Chereads / Queen Seohyun / Chapter 3 - Chapter 03

Chapter 3 - Chapter 03

Pemuda berjubah merah marun itu mengumbarkan senyumannya kepada setiap dayang istana yang berpapasan dengannya. Dia adalah Pangeran Jaehyang, putra sulung Raja Jeongwoo, dan kakak kandung dari Putra Mahkota Yi Jin. Hari ini, setelah sekian lama tidak menginjakkan kaki di istana, ia kembali menginjakkan kakinya di tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Kedatangannya kemari karena untuk memenuhi panggilan sang ayah---Raja Jeongwoo---yang ingin membicarakan sesuatu padanya.

Awalnya ia pikir sesuatu yang akan dibicarakan ayahnya itu adalah sesuatu yang cukup penting, misalkan mengenai pernikahan, karena kebetulan usianya sudah melebihi batas dari usia pernikahan pada umumnya. Ia sudah dikatakan sebagai pejaka tua padahal usianya baru menginjak duapuluh tahun. Tetapi rupanya, hal yang dibicarakan ayahnya itu adalah mengenai pesta ulang tahun sang ayah yang akan diadakan esok hari.

"Orabeoni!"

Panggilan melengking dari seorang gadis itu membuat Jaehyang menghentikan langkahnya dan menyunggingkan seulas senyuman. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, Putri Soojin---adik perempuannya---tengah berlari kecil ke arahnya, dan di belakang gadis berusia tigabelas tahun itu, Song Sanggung ikut berlari sembari mengingatkan gadis itu untuk tidak berlari.

"Orabeoni!" Soojin berhambur memeluk kakak tertuanya dengan sangat erat. "Aku sangat merindukanmu."

"Astaga, kita baru saja bertemu tiga hari lalu, dan kau sudah merindukanku lagi?"

Soojin melepaskan pelukannya itu dan memandang ke arah kakak tertuanya dengan senyuman yang tersungging di wajah manisnya. "Tiga hari terasa seperti tiga tahun bagiku."

"Kau berlebihan," balas Jaehyang sembari mencubit hidung adiknya itu. Manik hitamnya terarah kepada norigae yang dipakai adiknya saat ini, seulas senyuman tersungging di wajahnya saat mengenali norigae cantik itu adalah pemberiannya. "Entah kenapa, norigae itu justru semakin cantik jika kau yang memakainya," pujinya.

"Orabeoni berlebihan," ujar Soojin sembari memukul pelan lengan kakaknya itu. "Omong-omong, orabeoni akan datang ke pesta abba mama nanti?"

"Tentu saja aku akan datang. Mana mungkin aku tidak datang ke pesta ulang tahun ayah sendiri."

"Baguslah jika orabeoni akan datang, dengan begitu tahun ini pesta abba mama dihadiri seluruh anggota keluarganya. Tidak seperti tahun sebelumnya," ujar Putri Soojin sambil memandang ke arah kakak tertuanya itu.

Jaehyang hanya tersenyum sambil mengusap puncak kepala adik perempuannya itu. Ucapan adiknya tadi sudah sangat pasti untuk menyindir dirinya yang tidak pernah hadir diacara pesta ulangtahun ayahnya sendiri. Ada suatu alasan kenapa dirinya tidak pernah hadir dalam pesta ulangtahun ayahnya. Senyuman yang sebelumnya sempat terpatri di wajahnya seketika menghilang ketika manik mata pemuda itu menangkap sosok wanita dengan dangui hijau ber-emblem naga pada bagian depan dan kedua bahunya. Cepat-cepat ia menundukkan kepalanya karena wanita itu---Ratu Kim, sang ibu---menangkap keberadaan dirinya.

Putri Soojin yang memunggungi ibunya itu segera membalikkan badannya ketika melihat kakak tertuanya memberikan hormat. Mengetahui keberadaan sang ibu, ia segera menyunggingkan senyumannya dan membungkuk sejenak seperti yang dilakukan Jaehyang.

Ratu Kim sama sekali tidak memberikan respon apapun kecuali menatap keberadaan dua anaknya itu. Wanita itu segera melanjutkan perjalanannya yang sempat tertahan tadi.

"Kenapa eoma mama selalu terlihat dingin jika melihat orabeoni?" tanya Putri Soojin sembari memandang Jaehyang yang masih terdiam. "Orabeoni," panggilnya.

"Oh? Ada apa?" tanya Jaehyang.

"Kenapa eoma mama selalu terlihat dingin pada orabeoni?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu kenapa eoma mama selalu bersikap dingin padaku."

~"~

Hiruk pikuk terjadi di sebuah pelabuhan yang saat ini sebuah kapal baru saja menepi. Banyak orang-orang yang turun dari kapal berukuran besar itu, diantara orang-orang itu terlihat seorang gadis bangsawan yang terlihat dingin baru saja turun dari kapal tersebut. Ia tidak sendirian, tetapi ditemani dengan seorang pelayan perempuan dan dua orang pelayan laki-laki yang membawakan barang-barang miliknya. Perempuan itu adalah Kim Chae Yoon, putri dari Perdana Menteri Kim Hak Yoon.

