Kesibukan mulai terjadi di halaman bangunan utama istana. Para pelayan dan juga kasim sedang sibuk menata halaman untuk menjadi tempat pesta yang nyaman bagi para tamu undangan nanti. Halaman yang biasa kosong itu sudah dipenuhi dengan hiasan berwarna-warni serta meja-meja dan kursi untuk para tamu juga keluarga istana duduk. Tidak hanya itu, ada dua buah panggung yang berdiri di kedua sisi halaman serta sebuah panggung kecil yang terdpaat gendang besar yang berdiri disalah satu sudut halaman.
Meninggalkan kesibukan para pelayan dan kasim istana, Raja Jeongwoo saat ini sedang berada di kamarnya bersama dengan kedua anaknya, istri, juga ibunya. Pria berjubah merah itu terlihat tidak terlalu senang karena putra sulungnya---Pangeran Agung Jaehyang---belum juga hadir. Sesekali pria itu menoleh ke arah pintu kamarnya, menunggu kasim pribadinya mengumumkan kedatangan sang anak. Tetapi hingga saat ini Jaehyang belum juga hadir, padahal dirinya sangat berharap sang anak bisa hadir di ulangtahunnya yang ke 60 tahun.
"Jusang, apa kau sedang menunggu sesuatu?" tanya Ibu Suri Min memecahkan lamunan putranya itu. "Sedari tadi aemi memperhatikanmu melihat ke arah pintu terus."
Raja Jeongwoo menyunggingkan senyuman di wajahnya. "Yi Wook mengatakan akan datang, tapi dia belum juga datang sampai sekarang," jawab pria itu.
Jawaban dari sang raja rupanya membuat Ratu Kim kehilangan senyuman di wajahnya. Begitu juga dengan Putra Mahkota Yi Jin yang ikut kehilangan senyumannya. Kedua orang itu sangat menunjukkan ketidak sukaan mereka terhadap Pangeran Agung Jaehyang.
"Mungkin dia sedang dalam perjalanan, Jusang," ujar Ibu Suri Min.
"Atau mungkin dia tidak akan datang lagi di hari ulangtahunmu, Jeonha," celoteh Ratu Kim lalu menyesap teh yang disiapkan sebelumnya.
Jawaban dari Ratu Kim yang terdengar sinis itu membua Raja Jeongwoo menatap tajam sang istri. Dirinya masih heran karena istrinya itu masih saja bersikap sinis kepada anak kandungnya sendiri. Sebenarnya apa kesalahan Jaehyang sampai membuat istrinya seperti itu? Sang Raja mengembuskan napasnya kasar lalu memandang pada istrinya itu.
"Jungjeon, kenapa kau sellau bersikap sinis seperti itu pada anakmu sendiri?" tanya sang raja penasaran.
"Aku bersikap sinis?" Ratu Kim memandang sang suami. "Tidak, aku sama sekali tidak bersikap sinis padanya," jawabnya sambil membalas pandangan sang raja yang terlihat tajam.
"Bisakah kalian tidak berdebat di hari yang istimewa ini? Ini adalah hari ulantahunmu, Aba mama. Apa kau akan berdebat dengan eoma mama?"
Pertanyaan dari Putri Soojin akhirnya membuat raja dan ratu itu berhenti saling bertatapan tajam. Keduanya sama-sama mengembuskan napasnya pelan. Sang putri benar, ini adalah hari istimewa bagi sang raja, artinya lebih baik tidak ada perdebatan yang terjadi. Keheningan segera melanda kediaman Raja Jeongwoo, mereka yang ada di sana memilih untuk diam.
"Jeonha, hamba Kasim Song mohon izin untuk masuk," izin Kasim Song---kasim pribadi sang raja---di luar sana.
Raja Jeongwoo mengizinkan kasimnya itu untuk masuk. Pria berbaju warna giok itu masuk ke dalam kamar sang raja dengan sebuah kotak di tangannya, membuat seluruh orang yang ada di sana penasaran.
"Jeonha, pelayan dari kediaman Jaehyang Daegun Mama datang dan mengirimkan ini untuk Anda," ujar Kasim Song membuat Raja Jeongwoo menghela napasnya kecewa. "Selain itu Jaehyang Daegun Mama juga mengatakan---"
"Taruh saja barang itu di atas meja di sana," ucap sang raja memotong perkataan sang kasim. "Kalian semua boleh keluar, kita bertemu di pesta nanti."
~"~
Suasana meriah dari perayaan ulang tahun Raja Jeongwoo siang ini, sama sekali tidak dapat mengubah raut wajah kesal dari Shin Yoo Ri yang pada akhirnya datang ke pesta tersebut. Gadis berwajah manis itu tengah kesal, bukan karena dipaksa kedua orangtuanya untuk hadir, tetapi karena sikap salah satu putri dari seorang menteri yang menatap dirinya rendah. Gadis itu memperhatikan dirinya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki lalu tersenyum mengejek, saat mereka berpapasan di gerbang utama istana. Ia sama sekali tidak suka jika ada orang yang menatapnya seperti itu.
