Chereads / My Best Fantasy World / Chapter 9 - Kejadian Janggal

Chapter 9 - Kejadian Janggal

***

Nerva PoV

Aku benar benar tak bisa berkutik dihadapannya, bahkan saat aku ingin menjawab pertanyaannya pun mulutku terasa terkunci. Tatapannya benar benar mengerikan, apa dia benar benar seorang manusia?!

Aku ingin menjawab pertanyaannya itu, tapi mulutku benar benar terasa terkunci. Aku takut jika dia semakin marah jika aku tak segera menjawabnya.

Selain itu, bagaimana dia bisa tau tentang kotaku?! Kurasa, aku tadi hanya bercerita saat aku dihutan saja. Aku sama sekali tak mengatakan nama kota yang kutinggali, dan bagaimana dia bisa tau?

Dia menatapku terus, mata nya mengerikan. Kumohon jangan tatap aku seperti itu, terlebih lagi warna matamu putih jadi menambah kesan mengerikan.

Aku benar benar tak bisa mengatakan sepatah kata pun, aku terlalu takut dengan kak Licia.

"Ah, sepertinya aku mengganggu ya?", ujar seorang lelaki.

Saat kulirik ternyata itu adalah Ergan, syukurlah aku selamat. Jika ada Ergan itu artinya aku tak perlu berlama lama disini kan?

"Ergan, kau mengganggu!", ujar kak Licia atau lebih tepatnya dia membentak Ergan.

Hahaha, baiklah riwayatku akan tamat disini.

Kulihat Ergan terkekeh sambil mengatakan maaf, lalu ia diam sejenak sambil menatap Licia. Setelah itu dia pergi, apa mereka berkomunikasi lewat telepati?

Ah tidak tidak, telepati itu tak mungkin dapat dilakukan.

Bersamaan dengan perginya Ergan, aku merasa ada yang menyentuh kepalaku. Dan benar saja, aku menoleh kearah Licia dia sedang mengelus kepalaku sambil tersenyum. Walau ia tersenyum tetap saja mengerikan.

"Maaf karna sudah membuatmu takut ya, aku hanya terbawa emosi.", ucapnya pelan.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum kaku, dilihat bagaimanapun dia sangatlah menakutkan. Tapi karna dia sudah meminta maaf, jadi akan kumaafkan. Setelah mengelus kepalaku, dia pergi. Dan sepertinya aku harus mengikutinya.

"Pembicaraan ini kita lanjutkan kapan kapan saja ya!", ucapnya sembari berjalan.

Aku hanya mengangguk lagi dan mempercepat langkahku agar dapat berjalan di sampingnya. Kulihat dia sudah tak tersenyum lagi, tatapannya juga lurus kedepan. Aku masih tak tau apapun disini, tapi setelah melihat pemandangan dari atas aku menjadi sangat yakin ini bukan di Neonhard.

Aku kembali lagi kebawah, karna larut malam suasana menjadi sangat sepi dan sunyi.

"Oi, Licia kita harus segera patroli!", ujar Ravinno.

Disini ada Ravinno dan juga Ergan. Tapi dia bilang patroli? Memangnya ada apa? Apa mereka polisi?

Tapi jika dilihat dari perlengkapan yang mereka bawa ... eh tunggu! Mereka memakai baju yang seperti tadi! Katanya berpatroli, tapi kenapa tak membawa senjata dan tak mengenakan seragam polisi atau sekuriti. Jika nanti ada pencuri atau perampok bersenjata bagaimana?

"Jika kalian mau berpatroli, kenapa memakai pakaian polos seperti itu? Jika nanti ada perampok atau begal bersenjata bagaimana?", ucapku tiba tiba.

Bodoh, kenapa aku tiba tiba bicara sih?!

Aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku, dan kulihat kak Licia, Ravinno, dan Ergan menatapku heran.

"Hah?!", ujar mereka serempak.

Sial, aku malu.

***

Normal PoV

Pagi hari di kota Neonhard, di daerah tempat kecelakaan Nerva terjadi. Terlihat dua orang lelaki sedang berjalan dari arah yang berlawanan, mereka sama sama tak melihat jalan dan sibuk dengan barang bawaan mereka.

Karna tak memperhatikan jalan, kedua lelaki tersebut bertabrakan.

"Aduh!", keluh mereka serempak.

