(Sudut Pandang Raka Sanjaya)
Aku ingin pulang.
Tempat ini benar-benar membosan.
Aku lelah hanya duduk diam disini.
Musik ini juga terlalu keras.
Aku benar-benar tidak mengerti apa yang orang-orang ini sukai dari karaoke.
Bernyanyi? Atau mengobrol? Terlebih lagi makanan dan minuman disini sangat mahal.
Aku belum pernah ke karaoke mungkin karena itu alasannya aku merasa bosan tapi tetap saja tidak ada yang menarik selain berkumpul bersama teman-teman atau haruskah aku menyebut mereka temanku?
Mereka hanyalah orang yang baru saja aku kenal kecuali Irene yang pernah satu kelas denganku ketika kami masih kelas 1, setiap tahun orang-orang di kelas selalu akan berubah.
Jadi aku tidak begitu mengingatnya jika bukan karena Irene mengatakannya, bahkan aku pun tidak tahu kalau kami berdua satu kelas saat itu, aku tahu marena aku sudah mengecek daftar siswa kelas 1-D dan tidak diragukan lagi kami sudah satu kelas.
Mungkin terlalu dini menyebut mereka sebagai teman hanya karena kami pergi ke karaoke bareng.
Ya, begitulah.... aku mengenal orang-orang ini bahkan aku saja jarang berbicara dengan teman sekelasku sendiri atau sesuatu seperti itu.
"Hey, Hey! Raka ayo bernyanyi dong!" Kata Ayunda sambil minum minuman dinginnya.
Dia bergaya seperti orang yang sedang mabuk padahal yang dia minum hanyalah minuman bersoda.
Bernyanyi?
Aku mengerti hal itu tapi aku tidak bagus dalam hal bernyanyi atau semacamnya.
"Aku tidak bisa bernyanyi" Kataku dengan nada canggung.
Akan sangat memalukan kalau aku menyanyikannya dengan nada yang salah atau tidak ingat liriknya dan aku hanya tahu beberapa lagu semenjak mama Fitria sering menyanyi dirumah.
Itu agak menyebalkan sih, ketika mama memaksaku bernyanyi lagu yang tidak aku sukai.
Sama menyebalkannya dengan orang-orang ini yang mencoba membuatku bernyanyi.
"Benar! Ayo dong Raka semua orang sudah bernyanyi!!" Bujuk Rangga dengan nada menggoda dan ada beberapa sindiran dalam perkataannya.
Aku mengerti kalian semua telah bernyanyi dan kita telah mengobrol cukup lama terlebih lagi, sepertinya aku telah membuat mereka agak canggung karena pembicaraan terhenti oleh kalimatku yang dingin tepat ketika Irene selalu mempromosikan temannya Rara.
Seolah aku telah menciptakan penghalang antara diriku dan Rara, padahal bukan itu maksudku.
Aku benar-benar tidak bermaksud begitu, aku hanya canggung dan tidak menyukai pembicaraan tentang kehidupan karena keseharianku hanya berlatih untuk membasmi roh jahat.
Jika aku mengatakan kalau aku bisa melihat roh jahat maka mereka mungkin akan menyebut aku telah menjadi gila seperti dokter itu.
Dulu ketika aku pertama kali membuka mata ketigaku, mereka mengatakan kalau aku telah menjadi gila dan tidak ada seorang pun mempercayiku kecuali kedua orang tuaku.
Aku terpuruk saat itu dan dengan gangguan hantu disana membuatku frustrasi.
Tepat ketika aku mendapatkan kepercayaan diri, semuanya runtuh ketika kedua orang tuaku meninggal dalam kecelakaan yang aneh.
Setelah mengetahui penyebabnya dan diajari oleh mama Fitria. Aku hanya berfokus untuk memusnahkan roh jahat karena aku telah berjanji untuk mengalahkan roh jahat.
Janji seorang pria tidak boleh diingkari bahkan dalam kematian mereka.
Maka dari itu aku terus berlatih jika bukan karena persyaratan permintaan maaf, aku tidak akan pergi ke karaoke bersama mereka.
"Benar Raka, jika kamu terlalu malu bagaimana kalau Rara yang menemanimu?? Rara jago lhoo bernyanyi!! Lihat saja tadi bukankah suaranya merdu" Saran si Irene sambil memegang bahu Rara. Dia masih tidak menyerah untuk mempromosikan temannya.
