Chereads / GLAMOUR LIFE / Chapter 3 - SADAR

Chapter 3 - SADAR

Setelah memandikan Lala aku bersantai. Dirumah aku tidak belajar.. Lagian semua buku sudah ku kuasai dan untuk tesis tak ada yang perlu diragukan lagi, dan mungkin dalam waktu dekat ini aku akan menjalani sidang.

Aku sebenarnya bosan dirumah tanpa tau aku harus melakukan apa.

Terkadang aku kasihan pada diri ini yang masih sendiri. Hidupku sudah sempurna dalam hal ekonomi dan semacamnya. Tapi hanya satu yang membuatku hampa, aku belum mempunyai seorang kekasih.. Selain karena aku orang nya terlalu memilih aku pun tak mau membuang-buang waktuku untuk berpacaran lalu putus.

Meskipun perempuan yang akan dijodohkan denganku dia cantik, tapi hatiku menolaknya. Aku rasa dia tidak akan cocok denganku.

Disaat seperti inilah aku ingin melakukan hal-hal yang berbau dewasa. Seperti berciuman? Itu salah satu hal yang belum pernah ku alami.

Apakah aku harus pergi ke club? Tapi aku akan merasa jijik jika melakukan hal macam itu dengan orang yang tak tau dia bersih atau tidak.

Saat sedang asyik melamun, Mama datang dan duduk berhadapan denganku "sayang.. Kalau kamu tidak mau dijodohkan, mama kasih waktu kamu untuk menemukan pilihanmu sendiri tapi harus masuk kriteria mama sama Ayah" ucap mama dengan lembut.

"Memang Ayah setuju? Bukannya perusahaan kemarin berperan penting bagi kemajuan bisnis Ayah?" tanyaku ragu.

"Sebenarnya Ayah hanya ingin kamu segera menikah," kata mama dengan santai.

Aku menghela nafas pelan, "Aku tidak mau terburu-buru untuk menikah ma," ucapku.

"Kenapa? Kamu sudah dewasa sayang, apalagi alasannya?" tanya mama.

"Mama fikir membangun rumah tangga itu mudah? Dengan hanya menikahi seorang perempuan dan menjalani hidup bersama?" tanyaku.

"Mama sama Ayah juga dulu dijodohkan, tapi lama kelamaan tumbuh cinta diantara kami. Perjodohan tidaklah buruk sayang" kata mama dengan lembut.

"Aku akan membawa perempuan pilihanku dalam waktu satu bulan lagi, aku tidak mau dijodohkan!" ucapku dengan menatap mata mama tajam.

Aku langsung meninggalkan mama sendirian dan menuju kamar untuk mengganti baju, langsung keluar rumah menuju mobilku yang lain, aku tidak memakai Lala karena mungkin Lala masih syok dia sudah tak se suci dulu.

Aku menjalankan mobil dan akan menuju tempat Drake.

Kakak Drake adalah seorang dokter, dia bekerja di rumah sakit yang tak jauh dari rumahnya sekitar sepuluh langkah.

Kakak Drake ini memang berhati lembut ingin membatu orang-orang yang kurang mampu dengan memberikan pengobatan gratis bagi korban tabrak lari atau hal semacamnya.

Kadang aku tak terlalu suka dengan cara fikirnya, kenapa dia membuang-buang waktu, tenaga atau bahkan uangnya sendiri untuk membantu orang-orang yang tidak dia kenal.

Aku sudah memarkirkan mobil di depan rumah Drake, rumahnya sederhana.. Sehingga aku bisa melihat keadaan luar dari rumah sakit tempat kakak Drake bekerja.

Aku melihat ada seseorang yang tak asing disana sedang menyenderkan kepalanya pada tembok sambil melamun dan dia menangis?

Setelah diingat ternyata dia si perempuan tak punya otak itu. Aku menghampirinya sekedar untuk meluapkan emosiku yang masih ada sedikit lagi terhadapnya.

Setelah aku berada dihadapannya, dia masih menatapku kosong dan menangis.. Niat awal ku urungkan, aku merasa iba sepertinya dia sedang sangat sedih sampai tak sadar aku berada dihadapannya.

Aku sedang melihatnya, sepertinya dia sudah menyadari aku berada dihadapannya dan dia membulatkan matanya.

"Heh, ngapain lo disini!" kata dia dengan marah padaku, sambil mengusap air matanya berusaha terlihat seperti tidak terjadi apa-apa.

Aku yang tadinya kasihan berubah fikiran karena sikapnya barusan, apakah dia berkepribadian ganda?

