Chereads / GLAMOUR LIFE / Chapter 5 - PERMINTAAN

Chapter 5 - PERMINTAAN

Hari ini aku harus membawa perempuan itu ke hadapan Ayah, kenapa jadi seribet ini sih? Padahal kan dia bukan temanku!

Aku berangkat ke kampus menggunakan mobil yang ku pakai kemarin ke rumah sakit, karena aku harus membawa perempuan itu sepulang kuliah dan aku tak mau dia melakukan hal yang sama.

Apakah dia akan mau? Ah aku pusing sekali memikirkannya. Sepertinya dia tidak akan mau karena dia keras kepala.

Jadi, bagaimana aku bisa membawanya dia kehadapan Ayah? Oh my God kenapa hidup ini penuh dengan masalah.

Aku keluar dari mobil setelah sampai di parkiran dan aku melangkahkan kakiku memasuki kampus menuju kelas.

Hari ini aku belajar biasa sampai selesai.

---

Sekarang waktunya istirahat.

Dikampus ku terdapat dua kantin yang berbeda tapi letaknya berdekatan. Kantin 1 dengan harga menu-menunya biasa saja dan kantin 2 biasanya di pakai untuk orang-orang yang menengah ke atas karena seperti restoran bintang lima.

Aku sepertinya tak pernah masuk ke kantin 1, selain terlalu murah aku tak suka menu-menunya. Mungkin lain cerita jika aku menyukai menu-menunya.

Jika mau ke kantin 2 aku akan melewati kanti 1. Aku melihat perempuan itu sedang berbincang dengan teman-temannya dan dia terlihat ceria. Apakah ibunya sudah sadar? Atau memang dia bermuka dua bisa menyembunyikan kesedihannya?

Apakah ini kesempatanku bertemu dengannya untuk mengajak dia? Tetapi suasananya sangat ramai, dan mungkin kalau aku masuk kantin 1 orang-orang bakal heboh. Ah membuatku pusing saja ditambah aku sangat lapar.

Aku memutuskan untuk memasuki kantin 1 karena aku tak tahu dia jurusan apa dan aku akan kehilangan jejaknya sehingga aku tidak bisa membawanya. Sepertinya keadaan kantin sudah tak seramai tadi, jadi aku masuk.

Aku melangkahkan kakiku menuju tempat Alya dan teman-temannya, dari tadi banyak orang yang melihatku termasuk ibu kantin.

Aku sekarang berada di samping Alya, aku yang masih berdiri dan dia duduk.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanyaku melihat ke arah lain.

Dia melihat ke arahku tapi dia masih diam tidak menjawab ajakanku.

"Selain tak punya hati dan telinga kau tak punya apa lagi?" tanyaku dingin, sebenarnya aku kesal kepadanya karena membuatku malu seperti berbicara sendiri.

Dia masih belum mengeluarkan suara apapun begitupun dengan teman-temannya dan semua orang, seakan-akan mereka ingin tahu apa yang akan aku bicarakan.

"Alya!" ucapku dengan nada tinggi.

"Ohh Anda bicara sama saya?! Bilang dong!" akhirnya Alya mengeluarkan suaranya.

Semua orang terlihat terkejut atas perkataan Alya yang mungkin terkesan tidak sopan padaku.

Aku diam, aku menahan kesalku dan langsung keluar dari kantin.

Alya mengikutiku keluar, aku membawanya ke tempat yang lebih sepi.

Sekarang hanya ada aku dan Alya, "Kau pulang jam berapa?" tanyaku dengan nada biasa saja, aku tak mau memancing emosinya karena aku membutuhkannya.

"Kenapa memangnya?" tanyanya dengan tatapan sinis.

Aku masih terdiam, aku sebenarnya sangat malas membawa dia kerumah, tetapi demi keselamatan jiwa dan raga aku terpaksa melakukannya.

"Bisa kah kau sedikit cepat? Orang-orang pasti akan berfikir yang aneh-aneh, dan aku yakin sebentar lagi akan ada gosip mengenai diriku" ucapnya dengan tidak sabaran.

"Bisakah kau tidak dulu memikirkan perkataan orang yang bahkan belum tentu sangkaanmu itu benar? Sekarang jawablah pertanyaanku dulu!"

"Aku selesai kelas jam dua siang, memangnya kenapa?!"

