Chereads / ujung penantian / Chapter 4 - Nembak?!

Chapter 4 - Nembak?!

"Jangan cuek-cuek ya, coba senyum pasti kelihatan cantik", aku melotot kearahnya dan seenak jidatnya dia malah berlari keluar.

Tunggu, kenapa tiba-tiba pipiku jadi memanas?

๐Ÿ‚๐Ÿ‚๐Ÿ‚

Kejadian kemarin bener-bener buat moodku berantakan, tapi kenapa perasaanku jadi nggak karuan ya.

Eh, apaan sih Ra nggak banget tau.

Masa iya aku seneng dipuji sama dia, nggak mungkin!. Ini pasti perasaan kesal saja. Ah, iya pasti aku cuma kesal saja.

๐Ÿ‚๐Ÿ‚๐Ÿ‚

"Jadi, udah mulai ada perkembangan ya Ra?", Goda Ira sambil menaik turunkan alisnya.

"Hahaha.. apaan sih, perkembangan apa ?, gitu doang mah nggak ngaruh sama aku. Kamu sendiri kan tau aku orangnya gimana."

"Kalo nggak ngaruh, kenapa sekarang pipimu kelihatan merah? Bulshing ya? Hahaha." Kali ini Kia ikut menertawai diriku.

Ah, masa sih. Aku memegang kedua pipiku, rasanya malu sekali. Kenapa masih saja seperti ini.

"Apaan sih, nggak ya. Aku itu cuma kangen aja", elakku.

"Ooohh... Kangen ya." Goda mereka berdua. Pasti salah paham nih.

"Bukan kangen yang seperti kalian pikirkan kok, cuma-" duh, apa ya. Kok nggak tau mau lanjutin ngomong apa tadi sih.

"Cuma apa Meira?" Ira makin gencar menggodaku.

"Udah ketahuan basah kali Meira, pake acara mau ngelak segala" ucap Kia.

"Ya emang kangen sih, tapi bukan kangen orangnya. Yang aku maksud itu aku kangen moment nya. Itu kan pertama kalinya aku ngerasain masa berdebar-debar, kalo waktu sekolah bareng kalian mah nggak ada ngerasain kek gitu."

Mereka berdua mengangguk sambil terkikik, "Okey, paham." Aku yang melihatnya jadi sebel.

๐Ÿ‚๐Ÿ‚๐Ÿ‚

Hari-hari selanjutnya Alan makin gencar mendekatiku, melihatnya yang seperti itu malah bikin aku makin jengah. Kurang kerjaan banget sih, apa nggak ada kegiatan lain ya. Sampe-sampe harus banget gitu gangguin aku terus.

Beruntunglah hari ini aku nggak perlu melihatnya, karena kebetulan dirumah ada acara jadi aku izin untuk tidak sekolah. Setidaknya satu hari ini aku bisa tenang tanpa gangguan...

Kling!

1 message unread

Pesan? Dari siapa?

Perasaan aku belum pernah berbagi sama siapapun nomor ponselku.

+628937856xxx

Assalamu'alaikum, Meira ๐Ÿ˜Š

Allahuakbar! Jangan bilang kalo ini... Nggak mungkin deh kayaknya, tapi kalo beneran dia gimana. Ih, nyebelin banget sih.

Aku masih belum tau siapa pemilik nomor itu dan bertanya-tanya bagaimana bisa orang ini mendapatkan nomorku, bahkan akupun tidak punya niatan untuk membalasnya. Biarin aja deh, nggak penting juga. Palingan juga nomor nyasar.

Belum sampai ada 5 menit handphone ku kembali berbunyi. Aku yang ingin beranjak dari kamar pun tidak jadi.

+628937856xxx calling...

Nomor tadi? Telepon?, Sebenarnya siapa sih. Apa aku angkat aja kali ya?

Setelah kutekan tombol hijau untuk menjawab, aku masih diam menunggu seseorang diseberang sana untuk bicara. Sengaja aku nggak mau memulai pembicaraan. Aku ingin tau, penelepon ini human jenis laki-laki atau perempuan.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

Okey, tidak ada suara apapun cuma orang iseng. Matiin aja deh, buang-buang waktu banget.

Ku jauhkan handphone dari telingaku, berniat untuk mengakhiri panggilan. Tiba-tiba terdengar suara dari sang penelepon...

"Halo Meira?" Suara ini...

Tunggu dulu, rasa-rasanya kek pernah denger suara ini. Mana mungkin sih, enggak deh kayaknya. Aku pasti salah denger, iya pasti salah denger.

"Meira? Halo? Masih disana?"