Kedua lelaki sama sama mengenakan pakaian serba hitam, salah satu dari mereka membawa rangkaian bunga dan satu lagi membaws tas laptop, untung saat itu bunga yang dibawa tidak jatuh.

"Eh maaf aku tak sengaja.", ujar lelaki yang membawa bunga.

"Iya aku juga.", sahut lelaki yang membawa tas laptop.

Mereka merasa tak asing dengan suara keduanya, sontak mereka langsung menoleh dan menatap satu sama lain.

"REYGAN?!", teriak lelaki yang membawa bunga.

"Eh ... BYAN KAMU DISINI?!", ujar Reygan girang.

Mereka saling bertatapan tak percaya, lalu tersenyum. Beberapa saat kemudian, Byan mengajak Reygan untuk mampir ke rumahnya, hitung hitung sebagai reuni mereka.

Reygan dan Byan, kedua lelaki yang sama sama mengenal Nerva dan tak sengaja bertemu. Mereka adalah teman masa kecil, walau Reygan lebih tua dua tahun. Mereka berdua pergi dengan mengenakan mobil Byan, di sepanjang perjalanan mereka terus mengobrol dan bercanda.

"Oh ya, kau kenapa ke tempat tadi pagi pagi seperti ini?", tanya Byan.

"Aku ... kehilangan seorang gadis yang telah kuanggap sebagai adik ku, dia meninggal disana tetapi mayatnya tidak ditemukan, jadi aku kesana untuk memastikan. Dan ternyata ... benar.", ujar Reygan sambil menatap ponsel yang ia bawa.

"Eh? Kok sama, aku juga kehilangan adik kelas yang sangat baik, dan juga dia tak ditemukan, aku kesana untuk membantu penyelidikan.", sahut Byan.

Setelah itu terjadi keheningan, mereka sama sama mengerutkan alis nya.

"Siapa namanya?", tanya keduanya secara bersamaan.

Kini mereka bertatapan.

"Xelia Nerva.", jawab keduanya secara bersamaan lagi.

Mereka mulai merasa kesal karna jawaban mereka selalu bentrokan.

"Kok bentrokan?!", teriak keduanya secara bersamaan lagi.

Kini mereka benar benar kesal karna setiap perkataan selalu bersamaan. Untuk menghentikan adegan konyol itu, Reygan memutuskan untuk diam. Karna berfikiran sama Byan juga diam. Dan terjadi keheningan selama beberapa detik, karna merasa demakin kesal keduanya lagi lagi berteriak secara bersamaan lagi.

"KENAPA KAU DIAM?!", tanya keduanya.

"AKU DIAM AGAR TIDAK BENTROKAN TERUS BICARANYA!", jawab Reygan kesal.

"HAH?! AKU JUGA BERFIKIR SEPERTI ITU BODOH!", sahit Byan tak kalah kesal.

"MAKA DARI ITU KAU DULUAN YANG BICARA!", sahut Reygan.

"TIDAK! KAU DULU SAJA!", sahut Byan tak mau kalah.

Kini mereka berdua bertatapan dengan tatapan kesal, atau bisa disebut bertengkar di dalam mobil.

Dan tanpa mereka sadari ada begitu banyak mobil dan kendaraan lain berbaris dibelakang, karna mobil Byan yang terhenti di tengah jalan.

Byan terheran kenapa kendaraan dibelakang membunyikan klakson secara terus menerus, saat ia bertanya kepada Reygan ia malah mendapat pukulan dari temannya itu.

"Kau berhenti ditengah jalan bodoh! Makanya kalau nyetir itu yang benar sialan!", ujar Reygan kesal.

Byan langsung sadar, dan keluar dari mobil lalu membungkukkan badan berkali kali sambil mengucap kata maaf, kepada pengendara lain.

***

Setelah sesi permintaan maaf, Byan dan Reygan melanjutkan perjalanan. Kini keadaan sudah mulai serius, Reygan pun menceritakan tentang awal ia mengenal Nerva sampai saat ini, begitu juga dengan Byan.

"Padahal aku ingin berkunjung di rumahnya ... ", ujar Reygan pelan.

"Aku ... juga, padahal aku ingin menanyai dia beberapa hal yang janggal.", sahut Byan.

"Janggal?", Reygan bertanya hal seperti itu sedangkan Byan menghela napas pelan, dan mulai menceritakannya.