Gadis itu baru saja datang dari Provinsi Jeolla, tempat dirinya dilahirkan dibesarkan selama tujuhbelas tahun ini. Ia pergi ke sana sejak tiga tahun lalu untuk menemani bibinya---kakak ayahnya---yang tinggal di sana seorang diri. Sekarang, ia akan kembali tinggal bersama dengan kedua orangtuanya di Hanyang karena sang bibi yang mengizinkan dirinya untuk pulang.

"Hanyang sama sekali tidak berubah sejak tiga tahun lalu," gumam Chae Yoon seraya berjalan keluar dari pelabuhan yang ramai itu.

"Benar aggasshi," setuju pelayan perempuan Chae Yoon. "Daegam dan Manim pasti akan senang saat melihat Anda pulang, Aggasshi."

"Tentu saja mereka akan senang, apalagi aku pulang tanpa memberitahu sebelumnya," jawab Chae Yoon senang. "Kalau begitu, ayo kita segera pulang. Aku sudah sangat merindukan abeoji dan eomeoni."

~"~

Nyonya Kang---istri dari Perdana Menteri Kim Hak Yoon---terlihat serius menyulam di teras rumahnya. Ia terlalu serius sampai tidak menyadari kedatangan anak perempuan satu-satunya yang sangat ia sayangi. Chae Yoon sendiripun tidak menimbulkan suara karena ingin memberi kejutan kepada sang ibu yang sedang serius itu. Ia bahkan berjalan dengan langkah yang begitu perlahan. Tapi rencana untuk mengejutkan sang ibu gagal saat pelayan pribadi dari Nyonya Kang menyadari keberadaannya.

"Aggasshi!" seru pelayan itu membuat Nyonya Kang mengalihkan perhatiannya dan Chae Yoon mengulum senyumannya.

"Chae Yoon-a!" seru Nyonya Kang seraya turun dari teras rumah dengan perasaan gembira. Ia bahkan lupa tidak memakai sepatunya karena terlalu senang bertemu dengan sang anak. "Aigoo putriku yang cantik sudah pulang." Nyonya Kang memberikan pelukan hangat kepada sang anak.

"Bagaimana kabarmu, Eomeoni?" tanya Chae Yoon dengan membalas pelukan sang ibu.

"Sangat baik, Chae Yoon-a." Nyonya Kang lalu melepas pelukannya, ia mengusap lembut wajah sang anak. "Kenapa kau tidak memberitahu aemi jika akan pulang?"

"Aku sengaja tidak memberitahu, karena ingin memberi kejutan untuk kalian, Eomeoni," jawab Chae Yoon dengan senyuman masih terlukis di wajah cantiknya itu. "Abeoji belum pulang?"

Nyonya Kang menggelengkan kepalanya. "Mungkin dia pulang sore nanti. Omong-omong, kau pasti lapar karena sudah melalui perjalanan jauh, bagaimana jika kita menyantap camilan sebelum makan malam nanti?"

"Dengan senang hati, Eomeoni."

~"~

Suara halaman buku yang dibuka terdengar di sebuah perpustakaan yang berada di kawasan istana putra mahkota. Saat ini putra mahkota Joseon itu sedang serius membaca sebuah buku di salah satu meja yang ada di perpustakaan. Setiap sore seperti ini ia memang lebih sering menghabiskan waktu dengan membaca buku, atau mungkin menemani adik perempuannya---Putri Soojin---bermain. Tidak jarang juga ia akan pergi berkunjung ke kediaman sang ayah untuk saling bertukar pikiran, itupun jika sang ayah sedang tidak sibuk dengan pekerjaannya.

Ketenangan yang terjadi di perpustakaan itu sedikit terusik saat pintu perpustakaan dibuka sedikit kasar dan disusul suara langkah seseorang yang berlari kecil. Yi Jin hanya bisa menghela napasnya lalu menutup buku yang sedang dibacanya itu untuk menyambut orang yang sudah menganggu ketenangannya.

"Jeoha," sapa Kaism Kang---pelayan pribadi dari sang putra mahkota.

"Bukankah aku sudah pernah katakan untuk tidak mengangguku jika aku sedang di perpustakaan?" tanya Yi Jin.

"Maafkan saya, Jeoha. Tapi saya datang untuk mengabarkan sesuatu yang penting," jawab Kasim Kang.

"Apa itu?"

"Kim Chae Yoon Aggasshi telah kembali ke Hanyang," jawab Kasim Kang yang berhasil menerbitkan senyuman di wajah sang putra mahkota. "Saat ini dia sudah di rumahnya."

Tanpa mengatakan sepatah katapun, Yi Jin bergegas beranjak dari duduknya. Ia terlalu bersamangat dengan kabar gembira ini, karena Chae Yoon merupakan sahabat serta cinta pertamanya.