Aku memalingkan pandanganku dari wajahnya dan berkata "Suka-suka gw lah! Emangnya ada yang larang?! Lagian kok nangis, jadi kelihatan banget kan jeleknya!"

"Ngapain lo kesini? Ngikutin gw lo?"

"Eh lo gak sadar kalau gw udah ninggalin lo sebelum lo sampe gerbang kampus!"

"Terus kenapa lo bisa ada disini? Mau oprasi karena lo gak punya hati?!" katanya dengan tak santai.

Aku terkejut, kenapa dia berani sekali dalam berucap seperti itu. Apa dia tidak tahu aku siapa?

"Gw punya hati ya! Jadi gak perlu operasi!" balasku.

"Punya hati ko gak dipake."

"Maksud lo apaan sih!" aku jadi semakin kesal.

"Kalau hatinya dipake, lo bakal anterin gw ke rumah sakit tanpa alasan yang tak masuk akal dari mulut lo!" ucapnya dengan lantang.

Aku baru sadar dia tadi meminta aku mengantarnya kerumah sakit, ahh aku terlalu fokus dengan Lala yang ternodai.

Tapi tindakannya juga tidak bisa di benarkan karena dia sudah tidak sopan, tak punya otak dan menodai Lala.

Tapi aku jadi bimbang, aku harus minta maaf atau tidak? Karena semua ini bukan sepenuhnya salahku. Dia juga bersalah.

"Oke gw minta maaf, tapi lo juga salah disini!"

"Bisa bayangin gak sih orang yang lo sayang masuk rumah sakit dan lo belum tau keadaanya gimana, syukur kalau dia baik-baik aja.. Gimana kalau itu adalah nafas terakhirnya dan lo gaada saat dia menutup mata!"

"Gw udah minta maaf! Terus mau lo apa lagi sih!!"

"Lo emang gak punya hati" katanya meninggalkanku masuk kedalam.

Ribet ya berurusan dengan orang yang tak punya otak, terlihat sekali dengan baju lusuhnya yang dia pakai, dan mukanya juga lusuh karena tidak terawat. Mungkin pola makannya juga tidak teratur karena dia kurus.

Aku masuk ke dalam rumah sakit, dan menuju ruangan kak Sella, kakaknya Drake.

Saat ku buka pintunya ternyata ruangannya kosong, aku masuk dan menunggu sampai kak Sella datang.

Ternyata tak lama kak Sella datang dan menyadari keberadaanku di dalam ruangannya.

"Drake gak ada disini kan, ngapain lagi kamu disini" kata kak Sella dengan malas.

Drake memang sering ke ruangannya dan tak jarang juga dia membawaku, tapi tujuanku kali ini bukan itu.

"Aku kesini mau bertanya sama kak Sella."

"Tanya apa?"

"Apa kak Sella menangani pasien tabrakan hari ini?" tanyaku sambil mengingat-ingat apakah benar Ibu nya perempuan gila itu tabrakan.

"Ada dua, yang satu cowok dan satu lagi ibu-ibu" jelasnya.

"Nah yang ibu-ibu," ucapku membenarkan.

"Kamu kenal? Kenapa bisa?" tanya kak Sella heran, karena mungkin dia berfikir aku tidak mungkin juga kenal dengan ibu-ibu kan.

"Bukan begitu kak, apakah kak Sella akan tetap memberikan pengobatan gratis terhadapnya?"

"Kenapa kamu kepo sekali Tha? Kenapa seorang Artha Yasir peduli dengan ibu-ibu?"

Aku menghela nafas

"Kakak gak bisa jelasin kalau kamu tak ada hubungan apapun pada yang bersangkutan."

"Ah bukan begitu kak Sella, anaknya satu kampus denganku dan tadi dia memintaku untuk mengantarnya kerumah sakit, ... " aku menjelaskan semuanya secara detail.

Setelah selesai bercerita, aku melihat kak Sella sepertinya kesal kepadaku.

"Alasan kamu gak logis Tha! Kenapa sih segitunya sama mobil kamu sampai kamu berhati batu!"

"Kak Sella gak bakalan ngerti."

"Emang! Aku gak ngerti dan aku gak bakalan ngerti dengan jalan fikiranmu Tha!"

"Maaf ka" ucapku merasa benar-benar bersalah.

Tapi aku tetap dengan pendirianku, kalau perempuan itu juga salah! Kita sama-sama salah.

"Sekarang apa aku boleh tau keadaanya?"

"Dia ada di kamar Sakura."

"Makasih kak Sella."