Suara yang sama. Fiks, ini beneran dia. Kakak kelas yang akhir-akhir ini gangguin aku, gimana bisa sih. Aaarggghhh, matiin aja deh.

Tut!.

Moodku berantakan. Setelah kejadian telepon yang ku matikan sepihak tadi, dia malah gencar terus-terusan mengirim pesan.

๐Ÿ‚๐Ÿ‚๐Ÿ‚

"Jadi... Kamu nggak tau dong Ra dia dapat nomor kamu dari mana", tanya Ira.

Kalo masalah tau atau nggak tau tuh nggak terlalu penting banget, tanpa tanya padanya pun aku sudah tau siapa yang ngasih.

Aku mengeluarkan senyum meremehkan pada kedua sahabat ku ini, "siapa bilang aku nggak tau?"

"Tapi tadi kamu pas cerita bertanya-tanya, dia dapat dari siapa. Apalagi kamu mematikan telepon secara sepihak", timpal Kia.

Aku malah tertawa kencang mendengar respon Kia, "Ya jelas aku bertanya-tanya lah Kiaaa, siapa yang nggak bingung coba disaat pikiran kita lagi buntu."

"Berarti kamu tau dong siapa yang ngasih nomor kamu?", Ira makin penasaran karena aku tak segera memberi tahu mereka.

"Jadi..?? Siapa ??", Sambung Kia.

"Mau tau?", Tanyaku jail.

Mereka malah memandangku dengan perasaan dongkol. Liat aja, pasti mereka akan kaget setelah tau kenyataannya.

"Nggak usah bikin orang kepo deh Ra, cepetan kasih tau" Ira sudah menahan-nahan rasa sabarnya.

"Sabar dong.... Bentar-" Aku merubah posisi duduk, supaya enak bikin mereka kaget. Hihihi

"Okey, jadi... yang ngasih tau nomor aku sama dia adalah.....

Sengaja aku panjang-panjangin biar terasa deg-degannya ke jantung mereka.

...Sepupu kalian tuh".

Mereka berdua diam. Aku nggak tau ini ekspresi apa, mereka masih memandangku dengan raut wajah datar.

Okey, ayo kita lihat apa yang akan terjadi setelah ini.

Satu...

Dua...

Tiga...

"NGGAK MUNGKIN!" Jawab mereka kompak.

Nah, kan. Sudah kuduga, pasti nggak percaya. Mereka mana tau kalo sepupu mereka satu sekolah denganku.

"Nggak mungkin apanya, emang itu kenyataannya kali", timpalku.

"Bagaimana bisa?" Tanya Kia.

Kia makin penasaran karena selama ini dia cukup dekat dengan sepupunya yang ku maksud tadi, tapi dia tidak tau apa-apa tentang hal ini. Haha, lucu sekali.

"Ya, bisa lah. Kalo nggak percaya, tanya tuh sama sepupu kamu sendiri. Dulunya sekolah dimana, pasti jawabannya sekolah di tempat yang sama dengan aku. Aku sendiri aja waktu itu kaget kok", jawabku.

"Ah, udah nggak penting. Kelewat lama, lanjutin cerita kamu aja deh", Ira yang tak mau ambil pusing karena merasa tak tau apa-apa.

"Ah, tapi kan tapi- " potong Kia.

Ira menyikut lengan Kia dan melotot ke arahnya. "Udah diem aja bawel, nanti kalo kamu pulang kerumah aja. Interogasi tuh sepupu kita itu sepuasnya", Kia hanya mengangguk mengiyakan permintaan Ira.

Baiklah...

๐Ÿ‚๐Ÿ‚๐Ÿ‚

Aku yang saat itu merasa lelah karena sudah hampir seharian membantu menyiapkan untuk acara besok, memutuskan kembali ke kamar dan beristirahat.

Bertepatan saat aku baru masuk kamar, handphone ku kembali berbunyi. Siapa lagi yang telepon?

+628937856xxx calling...

Ah, ternyata dia. Belum nyerah juga ternyata. Ku tekan tombol hijau untuk menjawab panggilannya.

"Apa!" Ucapku dengan nada nge-gas.

"Hei Ra, kok baru angkat?" Tanyanya.

"Sibuk!"

"Maaf ya kalo aku ganggu." Katanya merasa tidak enak.

"Nah, itu tau. Udah ya." Aku hendak memutus panggilan.

"Eh, bentar Ra. Boleh ngomong nggak?" Tanyanya, lagi.

"Bukannya dari tadi sudah ngomong ya?" Jawabku kesal.

"Hehe, ya iya sih. Tapi, ini penting Ra. Aku-...."

"Cepetan!", Potongku.

"Aku suka sama kamu" ucapnya cepat.

Deg!