Nerva kembali ke kelasnya dan disambut cemoohan oleh yang lain, ia mencoba mengabaikan teman temannya dan menatap tajam Ayana yang sudah tersenyum licik. Selain itu, Nerva selalu merasa ada yang aneh dengan Ayana dan kedua temannya. Perilaku Ayana mulai aneh semenjak SMP.
Padahal dulu, Ayana bukanlah orang sekejam itu. Nerva memang sudah mengenal Ayana sejak kecil, mereka sudah berteman baik sejak kecil. Tetapi, melihat perubahan aneh dari Ayana membuat Nerva heran. Karna, sungguh tak wajar jika seseorang tiba tiba berubah drastis dalam jangka waktu singkat.
Selain itu, Nerva pernah merasakan aura aneh yang keluar dari tubuh Ayana. Tak hanya itu, bahkan Ayana pernah tertangkap basah ingin bunuh diri. Sungguh aneh bagi Nerva.
"Huh, sudahlah tak penting memikirkan hal itu.", ujar Nerva dalam hati.
***
Saat bel berbunyi, semua murid duduk dibangku masing masing dan menunggu guru masuk. Nerva merasa jika ia akan diberi teguran lagi, dan benar saja wali kelas Nerva masuk langsung memberi teguran yang menurutnya tak wajar dan seolah memang sengaja agar emosi Nerva terpancing.
Karna kesal, Nerva pun emosi dan membentak guru nya serta sedikit berkata kasar. Satu kelas terkejut mendengar perkataan Nerva barusan kecuali Ayana yang sudah tersenyum puas.
"Berhasil.", ujar Ayana dalam hati.
Karna sikap Nerva yang tidak sopan, ia dibawa ke ruang kepala sekolah untuk diberi teguran dan hukuman. Ia diberi hukuman berupa skors selama tiga hari, tentu saja Nerva terkejut ia bingung harus berkata apa kepada kedua orang tua nya nanti.
"Hukumanmu di laksanakan setelah istirahat.", ujar kepala sekolah.
***
Bel istirahat berbunyi, Nerva malas untuk pergi kekantin selain itu ia ingin menabung uang saku nya. Jadi ia memutuskan membaca novel keluaran terbaru di kelasnya. Tak ada satupun murid yang memperdulikan Nerva, mereka semua mengabaikan Nerva dan malah sesekali mengganggu Nerva. Semua murid berperilaku seperti itu, kecuali dua murid yang malah memperhatikan Nerva dengan tatapan sendu.
Satu murid perempuan berkacamata dengan rambut coklat yang dikucir, serta satu lagi murid lelaki bersurai pirang dengan bandana di dahinya.
Sedangkan di rooftop sekolah, atau biasa disebut atap terdapat Ayana, Putri, serta Kaiya yang sedang tertawa terbahak bahak. Mereka menertawakan Nerva dan membuat rencana baru agar Nerva dikeluarkan segera dari sekolah. Tak sampai disitu, mata mereka tiba tiba berubah warna menjadi merah darah sekilas. Dan itu, membuat lelaki misterius yang mengikuti Nerva serta membuntuti Ayana terkejut.
"Carolina ... kau kelewatan.", gumam lelaki tersebut.
***
Saat pulang sekolah Nerva langsung kerumah, saat ini ia sendiri di rumah karna kedua orang tuanya bekerja dan adik perempuannya masih disekolah, Nerva mempunya kunci cadangan jadi ia bisa masuk tanpa menunggu lama, pikiran Nerva saat ini sedang bingung. Karna nanti saat semua keluarganya pulang, apa yang harus Nerva katakan. Apakah ia harus jujur jika di skors? Tentu tidak, Nerva tak ingin dibenci lebih jauh lagi hanya karna tuduhan palsu.
Nerva mengunci semua pintu rumah dan jendela sehingga tak ada satupun cahaya yang masuk. Nerva segera kekamarnya, ia melemparkan barang barangnya secara kasar dan membanting pintu kamar.
"KENAPA JADI SEPERTI INI SIALAN!", Nerva berteriak sambil mengeluarkan air mata, ia benar benar lelah kali ini, tangis Nerva sudah tak bisa ditahan lagi, sekarang Nerva berada di kamar membelakangi kasurnya, tak ada satupun cahaya yang masuk.