***

Byan PoV

Reygan tampak sangat ingin tahu tentang kebenaran Nerva, ya aku tau semua tentang Nerva ia hanya dituduh oleh 'gadis' itu. Sialan wanita itu benar benar berbeda jauh dengan kakaknya.

Akupun menceritakan semuanya pada Reygan, dari mulai aku berkunjung ke SMP untuk tugas sekolah. Dan daat aku beristirahat ke rooftop dan tak sengaja melihat Nerva diperintah untuk memegang gunting oleh temannya.

Saat melihat perempuan itu berpura pura jatuh dan kesakitan aku berencana ingin menghentikannya langsung, tapi ada seorang guru tiba tiba datang. Dan langsung memarahi Nerva.

Aku juga menceritakan tentang 'gadis' itu yang berada dikota ini, dan aku sampai menjadi stalker dan terus membuntuti Nerva. Karna Nerva adalah 'dia' yang kini telah hidup kembali sebagai gadis SMP dikota ini.

Aku mengikuti Nerva dari awal, dari awal ia dituduh hingga ia tiada saat ini. Selain itu, semenjak aku keluar dari tempat 'itu' aku sudah mencurigai bahwa 'mereka' juga ikut keluar.

Aku menceritakan semuanya pada Reygan, bahkan tentang penyelidikanku serta misi ku sebagai stalker.

"Apa kau bisa memberi bukti?", tanya Reygan.

Aku menautkan sebelah alisku dengan muka kesal, jadi Reygan tak mempercayaiku?! Padahal aku temannya dari kecil, selain itu bukankah Nerva juga orang yang spesial baginya?

"Tidak, bukan maksudku untuk tidak mempercayaimu, tapi ... kita perlu bukti untuk memberi taukan yang sebenarnya pada keluarga Nerva.", lanjutnya seolah tau apa yang kupikirkan.

Ah, jadi begitu. Sebenarnya aku juga tak tau bagaimana cara untuk mendapat bukti, tapi kuharap sihir yang kudapat dari tempat 'itu' belum hilang.

"Aku tak merekam ataupun memotretnya, tapi kuharap sihirku dari Elphida belum hilang ... ", ujarku.

Reygan nampak sedikit terkejut mendengar kata Elphida ... kuharap ia tak melupakannya.

"Semoga saja ... ", gumam Reygan.

Entah hari ini aku kenapa, tiba tiba aku merasa ada hal baik. Dan aku mendapat sebuah ide di kepalaku.

"Reygan! Mungkin saja, Nerva berada di Elphida!", ujarku yang membuat Reygan tampak heran.

"Dengar ya, waktu aku membantu tim pencarian, Nerva sama sekali tak di temukan. Tapi aku melihat ada jejak di bawah jurang, dan sekilas melihat cahaya biru, seperti yang kita alami dulu ... ", jelasku.

Reygan diam sejenak, lalu tersenyum.

"Uhm, semoga ia bertemu dengan mereka berdua terlebih dulu.", ujar Reygan sembari tersenyum.

***

Normal PoV

Di tempat Nerva, terlihat Nerva sedang menahan malunya karna tiba tiba berbicara didepan Licia, Ergan, dan Ravinno sembarangan.

"Xelia ... kamu berbicara bahasa apa?", tanya Ergan.

"Perampok? Maling? Begal? Makhluk apa itu? Hercules jenis baru?", sahut Licia.

"Sudah kuduga kau itu aneh.", tambah Ravinno.

Wajah Nerva menjadi merah karna malu, ia hanya bisa tersenyum kaku.

Licia hanya menggeleng maklum lalu menyenggol lengan Ergan dengan sikunya, bertujuan untuk mengkode sesuatu. Ergan terlihat paham dengan kode Licia, dan langsung mengarahkan tangannya kedepan sampai tiba tiba muncul sebuah cahaya bewarna biru.

Melihat hal itu, Nerva langsung melotot kaget dan kesal. Karna itu adalah benda aneh yang tiba tiba menyedotnya hingga kedunia aneh itu. Nerva mengesampingkan emosinya terlebih dahulu setelah melihat seorang gadis bersurai hitam dan memakai celana serta jaket putih yang muncul dari dalam cahaya milik Ergan.

Setelah sepenuhnya keluar dari cahaya, gadis itu membuka matanya, mata merahnya langsung menatap pada Nerva sembari tersenyum.

***