Ia berpaling ke arah beberapa temannya yang masih di dalam mobil. "Hooiii! Cepat kalian keluar! Aku tak mau ini jadi masalah panjang!" Ia menjerit kesal karena teman-temannya yang lain seakan- akan hanya sekedar menjadi penonton dari dalam mobil dengan wajah tegang.
***
Rusman Suteja, pemilik Perkebunan Sawit Besar dan pabrik CPO cukup besar di Kalimantan sedikit senewen saat sibuk meneliti berkas saham, tiba-tiba ia mendapat telepon dari sang putra tunggal, yang mengabarkan kalau pemuda itu baru saja menabrak perempuan saat asik berfoya-foya dengan beberapa temannya.
"Kami langsung amankan jasadnya, Pah! Langsung aja bawa kabur sebelum polisi datang! Takut kalau-kalau urusannya jadi panjang," kata sang putra yang langsung membuat gigi sang ayah gemeretuk menahan marah.
"Kamu belum genap satu minggu di Indonesia, sudah bikin masalah! Papah banyak urusan, kamu banyak betingkah!"
"Apa perlu jasadnya langsung aja kami buang ke sungai agar enggak bikin repot?"
"Jangan kurang ajar kamu! Sembarangan! Di mana posisi kamu sekarang! Biar papah saja yang mengurus jasadnya! Ada-ada saja kamu. Memperlakukan jasad manusia sembarangan!"
"Kami di rumah, pah. Jasadnya kami simpan di dalam bagasi mobil di garasi..."
"Kamu memang harusnya sekolah di Indonesia saja. Sekolah di luar negeri malah bikin kamu gak punya otak!"
Si anak malah ketawa dimaki-maki begitu.
"Siapa dulu dong Bapaknya!" Sahut sang anak.
Si Bapak langsung menghempaskan HP nya ke lantai dengan penuh emosi, hingga hancur bercerai berai di lantai.
"Anak kurang ajar! Bawa-bawa mayat ke rumah lagi!"
Ia langsung melangkah ke luar ruang kerja dengan wajah dongkol.
"Antar aku pulang...!" dengusnya kepada si sopir yang duduk di ruang tunggu.
"Langsung ke rumah Pak?" tanya si sopir.
"Gak! Mampir ke toko HP dulu! Mau beli HP baru! HP ku rusak! Hancur!"
"Lho? Kok?" si sopir heran.
"Udah, jangan banyak nanya! Aku sudah lama gak beli HP baru! Sudah dua bulan! Kelamaan!" Ia langsung bergegas keluar diikuti oleh si sopir yang tak henti-hentinya geleng kepala. Saking kerasnya menggeleng sampai-sampai kepalanya lepas dari lehernya! Untung ia cepat-cepat memungutnya kembali sebelum menggelinding ke jalan!
"Gak seperti biasanya, Pak? Singgah dulu di rumah kontrakan Lenny, sekretaris Bapak?" si sopir masih sempat-sempatnya bertanya, sebelum kepalanya menggelinding jatuh lagi ke lantai!
Rusman Suteja hanya menoleh sebentar ke belakang, kemudian mendengus jengkel. "Kalau aku tahu dia itu gelundung peringis sejak dulu, gak bakalan dia kuterima bekerja di tempatku!" Gerutunya.
***
Rahman Suteja terpaku tegang saat membuka bagasi mobil tempat anak semata wayangnya menyembunyikan mayat korban tabrak lari.
Tadi ia sempat marah-marah besar di hadapan teman-teman berhura-hura anaknya hingga mereka lari kocar-kacir menyelamatkan diri, sementara anak semata wayangnya yang manja tidak ketulungan itu bergegas menyembunyikan diri di kamarnya karena berkali-kali kena damprat ayahnya.
"Kenapa sih papa repot banget? Kan dia sudah meninggal! Tinggal dikuburkan, beres!" si anak manja sempat protes.
"Kamu kira segampang itu urusannya?! Iya kalau dia mati begitu saja, beres, tinggal dikuburkan. Lha kalau dia jadi arwah penasaran???!" sang ayah melotot.
Si anak terdiam.
"Sudah! Masuk sana ke kamarmu! Jangan keluar-keluar lagi sampai akhir zaman!"
Si anak masuk ke kamarnya. Pintu kamar digebrak ditutup dari dalam. Si ayah menghela nafas.
"Pa, jangan terlalu keras sama Henry, dia kan jauh-jauh datang karena kita kangen!" Si isteri mengingatkan. Khawatir melihat biji mata sang ayah yang hampir copot dari kelopaknya.
"Iya. Tapi kalau bikin pusing begitu, mending pelihara anak kambing. Bisa dibikin sate!"