Kedua mata Yoo Ri tiba-tiba membulat, bahkan raut wajah terkejut sama sekali tidak dapat ia sembunyikan ketika melihat sang putra mahkota menaiki panggung dengan membawa alat musik gayageum. Senyuman akhirnya tersungging di wajah cantiknya itu.
"Tidak sia-sia aku mengubah keputusanku untuk ikut," gumamnya ketika mengenali wajah sang putra mahkota sebagai pemuda yang dijumpainya tempo hari.
Ia lalu memperhatikan penampilan Sang putra mahkota yang memainkan musik gayageum. Pemuda itu terlihat sudah ahli dalam memainkan alat musik tersebut, bahkan musik yang di mainkannyapun terdengar indah. Yoo Ri benar-benar tidak dapat menahan rasa senang dan bercampur rasa kagum dari pesona pewaris tahta itu.
Permainan alat musik gayageum dari putra mahkota akhirnya selesai yang sontak membuat seluruh tamu undangan bertepuk tangan. Putra Mahkota Yi Jin bangkit berdiri, ia membungkukkan badannya sebelum akhirnya turun dari atas panggung.
Melihat sang putra mahkota yang sudah turun dari atas panggung, membuat Yoo Ri beranjak dari tempatnya. Ia ingin bertemu kembali dengan pemuda itu dan yang lebih penting lagi, ia ingin berkenalan dan menjadi dekat dengan Sang putra mahkota.
~"~
Yi Jin mendengus kesal karena tidak dapat menemukan keberadaan Kasim Kang, dan karena hal tersebut ia terpaksa harus membawa sendiri gayageum yang cukup besar dan berat ini. Di dalam hatinya ia memaki kasimnya yang selalu membuatnya kesal setiap saat. Ia tidak terlalu fokus memperhatikan jalan di depannya sampai membuat dirinya bertabrakan dengan seorang gadis.
"Auw!" pekik gadis itu yang terjatuh akibat bertabrakan dengannya.
"Astaga." Yi Jin menaruh terlebih dahulu gayageum-nya itu ke atas tanah, lalu membantu gadis itu untuk berdiri. "Kau tidak apa-apa?"
"Saya tidak apa-apa, Jeoha," balas gadis itu dengan menundukkan kepalanya.
Yi Jin memperhatikan wajah gadis itu yang terasa tidak asing, ia sepertinya pernah bertemu dengan gadis di hadapannya ini. "Oh? bukankah kau gadis yang di pondok itu?" tanyanya setelah ingat di mana ia pernah bertemu dengan gadis tersebut.
Gadis itu---Shin Yoo Ri---akhirnya mengangkat kepalanya, memandang ke arah wajah Yi Jin. Dan terlihat sangat jelas raut terkejut yang muncul di wajah cantik gadis itu. "Jadi jeoha adalah pemuda yang di pondok tempo hari?" tanyanya.
"Iya, aku adalah pemuda yang ada di pondok," jawab Yi Jin dengan senyuman yang tersungging di wajahnya.
Melihat senyuman yang disunggingkan oleh Yi Jin, membuat wajah Yoo Ri seketika terasa panas dan memerah. Gadis itu saat ini sedang terpesona dengan senyuman manis dari pemuda di hadapannya saat ini. Bagaimana bisa ada laki-laki yang setampan ini? batinnya.
"Omong-omong, kenapa kau bisa ada di istana? apa ayahmu seorang menteri?" tanya Yi Jin memecahkan lamunan Yoo Ri.
"Ye, Jeoha. Kebetulan ayah saya adalah menteri di istana. Beliau adalah Menteri Personalia Shin Min Gyu," jawab Yoo Ri.
Yi Jin terdiam ketika setelah mengetahui jika gadis di hadapannya ini adalah putri dari menteri personalia. "Oh, rupanya kau adalah putri dari Tuan Shin. Kalau begitu senang bertemu denganmu. Dan maaf sepertinya kita harus mengakhiri perjumpaan kita, aku harus mengembalikan gayageum ini," ujarnya yang lalu mengambil gayageum-nya itu. "Aku permisi."
"Ah iya, Jeoha," balas Yoo Ri terdengar salah tingkah.
Yi Jin bergegas meninggalkan Yoo Ri yang masih berdiri di tempatnya itu. "Putri dari Shin Min Gyu?" gumamnya setelah berjalan cukup jauh dari Yoo Ri.
Sementara itu, Yoo Ri terlihat sangat senang karena akhirnya dapat bertemu kembali dengan pemuda yang ia cari selama ini. Ia terlalu senang sampai ia tidak menyadari jika intonasi bicara Putra Mahkota Yi Jin berubah saat ia memperkenalkan dirinya sebagai putri dari Menteri Personalia Shin Min Gyu.