Ugh, kenapa kalian terus memaksaku? Aku bisa melihat Rara yang seolah akan menangis, setiap kali kalian paksakan dia untuk mencocokan kepadaku.
Apakah kalian sengaja mengolok-oloknya? Seolah aku adalah barang yang tepat untuk membuatnya tertekan.
Baiklah aku mengerti, karena itu yang kalian inginkan dan juga karena semua orang telah bernyanyi maka aku juga akan bernyanyi setidaknya jika aku membuat kesalahan ada yang menemani jadi tidak apa-apa, aku akan mencobanya.
Terlebih lagi itu yang kalian inginkan bukan?
Oke baiklah! Ayo lakukan.
"Kalau begitu baiklah, ayo kita coba Rara" Kata dengan nada santai.
Rara terkejut dan wajahnya berubah menjadi merah. Kenapa lagi tuh anak? Tiba-tiba menjadi merah...
Sudahlah tidak usah dipikirin.
Dan kami berduapun mulai bernyanyi.
(Sudut Pandang Penulis)
Raka dan Rara bernyanyi dengan sangat indah, mereka berdua bernyanyi seperti pasangan kekasih yang telah lama menjalin hubungan dan pasang-surut percintaan.
Lagu yang mereka pilih adalah lagu cinta yang baru-baru ini populer dan kebetulan. Raka sering bernyanyi bersama ibu angkatnya.
Irene dan yang lainnya tercengang mendengar keduanya bernyanyi.
Beberapa jam kemudian. Hari telah hampir malam dan mereka terus bernyanyi secara bergantian. Karena hari ini semuanya Rangga yang tratir.
Rangga adalah anak orang kaya, dia sangat tertarik berteman dengan berbagaimacam orang dengan keperibadian aneh.
Raka adalah salah satu incarannya untuk berteman.
Menurut Rangga, Raka orangnya pemalu dan sikapnya dingin serta acuh tak acuh tetapi dia sebenarnya orang baik.
Setidaknya itulah yang dipikirkan Rangga dan kesannya selama di karaoke ini.
Rangga juga memiliki insting yang bagus.
--Belakang gedung sekolah--
Dibawahn pohon itu terdapat 6 roh gentayangan sedang duduk dibawah pohon dengan berbagaimacam pose aneh mereka.
"Nenek Gaga Yuung!! Ayo lacak mereka dengan kemampuan gayung supermu!!" Kata Si Ocong Kece dengan nada yang bersemangat. Dia loncat-loncat ditempat seolah cabe telah masuk ke pantatnya dan membuatnya tidak bisa diam seperti cacing kepanasan.
"Diam!! Aku tahu itu jadi jangan ganggu aku!!!" Teriak Si Nenek. Dia bangkit dari tempat duduknya. (Si Nenek Gayung sedang menduduki Si Buto Ijoo yang sedang melakukan push-up)
"Tuh!! Tuh, Tuh!! Tuh!! Kan, kan, kan Cong!! Jangan berisik jadi dimarahi deh, deh! deh! deh! Sama si nenek, nek, nek, Nenek Gaga Yuung" Bentak si Tu Uyool kepada si ocong yang telah loncat-loncat dengan ekspresi marah. Si Tu Uyool menunjuk wajah tampan si Ocong dengan jari kecilnya dan si Ocong ingin melakukan Ocong Spesial Drop Kick!! Tapi... Si Nenek tersebut berteriak membuat Si Ocong tidak jadi melakukannya.
"Kau juga diam!! Semua dari kalian diam!!! Seluruh keluarga nenek moyang kalian harus diam!!!!" Teriak Si Nenek dengan memegang erat gayung mandi yang besar itu. Lalu dia mengangkat gayungnya dan mulai merapalkan mantra.
"Julll Gonjal Ganjull Kepala Tuyul botak!!" Ucap Si Nenek Gaga Yuung dengan pinggul yang bergoyang dan tangan masih memegang gayung dengan erat. Wanita tua yang tampak telah berusia 70 tahun itu menari dengan lincah tapi jujur saja usia asli si roh gentayangan ini lebih tua dari semua hantu dibawah pohon ini.
"Woy!! Nenek lu sengaja ngejek gue??? Ngajak gelud luuh!!!" Teriak Si Tu Uyool dengan nada tidak senang lalu Si Tu Uyool di pukul oleh wanita kecantikan pucat Si Kunti Nina Boboo.
