurasa aku akan memakan nasi goreng saja, karna itu sangat enak dan untuk minuman aku lebih suka dengan susu coklat.

Kulihat Salsa hanya memesan roti sandwhich dan yoghurt sedangkan Hans memesan dessert dan coklat panas. Oh hey, disini yang memesan nasi aku sendiri.

"Hei, kalian tak memesan nasi atau makanan lainnya?", tanyaku merasa tak enak, karna hanya aku disini yang memesan nasi.

"Aku hanya ingin makan dessert.", jawab Hans.

"Ah, kalau aku ... sedang menjaga pola makan.", jawab Salsa.

Sialan kalian ya, kalau begitu tadi aku pesan salad saja.

Sambil menunggu ku lihat Hans beberapa kali melihat Salsa sambil tersenyum. Apa dia menyukainya? Ah, bukan urusanku. Selain itu di meja lain juga aku melihat Ayana, Putri, dan Kaiya sedang menatap tempatku duduk.

Jangan bilang dia cemburu karna aku dekat dengan Hans? Cih, dia itu semua lelaki ia sukai.

Tapi jika diperhatikan lagi, Kaiya seperti sedang sedih? Ia menunduk terus dari tadi, ia juga sedikit menjaga jarak dari Ayana. Apa mereka bertengkar? Atau ada sesuatu lain yang mereka rencanakan untuk menjahiliku lagi? Huh, sudahlah ini tak penting tak usah terlalu dipikir.

***

Normal PoV

"Hei, nanti ayo kita jahili Nerva dikamarnya.", ujar Ayana disertai seringaian.

Putri mengangguk paham, sedangkan Kaiya merasa bahwa perbuatan mereka sudah sangat keterlaluan tapi bagaimanapun ancaman'nya' sangat menakutkan.

Kaiya berkalj kali meminta maaf dalam batinnya, ia tak tau lagi harus melakukan apa selain menuruti kemauan Ayana demi kebaikan mereka bersama.

Nerva masih merasa belum puas, ia ingin menjelajah hutan di tempat itu karna ia ingin tau tentang hutan dan dalamnya. Awalnya Salsa sempat takut, tapi karna ada pengawas dan ada alat bantu lainnya serta Nerva yang terus meyakinkan bahwa mereka akan baik baik saja, ia pun hanya menurutinya.

Sedangkan Hans hanya ikut ikut saja, baginya juga menyenangkan.

Saat mereka sudah mulai memasuki kawasan hutan, mereka mulai mencatat dan menambah wawasan mereka dengan mengamati, memotret, dan mencatat hal hal yang belum mereka ketahui.

Nerva tak sengaja melihat jurang yang berjarak beberapa meter dari tempat Salsa berdiri, Nerva pun segera memperingati Salsa untuk berhati hati. Selang beberapa lama kemudian, angin berhembus sangat kencang dan Nerva melihat pohon yang sangat besar roboh tepat diatas Salsa.

Dengan seluruh tenaganya Nerva berlari kearah Salsa dan menariknya menjauh, Nerva berhasil menyelamatkan Salsa tapi dirinya sendiri terpeleset kedepan. Salsa benar benar shock dengan apa yang terjadi begitu juga Hans yang berada dibelakang Salsa, tubuhnya seakan kaku dan tak bisa digerakkan. Ia ingin menarik Nerva kembali agar tak tertimpa pohon besar itu tapi tak bisa.

"XELIA", teriak Salsa dan Hans bersamaaan.

BRAK

Kedua mata Salsa dan Hans terbelalak terkejut saat melihat pohon yang sangat besar itu roboh, dan Nerva yang terdorong kedepan tadi.

***