Chereads / GLAMOUR LIFE / Chapter 2 - LALA

Chapter 2 - LALA

Sekarang aku akan berangkat kuliah dengan mobil kesayanganku Lamborghini Aventador yang ku beri nama Lala.

Lala mempunyai kelainan yang unik atau bahkan biasa saja.

Lala tidak suka dengan jalanan becek, kotor, bau atau yang membuat perjalanan tidak nyaman. Lala memang mempunyai selera yang sama dengan majikannya.

Lala juga tidak suka dengan jalanan rusak yang belum dibenarkan. Lala paling suka diajak ke jalan tol yang mulus dan lurus, selain itu juga dia suka bermain balap-balapan dengan mobil lain yang bahkan dia tidak kenal dengan supirnya.

Lala sudah menemaniku kurang lebih selama 10 tahun sekitar dari aku SMP, sejak bersama ku dia tidak pernah di pakai oleh orang lain bahkan tidak ada yang berani menaikinya yang hanya sekedar duduk di kursi penumpang.

Setelah kurang lebih dua puluh menit perjalanan dari rumah ke kampus, aku memarkirkan Lala di tempat yang sudah ku sewa khusus untuk Lala.

Aku memasuki kawasan kampus dan berjalan menuju kelasku sekarang. Suasana seperti ini sudah ku anggap biasa saja, yaitu mereka para wanita yang memandangku sampai tak berkedip, so cantik di hadapanku, langsung lari karena malu? Dan banyak hal aneh lainnya.

Aku yang tidak peduli dengan semuanya hanya membiarkan mereka hidup bebas.

Aku memasuki kelas dan mulai belajar seperti biasanya. Kelas hari ini tidak membuatku berfikir keras karena aku termasuk orang yang pintar, lagian bisnis sudah menjadi lauk dalam hidupku.

Aku mempelajarinya sedari kecil, ayahku sering memperkenalkan bagaimana cara menjadi pembisnis yang hebat. Lagian aku akan menjadi penerusnya ya setidaknya harus mengerti sejak dini.

Kelas selesai dan aku akan pulang, aku berjalan menuju keberadaan Lala. Tempat Lala menurutku adalah tempat ternyaman karena teduh dan sejuk, tidak sia-sia aku menyewanya untuk Lala.

Saat beberapa langkah lagi aku sampai, ada seorang perempuan muncul yang entah darimana datangnya. Dan dengan beraninya dia bilang sesuatu padaku.

"Bisa kau membantuku?" ucap perempuan tersebut dengan sedikit tergesa-gesa.

Aku mengerutkan dahi, dia kenapa?

Menyadari aku yang tak kunjung menjawab dia berbicara lagi "Aku anggap diam mu adalah persetujuan," katanya.

Aku semakin bingung, "Maksudmu?"

"Bisakah kau merespon sedikit lebih cepat? Aku sedang membutuhkan bantuan secepatnya!" ucapnya dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Kenapa emang?" tanyaku. Suka-suka saya kan mau respon atau tidak, batinku.

"Ibuku kecelakaan! Aku harus segera ke rumah sakit! Dan akan membuang banyak waktu jika aku harus jalan kaki menuju gerbang kampus dan menunggu angkot!" ucapnya dengan keras seolah-olah aku budeg.

"Hei! Bisakah kau meminta tolong dengan permohonan yang baik bukan dengan teriak-teriak macam itu?!" ucapku terbawa emosi "lagian kenapa kau tidak bawa mobil ke kampus, udah tau kampus ini luas!" ucapku lagi dengan sedikit kesal.

"Heh! Memangnya membeli mobil pakai daun?! Udah sih bantuin aja gausah pake ngata-ngatain segala!!" katanya dengan muka yang tidak dikondisikan.

Aku yang sudah tidak nyaman dan ingin segera mengakhiri ini langsung menuju Lala dan masuk kedalam mobil. Tak lama dari itu dia ikut masuk.

Aku terkejut, siapa dia berani-beraninya duduk disitu? Lala pasti akan marah!

"Hei kenapa kau tidak mempunyai sopan santun!" kataku membentaknya.