"Aku akan menunggu kau di parkiran, kau harus datang  tepat jam dua lebih lima menit tidak boleh telat!" ucapku dengan jelas.

"Tidak bisa! Aku harus menemui ibuku selesai kelas nanti!" tolaknya.

"Tidak bisa! Aku yang sudah membuat ibumu dirawat dengan nyaman dan setidaknya kau harus berterima kasih padaku dengan ikut bersamaku!" ucapku.

"Apa aku bilang! Orang kaya memang suka perhitungan. Lagian aku tak suka ibu dirawat diruang VIP, aku capek harus naik turun!" ucapnya tidak suka.

Aku mendelik, aku harus bisa membuat emosinya reda agar dia bisa menuruti kemauanku.

"Oke aku minta maaf, bisakah aku meminta tolong padamu?" kataku dengan selembut mungkin.

Dia terlihat kebingungan dengan sikapku yang gampang berubah? Tapi sepertinya emosi dia menurun.

"Apa?" tanyanya dengan menunduk tidak sesongong tadi.

Baguslah

"Bisakah kau ikut denganku ke rumah? Ayahku ingin bertemu dengan mu karena -- " aku bingung harus menjelaskannya bagaimana.

Alis dia terangkat sebelah yang menandakan dia belum mengerti.

"Ah bisa kah kau ikut saja tanpa banyak tanya?" kataku sudah tak bisa menjelaskan lagi.

"Sepenting apa sih! Aku gak mau!" tolaknya dan langsung melangkah hendak meninggalkanku. Namun tanganku dengan cekatan langsung mencegahnya.

"Kau tak bisa menolaknya! Atau kau akan tahu akibatnya!" itu kata-kata terakhirku, aku yang melangkah meninggalkannya terlebih dahulu.

"Dasar gak punya hati!" ucapnya kesal tapi pelan.

"Aku mendengarnya!" ucapku tanpa memberhentikan langkahku yang meninggalkannya.

Sebenarnya aku sudah tidak ada kelas lagi setelah istirahat.

Waktu istirahatku terbuang karena perempuan itu membuat aku berada di kantin sekarang, sambil menunggu dia selesai kelas aku mengisi perut kosong.

Sebelum pukul dua siang aku sudah berada di mobil sambil menunggu Alya selesai kelas. Ah aku seperti supirnya yang akan mengantar dia pulang, sialan.

Aku melihat dia berjalan ke arahku, baguslah dia sepertinya mau membantuku.

Aku keluar dari mobil sebelum dia sampai di dekat mobilku.

"Kenapa Anda ini aneh sekali, kamarin tidak mau aku menaiki mobilmu bahkan tidak untuk menyentuhnya, tapi sekarang Anda memohon-mohon," ucapnya sambil mendelik.

"Beda lagi ceritanya! Ini bukan Lala!" kataku.

"Bisa dipercepat? Aku ingin segera menemui ibuku" katanya tidak sabaran.

"Masuk" ucapku sambil memasuki mobil, aku tak membukakan pintu untuknya, biarlah dia kan punya tangan.

Setelah kami masuk, aku menjalankan mobilku menuju gerbang kampus.

"Sebenarnya ada perlu apa sih? Sepenting itu kah sampai aku harus membuang waktuku untuk menolongmu?" tanyanya dengan nada tak santai.

"Bisakah kau diam dan jalani saja?!" ucapku ingin membekap mulutnya agar tidak terlalu banyak bicara.

"Ini melibatkan diriku, jadi aku harus tau! Gimana kalau disana aku diculik terus dijual dan dijadikan budak terus--"

"STOP!! buanglah fikiran negatif mu itu! Apa kau tidak tahu keluargaku? Aku juga tak mungkin menculik anak orang yang burik sepertimu. Aku juga akan pilih-pilih kalau ingin menculik" kataku dengan kesal, apa-apan dia menuduhku akan menculik dirinya.

"Bisakah kau tidak menghinaku?! Aku sedang membantumu dan setidaknya kau bersikap baik padaku," ucapnya tidak terima.

"Aku akan bersikap baik dan tenang jika kau pun bersikap demikian, dan aku minta setelah kita sampai nanti kau jangan bersikap seenaknya!"

"Aku akan bersikap demikian jika aku diperlakukan layaknya manusia," kata Alya dengan mendelik dan melipat kedua tangannya.