"Jangan ganggu dia kau bocil botak kecil!!! Hiiiiiihihihihihihiii hiiiihihihiiihiihiihiii" Kata Si Kunti sambil tertawa.
Lalu Si Nenek melanjutkan rapalan mantranya.
"Bang Sikalala Fang!! Anak!! Si kuntil tawanya jelek!! Semelek!! Meleekk!!" Teriak Si Nenek itu dengan seluruh kekuatannya.
"Pengen dimampusin ini nenek kurang ajar!!" Si kunti meraung tapi dihentikan oleh roh jahat yang tidak punya mulut dan hanya memiliki tiga mata dan fitur tubuhnya sangat berotot dan tinggi, Jororo Nafela adalah sebutannya.
"...." Nafela ingin mengatakan sesuatu tapi dia ingat tidak bisa berbicara dan hanya bisa menahan si Kunti yang marah.
"Apa elu si tiga mata lihat-lihat aku!! Pengen aku colok satu mata elu?? Cepat lepasin tangan elu!!" Ancam Si Kunti.
Namun Si Nafela menggelengkan kepalanya dan ketiga matanya melototi Si Kunti seolah mengatakan dia tidak takut.
"Beneran ngajak berantem ni setan!! Lepasin mulut elu bau!!" Kata Si Kunti yang masih mencoba melepskan dari cengkraman Si Nafela.
'Lu juga setan!!! Tidak kau sadar akan hal itu?? Setan!!! dan aku tidak punya mulut!! Beneran ini cewek nyebelin' Keluh Si Nafela dalam hatinya.
"Somprat sompret anak kampret cari mulut dan jual satu mata!!!" Si Nenek masih melanjutkan merapal mantranya dan Si Nafela melototi Si Nenek.
'Anak kampret cari mulut? Dan jual satu mata?? Elu ngejek aku?? Mentang-mentang aku gak punya mulut dan punya mata berlebih satu??' Keluh Si Nafela dalam hatinya.
"Tuto Do Bam Anak kambing biri-biri! Sa Tak Kang anak katak lancang ya! Si buto hijau nyari suami!!! Lamuna Cinta!! Jurus Gayung Nyari Pasangan Sejoli!!!!" Ketika Si Nenek merapalkan akhir dari mantranya dan menyebut nama jurusnya, Si Buto Ijoo menatapnya tak percaya.
"Aku itu Laki tahu!! Harusnya itu aku cari binik bukan cari suami!! Dasar Nenek-nenek pikun!!!" Teriak Si Buto Ijoo dalam hatinya.
Ketika jurus rahasia bernama 'Lamuna Cinta!! Jurus Gayung Nyari Pasangan Sejoli!!!!' telah selesai di rapal oleh Si Nenek, kemudian air keluar dari dalam gayung dan membentuk sebuah peta, di peta itu ada tanda panah yang panjang menunjuk ke tempat tertentu.
"Ketemu!!! Aku menemukannya!!!" Teriak Si Nenek Gaga Yuung dengan ekspresi bersemangat.
Si Ocong loncat-loncat karena kegirangan dan yang lain juga tersenyum.
Lalu mereka berteriak pada saat yang bersama secara serentak.
"Ayo!!! Kita temukan mereka!!!"
Kemudian semua hantu disana melihat Buto Ijoo dan mendorongnya menjauh. Si Buto Ijoo seperti anak tiri yang telah didorong oleh ibu tirinya.
"Kau nggak boleh ikut!!!"
"Oke...."
"Jaga rumah ya!! Buto Ijoo!!!"
"Oke bos.... Hati-hati dijalan ya bocil... lu juga Kunti hati-hati sama hantu senior..."
Semua hantu mengangguk dan kemudian tiba-tiba mereka memakai tas samping yang entah dapat darimana datangnya.
"Oke sampai jumpa lagi!! Buto Ijoo"
"Ayoo teman-teman kita berangkat!!"
"Ooouuu!!"
Sebuah parade hantu lima orang yang dipimpin oleh sang pemimpin mereka Si Ocong bergerak menuju ke tempat karaoke untuk melihat perkembangan yang para hantu ini sedang pikirkan si dua sejoli siang ini, yaitu Si Raka dan Si Irene.
Para hantu ini menantikan kisah drama Raka dan Irene.
Beberapa orang tiba-tiba merinding ketakutan ketika kelima hantu itu melintas dijalan sana.
Akhirnya entah bagaimana mereka telah sampai di tempat karaoke dengan selamat.