Setelah menyelesaikan tugas kuliahnya, Alya menuju rumah Artha yang dia sebut dengan Labirin karena banyak lorong dan membingungkan saking luasnya.
Alya sudah berada di halaman rumah Artha, dia menggunakan ojek online sampai depan gerbang dan meneruskannya dengan jalan kaki, sangat melelahkan.
Didepan pintu ada penjaga dan menyambut Alya, "Selamat datang Bu Alya," katanya sambil tersenyum sopan.
Alya membalas senyum seadanya, penjaga tersebut membawa Alya menuju pintu masuk, tetapi penjaga tersebut hanya membukakan pintu dan terlihatlah seorang wanita yang berpakaian rapi. Wanita tersebut tersenyum dan berkata, "Selamat datang Bu Alya, mari saya antar," sambil tersenyum.
Alya mengikutinya, dalam hati dia berkata kenapa dirinya menjadi terkenal dirumah ini?
Tak terasa dengan memikirkannya, dia sudah sampai di sebuah ruangan yang cukup besar, tetapi ini mirip seperti kantor.
"Saya tinggal dulu Bu Alya, nanti akan ada Bu Melinda yang akan membimbing selama pelatihannya," wanita tersebut pamit dan berjalan meninggalkan Alya setelah Alya mempersilahkannya.
Alya duduk di kursi yang telah di sediakan, dia menunggu sekitar lima menit untuk kedatangan Bu Melinda, "Selamat siang, Bu Alya."
Alya menoleh ke arah sumber suara, dia berkata lagi setelah berada di hadapan Alya, "Perkenalkan saya Melinda yang akan membimbing Bu Alya selama pelatihan ini," ucapnya memperkenalkan diri.
Alya mengangguk sopan dan tersenyum, "Baiklah, pelajaran pertama adalah penampilan. Penampilan bagi seorang Sekretaris itu sangat penting, mulai dari atas sampai bawah yaitu rambut sampai sepatu."
Bu Melinda berhenti sejenak, terlihat karena Alya tak memakai make up sama sekali di wajahnya, "Maaf sebelumnya, apakah Bu Alya bisa ber make up?" tanya Bu Melinda dan mendapatkan gelengan kepala dari Alya dan senyum bersalahnya. .
"Tidak apa-apa, akan saya ajarkan nanti."
Sebenarnya Alya bukan tak ingin ber make up, dia akan berfikir dua kali untuk membeli barang yang seperti itu, mungkin menggunakan bedak saja sudah cukup untuknya.
"Selain ber make up, seorang Sekretaris harus rapi dan bersih. Maaf saya akan menilai penampilan Bu Alya," kaya Bu Melinda meminta izin.
"Penampilan Bu Alya hari ini bersih dan rapi, tetapi untuk pakaian kantor mungkin tidak menggunakan pakaian seperti ini ya," lanjutnya sambil tersenyum.
Hari ini Alya memakai kaos lengan panjang dan celana biasa dengan rambut yang diikat satu di tengah.
Alya melihat pakaiannya, dia tahu pakaian ini tak pantas untuk ke kantor. Tetapi dia tak punya uang untuk membeli pakaian seperti jas, blazer atau semacamnya, untuk kemeja dia punya tapi itu sudah lusuh.
Sepertinya Bu Melinda mengetahui apa yang difikirkan Alya sekarang, "Tak usah khawatir, Kami sudah mempersiapkan semuanya," ucap Bu Melinda yang membuat Alya tak percaya.
"Benarkah?" tanya Alya hanya memastikan pendengarannya berfungsi dengan baik.
Bu Melinda mengangguk dengan tersenyum sopan, "Langsung di coba saja ya, karena jika saya sudah menyampaikan dan Bu Alya akan langsung mempraktekannya."
Lagi-lagi Alya hanya mengangguk patuh, dia tidak banyak bicara seperti biasanya.
"Baiklah, sekarang mari ikut saya ke ruang ganti."
Bu Melinda membawa Alya keruangan tersebut. Disana terdapat jejeran high heels dengan macam-macam warna dan motif, disebelahnya ada lemari tas yang juga bermacam-macam. "Ini semua --" ucapan Alya menggantung karena sambil melihat sekelilingnya, "Akan menjadi milik Bu Alya," Bu Melinda melanjutkan ucapan Alya.
Alya tak percaya, sepertinya ini mimpi.
Bu Melinda membukakan satu lemari lagi yang berukuran gak kalah besar, ternyata isinya pakaian. Bu Melinda mengambil satu pakaian atasan dan bawahannya, menyerahkannya pada Alya, "Di coba dulu."
Alya mengambilnya dan berjalan menuju ruang ganti.
Setelah selesai mengganti pakaian, Alya langsung keluar, "Bagaimana?" tanya Alya meminta pendapat Bu Melinda tentang dirinya, apakah dia pantas memakai pakaian seperti ini?