"Bapak!?" mata sang isteri melotot.
Bagasi mobil ia buka. Sesosok tubuh meringkuk di dalamnya. Sesosok wanita berwajah cantik, rambut panjang berombak, berkulit putih dan berseragam SMA, tampak tergolek tak bergerak-gerak. Ada goresan luka menganga di bagian lengan kirinya yang mengucurkan darah.
Tercium aroma parfum lembut dari tubuh si gadis. Ia terpana tak percaya. "Jadi ini korban tabrak lari itu?" Ia menggumam sambil mengernyitkan alis. "Benar-benar keterlaluan anak itu! Kelakuannya sudah seperti seorang pembunuh!" Ia mengeram dan bergegas mengeluarkan tubuh yang meringkuk itu dari dalam bagasi. Membaringkannya di lantai. "Mayat yang cantik..." desisnya.
Tapi ia tertegun. Seperti tak yakin kalau gadis itu benar-benar telah tewas. Tak ada tanda-tanda luka parah, dan hanya bagian lengannya sedikit luka sobek.
Gemetar ia menekan leher pelajar itu, dan ia terbelalak!
"Dia masih hidup!" pekiknya seakan tidak percaya.
***
Rusman Suteja terpaku tegang melihat kesibukan sejumlah dokter dan perawat saat menangani "mayat korban tabrak lari" putra nya yang ternyata masih hidup, namun kondisi nya dalam keadaan koma.
Gadis itu kini dirawat di kamar khusus di rumah besar miliknya sebagai bentuk tanggung jawabnya atas ulah anaknya yang hampir saja merenggut nyawa gadis itu.
Sempat berang kembali kepada sang anak setelah mengetahui bahwa gadis itu masih hidup, ia sempat menggedor pintu kamar anaknya beberapa saat yang lalu.
"Anak sableng! Kamu ini maunya apa, Hah? Korban serempetanmu itu ternyata masih hidup! Sedikit saja kamu sudah mau bikin bapakmu ini mengubur orang hidup-hidup...!" sang Bapak mencak-kesal di depan pintu kamar yang tertutup.
Sesaat tak ada sahutan. Lalu....
"Aku gak tahu Pa, kupikir dia sudah mati terlindas mobil!" menyahut si anak yang ketakutan di dalam kamarnya melihat kemarahan si bapak.
"Aku gak mau tahu! Pokoknya besok kamu harus balik lagi ke luar negeri! Lama-lama kamu di rumah ini entah jasad siapa lagi yang kamu bawa ke sini! Aku gak mau rumah ini dijadikan kuburan massal!" Si Bapak lantas meninggalkan kamar itu dengan wajah dongkol.
Si isteri hanya bisa menghela nafas melihat ulah suaminya yang marah-marah melulu.
"Kalau korbannya sudah sembuh, dikasih uang damai aja, Pak. Satu milyar juga gak apa, asalkan anak kita selamat..." kata sang ibu berusaha melunakkan kemarahan sang suami.
"Kita lihat saja nanti..." kata sang Bapak sambil berlalu ke kamar perawatan kembali.
Ia terlihat gelisah karena masih mengkhawatirkan keselamatan pelajar yang ditabrak putranya itu. Kalau dia sampai meninggal berarti tambah satu kasus lagi yang dimiliki keluarga berlimpah uang itu. Penguburan diam-diam korban tabrak lari!
Ia membuka pintu kamar khusus tempat merawat Helena yang terbaring dalam keadaan koma.
"Ada retakan tipis pada tulang tengkoraknya, Pak Rusman. Dan itu sedikit mencederai otaknya. Kita masih sangsi juga apakah ia akan kembali normal kalau berhasil diselamatkan," keluh dr. Yanuar, dokter kepercayaan kekuarga itu.
Pengusaha itu terdiam. "Berapapun biaya nya saya akan tanggung, dokter, asal anak ini bisa diselamatkan..." bisik Rusman dengan perasaan was-was.
"Kita tunggu perkembangannya, Pak. Mudahan dia bisa melewati masa kritis, yang jelas kita masih belum tahu kapan dia bisa sadarkan diri, tapi kami akan berusaha maksimal," sahut si dokter.
Rusman merasakan lututnya menjadi lemas. Ia bergegas hendak berbalik ke luar kamar. "Aku mau ke mushola dulu..." pamitnya.
"Oh ya? Ngapain?" Dokter muda itu bertanya heran karena selama ini tak pernah melihat pengusaha itu shalat.
"Mau shalat hajat!" Jawab Rusman sambil cepat-cepat berlalu dari ruangan itu.