Nerva memikirkan banyak hal, tentang bagaimana caranya menjelaskan kepada kedua orang tuanya, mengatasi ejekan dari adiknya nanti, serta memperbaiki nama baiknya yang sudah ternodai karna tuduhan palsu dari Ayana.
Saat ini pikiran Nerva benar benar tercampur aduk, ingin sekali membanting semua barangnya, tapi niat nya diurungkan karna melihat telfon yang masuk. Dan itu dari Reygan, orang yang Nerva kenal sebagai keluarganya sendiri.
Reygan menanyakan kabar Nerva, sesekali menghiburnya, dan juga membahas tentang pekerjaannya. Nerva senang,
ia cukup terhibur dengan adanya Reygan yang sangat baik hati. Terkadang Reygan juga berkata jika Nerva mirip dengan seseorang, tapi ia tak mengatakan siapa orang yang dia maksud.
"Kau sangat mirip dengan 'dia', Nerva.", itu yang sering diucapkan oleh Reygan.
Tak lama kemudian, telfon dimatikan karna Reygan ada pekerjaan. Nerva yang mulai terhibur mulai senyum senyum sendiri, karna ia merasa senang. Tak lama kemudian ia membereskan semua barang yang ia sempat lempar tadi dan melihat film pemberian dari Reygan.
***
Tiga jam berlalu Nerva sangat menikmati film buatan Reygan. Genre film action disertai comedy yang tentu sangat disukai Nerva.
Melihat waktu sudah berlalu lumayan lama, Nerva mulai bergegas membereskan semuanya agar kedua orang tuanya tak memarahinya karna kamar yang berantakan. Karna tak lama lagi kedua orang tuanya beserta adiknya akan segera pulang.
Beberapa jam kemudian Nerva sudah kelelahan karna membersihkan semuanya, sekarang ia hanya menunggu keliarganya datang sambil mendengarkan lagu favoritnya.
Tak lama kemudian bel rumah berbunyi.
"Lia kau sudah pulang? Ini Ibu!", teriak seorang wanita didepan pintu.
Nerva segera membuka pintu rumahnya, terlihat seorang wanita menggandeng anak kecil berada diambang pintu. Nerva menatap datar ibu dan adiknya, serta dia juga mendapat tatapan heran dari ibunya.
Saat ibu Nerva ingin bertanya mengapa Nerva pulang secepat ini, Nerva sudah memotong perkataan ibunya dengan jawaban "Sekolahnya libur".
Ibu Nerva sempat heran, karna biasanya sekolah Nerva pulang saat sore menjelang malam tapi saat mendengar jawaban Nerva, ia hanya mengiyakan. Lalu masuk kedalam rumahnya.
***
Nerva PoV
Aku langsung pergi kamar setelah membukakan pintu untuk ibuku dan langsung membanting diriku ke kasur, seakan aku sudah sangat lelah. Terlebih lagi baterai laptopku habis yang menyebabkan penjedaan saat menonton film itu.
Aku mengecas laptopku dan bermain ponsel, aku sangat malas untuk belajar hari ini, apalagi aku juga harus memikirkan bagaimana caranya agar kedua orang tuaku tak marah saat aku berada dirumah tiga hari kedepan.
Sial, otakku benar benar buntu aku tak bisa berfikir apapun, sangat jarang aku seperti ini, ah benar benar membosankan aku ingin segera melihat film yang diberikan kak Reygan, aku masih melihat beberapa episode, aku ingin menamatkan satu season sekaligus hari ini dan lanjut season selanjutnya besok.
Dan juga, ada satu karakter yang membuatku tertarik. Ia bernama Ergan Alvaro, lelaki pemberani serta ceria dan merupakan karakter favoritku. Ia memiliki surai serta netra yang berwarna biru laut, itu mrmbuatku menyukainya.
Aku harap laptopku segera terisi, tapi ...
KENAPA DISAAT SEPERTI INI LISTRIK HARUS MATI SIH?!
Aku benar benar kesal, sangat kesal jadi aku memutuskan untuk lanjut bermain ponsel dan memikirkan alasan untuk tiga hari kedepan.
"LIA JANGAN BERMAIN PONSELMU TERUS! BANTULAH IBUMU INI!"