"Bagus, pas, dan terlihat elegan," ucap Bu Melinda.
Sekarang Bu Melinda mengambil tas dan high heels untuk dipadukan dengan pakaian Alya.
"Nah seperti ini ya Bu Alya, selain itu seorang Sekretaris juga harus pandai memadukan pakaian dan aksesorisnya."
Alya mengangguk faham.
"Selain itu, besok kita akan belajar make up ya," ucap Bu Melinda.
"Baik," jawab Alya dengan tersenyum, dia sangat senang.
"Coba sekarang Bu Alya yang pilih pakaian, high heels dan tas nya," kata Bu Melinda.
Alya tak langsung memilihnya melainkan berkata, "Emm bagaimana kalau Bu Melinda tak panggil saya dengan sebutan Bu, saya merasa tak nyaman," Akhirnya Alya menemukan kejanggalannya dari tadi.
Bu Melinda tersenyum, "Tidak bisa Bu Alya," jawabnya.
"Kenapa?" tanya Alya, dia masih belum mengerti.
"Karena Bu Alya akan menjadi atasan saya, yaitu sebagai Sekretaris tuan Artha, dan mohon maaf atas ketidak nyamanannya," kata Bu Melinda dengan sedikit menundukan kepalanya sebagai rasa hormat meminta maaf.
"Tapi kan belum," Alya masih tak biasa dengan sebutan seperti itu.
"Saya hanya berlatih supaya Bu Alya dan saya terbiasa."
Benar juga kata Bu Melinda, "Yaudah gak papa," akhirnya Alya menyetujui sebutan barunya.
Setelah itu Alya mulai menjalankan tugasnya yang tertunda yaitu memilih pakaian, tas dan heels.
"Bagaimana dengan ini?" tanya Alya setelah selesai memilih.
"Selera Bu Alya bagus juga, sepertinya saya tak perlu lagi mengajarkannya," kata Bu Melinda dengan tersenyum.
Tentu saja, Alya suka sekali tentang hal ini. Bahkan Alya pernah membuang bagian baju nya yang terlihat kurang pas, dan setelah Alya buang hasilnya jadi bagus.
"Baiklah, mungkin pelajaran hari ini sampai disini ya Bu Alya."
"Iya," jawab Alya dengan semangat, kenapa kalau sudah berakhir dirinya baru semangat?
"Eh sebentar, saya hampir lupa."
"Kenapa?" tanya Alya.
"Boleh saya minta alamat Bu Alya untuk mengirimkan ini semua," jawab Bu Melinda.
Alya masih saja terkaget meskipun sudah tahu bahwa ini semua untuknya, tapi Alya tidak tahu akan dikirimkan ke rumahnya secepat ini.
Alya pun memberikan alamatnya.
"Terima kasih ... Mari saya antar ke depan," kata Bu Melinda sambil melangkahkan kakinya ke pintu keluar diikiti oleh Alya.
Tetapi tiba-tiba ada Artha, "Ngapain lo disini?" tanya Artha pada Alya, sepertinya dia lupa.
"Bu Alya sedang dalam pelatihan --" ucapan Bu Melinda tertikung, " Iya tahu, tapi kok cepet?" tanya Alya.
Alya menatap Artha dengan tatapan membanggakan dirinya, "Ya kan gw pinter," jawab Alya dengan lancar.
Artha langsung memutar bola matanya malas.
"Kebetulan bertemu tuan muda disini," kata Bu Melinda.
Alya dan Artha langsung menatap Melinda, "Kenapa?" tanya Artha.
"Kata tuan, Anda harus mengantar Bu Alya pulang," jawab Melinda.
"Idih, gak mau.. Dia bisa pulang sendiri, kesini juga dia sendiri kenapa pulangnya jadi tanggung jawab gw," Artha langsung menolak.
"Eh siapa juga yang mau dianter," kata Alya tak mau kalah, Alya melihat ke arah Melinda, "Bu, saya bisa pulang sendiri ko, permisi" lanjutnya sambil melangkahkan kakinya mencari pintu keluar.
Melinda berkata lagi, "Tapi tuan sudah --" lagi-lagi ucapan Melinda terpotong oleh Artha, "Oke," kata Artha pasrah. Dia tak bisa lagi beralasan.
Artha langsung menyusul Alya ke pintu depan, tetapi dia tidak menemukannya. Artha bertanya pada penjaga, "Alya udah keluar?" dan penjaga itu menjawab, "Belum tuan muda."
Dia dibuat bingung, terus Alya kemana?
Artha mencari Alya, dia sudah mencari ruangan-ruangan terdekat karena tak mungkin Alya tersesat terlalu jauh.
Dan akhirnya Artha menemukan Alya di depan pintu kamarnya, dia melihat Alya akan membuka pintu itu. Artha langsung menghampirinya, "Ngapain lo malah kesini?"