Dia kelihatan bingung "Aku kira dengan kamu langsung memasuki mobil artinya kamu mau menolongku" katanya dengan nada yang sedang.

"Itu tidak mungkin!" ucapku dengan mata membulat "Kau tau? Sebelum nya tidak ada yang pernah menduduki kursi itu, dan kau siapa dengan lancang mendudukinya?!"

"Terus aku peduli?!" ucapnya menantang "Lagian apaan sih cuma duduk doang dan antar aku ke rumah sakit sebentar, masalah bensin mungkin itu tidak akan berarti bagimu jika berkurang sedikit!"

"Masalahnya bukan itu!! Lala akan marah jika kau duduk disitu!" ucapku tidak mau mengalah.

Memangnya dia siapa dengan berani-beraninya menodai kursi itu dan ditambah dia orang yang tidak tau sopan santun! Fix pulang dari sini aku akan mencucinya sebersih mungkin agar kelakuan dia tidak ada yang tertempel dimobilku sebutir debu pun.

Aku melihat dia memalingkan pandangannya dariku dan langsung membuka pintu mobil lalu keluar.

Benar-benar tidak punya otak kan? Mungkin otaknya tertinggal di kelas setelah dia belajar dan berfikir keras.

Aku yang tidak mempedulikannya langsung menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi karena ingin segera sampai dirumah dan memandikan Lala yang ternodai. Lala yang malang.

Ternyata perempuan itu berlari setelah keluar dari mobilku, larinya sangat kencang aku curiga dia seorang atlet.

Aku tak akan memberikannya tumpangan dengan suka rela, dia telah menodai Lala untuk pertama kalinya dan aku pastikan dia tidak akan bisa berbuat hal yang sama.

Biarkan saja dia tau rasa, itung-itung ini adalah hukuman untuknya.

Aku mengimbangi kecepatan dia berlari dengan mobilku, aku melihatnya sekilas dan langsung menambah kecepatan melebihinya dan langsung meninggalkannya. Dasar perempuan tak punya otak dan tak punya sopan santun.

Dalam perjalanan, aku terfokus pada jalanan. Untung saja jalanan siang ini memihak kepadaku. Jalanan tidak macet dan tidak ramai. Aku bisa meluapkan emosiku dengan berkebut-kebutan bersama Lala.

Dalam waktu sepuluh menit aku sudah sampai di rumah, dua kali lebih cepat dari biasanya.

Aku langsung keluar, mengambil barang-barangku dan kusimpan di kamar. Aku keluar dengan baju yang santai dan membawa alat untuk membuat Lala suci kembali seperti biasanya.

Aku menuju garasi tempat cuci mobil dan aku mulai membasahi dan memberi sabun untuk Lala.

Selama mencuci mobil fikiran ku terus tertuju pada perempuan gila itu yang tidak punya otak, membuatku kesal saja.. Jadikan Lala harus mandi sebelum waktunya. Biasanya Lala mandi seminggu sekali dan baru saja kemarin dia mandi sekarang harus mandi lagi.

Mandi Lala selesai

Aku teringat apakah aku harus mengganti kursinya? Ah merepotkan saja perempuan itu!

Untuk sementara aku membiarkan saja dulu, lagian aku sedang ingin terus memakai Lala daripada mobilku yang lain, terasa kangen saja setelah sebulan yang lalu di antar jemput supir saat kuliah.

Mungkin salahku juga karena tak mau menghadiri pertemuan malam itu, ini lah nasibku yang mempunyai dua pilihan. Nurut atau dihukum.

Tetapi seandainya malam itu aku menuruti kemauan Ayah, hidupku juga akan semakin rumit karena akan dihadapkan dengan seorang wanita yang aku tak kenal dan aku yakin akan dipaksa untuk menerima perjodohan.

tidak semudah itu!

Aku akan sedikit mengatur hidupku sendiri untuk masa depan, aku tak mau berumah tangga dengan orang yang bahkan aku tak kenal. Memang sebelum menikah akan mengenalnya dulu.. tapi aku tak suka caranya. Aku ingin menemukan sendiri.

Dengan caraku sendiri tanpa campur tangan orang lain sekalipun keluargaku.