Ibuku setiap hari kenapa harus teriak sih, apakah ia tak melihat jika sudah tak ada debu dilantai, bahkan tadi aku mengepelnya, piring piring sudah bersih, tapi aku masih disuruh membantunya?! Apalagi yang harus kubantu? Membantu untuk memecahkan semua barang dirumah ini?! Tentu tidak kan.
Sudahlah, menjelaskannya juga malah membuat ibu marah, lebih baik aku pura pura tidur saja siapa tau tidur beneran dan mendapat mimpi indah.
***
Normal PoV
Ibu Nerva membuka kasar pintu kamar anaknya, tapi saat melihat Nerva tertidur dengan nyenyak, ia mengurungkan niat untuk memarahinya.
"Mungkin Lia kelelahan", gumam ibu Nerva lalu pergi.
Nerva benar benar tertidur, walau awalnya hanya pura pura tapi rasa lelah sudah menguasai dirinya hingga tertidur nyenyak.
***
Nerva membuka matanya perlahan, ia terbangun dibawah pohon yang lebat dan besar, sehingga suasananya sangat nyaman dengan semilir angin yang menyejukkan, serta kupu kupu warna warni berterbangan.
"Aku dimana? Bukankah tadi aku berada dikamar sedang tidur?"
Nerva tolah toleh kekanan dan kekiri tapi tak ada siapapun, hanya ada kicauan burung burung. Tiba tiba Nerva melihat seorang gadis mirip dengannya tetapi dengan rambut panjang, hanya sesaat seolah itu adalah ingatan sesaat.
Karna berpikir ia hanya halusinasi, ia pun menengok kebelakang. Berharap ada seseorang yang dapat membantunya. Saat Nerva memfokuskan pandangannya, ia terkejut karna ada seorang lelaku yang sangat ia sukai.
"ERGAN ALVARO?!", teriak Nerva heboh tetapi lelaki yang ia panggil kebingungan.
"Tunggu, apa benar dia Ergan?", batin Nerva tak percaya. Karna Ergan Alvaro hanyalah karakter fiksi, bukanlah karakter nyata dan tak mungkin menjadi nyata.
Mencoba untuk memastikan, Nerva mendekati Ergan perlahan. Ergan hanya tersenyum kepada Nerva. Melihat senyuman Ergan, Nerva semakin yakin jika yang didepannya adalah Ergan Alvaro.
"Oh Tuhan apa ini mimpi?! Kalau benar ini mimpi aku tidak perlu bangun sekalian saja.", batin Nerva kegirangan karna karakter favoritnya ada di hadapannya sekarang.
Saat ingin berjalan mendekati Ergan, tiba tiba pandangan Nerva menggelap dan terdengar suara perempuan yang menggema di telinga Nerva.
"Maaf, belum saatnya kau mengetahui semuanya.", ucap perempuan tersebut diakhir.
***
"ARGHH", Nerva tiba tiba terbangun sambil berteriak kencang untung saja kamarnya kedap terhadap suara.
Nerva melihat sekelilingnya dan ia terbangun di kasurnya. Ia sedikit kecewa karna yang tadi hanyalah mimpi, tetapi entah kenapa sosok perempuan yang mengatakan kalimat diakhir mimpi tadi terasa sangat nyata.
Saat hendak pergi kekamar mandi, tiba tiba ia mendapat sebuah ide untuk membohongi kedua orang tuanya. Walau sebenarnya Nerva tak ingin berbohong, tapi ini harus ia lakukan agar kedua orang tuanya tak membencinya lebih dalam lagi hanya karna tuduhan palsu.
Keesokan harinya, dimana hukuman Nerva masih berlanjut sampai tiga hari. Nerva sedang bersiap, ia mengenakan ransel tetapi tak berisi apapun. Ia juga mengenakan seragam sekolah walau saat ini ia dalam masa skors.
"Lia, kau mau kemana?", tanya ibu Nerva.
"Wisata pembelajaran.", jawab Nerva cepat.
Ibu dan ayahnya hanya mengiyakan jawaban Nerva, saat ibunya menawarka sarapan Nerva menolaknya dengan cepat dan bergegas keluar rumah.
"Maaf, tak ada pilihan lain lagi selain berbohong.", gumam Nerva pelan.