Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

How to Care for Pets Properly

Sayyidatul_Ulfah
--
chs / week
--
NOT RATINGS
11.9k
Views
Synopsis
Kisah tentang 5 orang pelajar lelaki yang bertemu dengan 5 hewan ajaib yang mengharuskan mereka berlima berjuang untuk mengantarkan kelima hewan itu pulang ke dunianya
VIEW MORE

Chapter 1 - The Light

Tik tik tik...

KRIIING..... KRIIING

Tit....

Seorang pemuda baru saja terbangun dari mimpinya sambil menaruh Smartphone ke atas nakas. Hari baru, hal baru, peristiwa baru sudah siap menunggu kedatangan nya. Ia pun mengambil handuk dan bersiap pergi ke sekolah.

Erik, seorang pemuda tampan bersurai blonde, hidung mancung, dan tinggi badan yang pas. Ia berumur 17 tahun dan masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Ia bersekolah di SMAN 2 Samudera Sakti.

Di sekolah...

Riuh suara terdengar dari seluruh sudut sekolah, tidak ada kata sepi satu hari pun di sekolah itu, kecuali libur.

Erik baru saja duduk di bangkunya dan seseorang langsung menepuk pundak nya.

"PAGI RIK PAKABAR?" teriak pemuda itu.

"Bisa ga sih ga usah teriak-teriak? Masih pagi juga, bisa-bisa budek telinga gw lama lama"

Pemuda itu hanya terkekeh mendengar balasan Erik.

"Yaelah Erik, lu kek gakenal gw aja"

Kevin, Lelaki tampan rupawan, selalu terlihat ceria dan bersemangat, jangan lupakan sifat tidak tau malunya itu.

"Erik"

"Hemm"

"Gw liat liat, sejak orang tua lu cerai. lu jadi tambah murung.."

Yak, orang tua Erik baru saja cerai karena mereka sering bertengkar. Dibanding harus memutuskan untuk tinggal bersama ibu atau ayahnya, Erik lebih memilih tinggal sendiri di sebuah kontrakan. Tapi tetap biaya hidupnya masih menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya walau mereka sudah bercerai.

"Ya mau gimana lagi, udah nasib"

"Jangan gitu dong, gw kasian liat lu murung mulu, cari kesenangan gitu"

"Tau deh. Btw Kai mana? 5 menit lagi bel masuk loh"

Kevin hanya bergeleng ria

"Biasa, paling ntar pas bel langsung sampe di kelas."

.

.

.

.

.

Yang benar saja, anak itu baru sampai di kelas setelah bel berbunyi.

"Lu ngapa telat mulu sih? Kesiangan ya?"

Kevin bahkan belum memberi kesempatan kepada Kai untuk bernafas sebentar.

"Sok tau lu, tadi ada kecelakaan di jalan. Hahahahah alasan kecelakaan nya lucu banget, masa dia ngeliat burung puyuh jatuh dari langit, tuh burung terbang aja kaga bisa."

Jelas Kai sambil terbahak-bahak

"Lah trus korbannya gimana?" Tanya Erik.

"Ya ga parah sih, mobil nya doang remuk"

"Trus lu ngapain di sana"

"Ya gw kan kepo, pengen tau juga."

"Heh kebiasaan"

Tak lama kemudian, guru mata pelajaran masuk. Mereka memberi salam dan belajar.

Bel istirahat berbunyi, semua murid berbondong-bondong keluar kelas untuk memuaskan rasa lapar yang tertahan selama 2 jam lamanya.

"Kai, buruan ntar ThaiTea nya abis" rengek Kevin yang di cap sebagai ThaiTea lover sejati oleh teman sekelasnya.

"Oh..i..iya bentar."

"Lama banget sih Lo" ketus Erik.

"Santai aja kali, tuh kantin gabakal kabur. Kalo jajan nya abis, tenang, rumput sekolah kita masih panjang."

"Canda lo, Lo aja yang makan gw mah ogah"

Mereka segera berjalan melewati koridor sekolah, jarak dari kelas mereka memang agak jauh dari kantin. Mereka harus melewati 6 kelas, 3 toilet cowo, dan satu kantor guru.

Setelah sampai di kantin, mereka segera memesan makanan. Erik memesan bakso, Kevin dan Hyuka memesan nasi Padang. Mereka memesan minuman ThaiTea kemasan.

BRAK

"EH NJENG, JANG..."

Baru saja Kevin ingin melepaskan amarahnya, ia langsung membeku melihat orang yang baru saja menggebrak meja mereka.

"Apa? Lo mau bilang apa? "

"M....m..maaf kak, anu..reflek" jelas Kevin sambil menunduk.

"Heh, gw mau duduk di sini, minggir kalian. Adek kelas harus hormat sama senior"

Mendengar perkataan itu, Erik menjadi geram

"HEH SENIOR KAYA LO TUH GA PANTES DI HORMATIN, ATTITUDE AJA GA ADA, SOK SOK AN MAU DIHORMATI" Erik terlihat sangat marah atas perlakuan semena-mena kating nya itu.

"Oh, Lo berani sama gw ya hah. Lo gatau gw siapa."

"Siapa sih yang gatau sama Lo, DANIEL berandal yang kerjaan nya bikin onar di sekolah. Dan semua murid disini pada takut sama Lo, tapi itu tidak berlaku buat Erik inget E RIK" jawabnya dengan berani.

Kantin yang tadi nya ramai oleh suara tawaan murid seketika sepi ketika mendengar teriakan Erik. Mereka berfikir bagaimana bisa seseorang melawan Daniel, biasanya mereka yang melawannya pasti akan berakhir di rumah sakit.

Baru saja Daniel ingin melayangkan palu Thor nya, seseorang dengan cepat menahannya. Iya, itu dia, Bu kantin.

"Kalian kalau mau bikin onar jangan disini, nanti pelanggan saya pada kabur"

Daniel walau berandal tapi dia tetap hormat pada yang lebih tua, dia pun bergegas pergi sambil menatap tajam Erik seakan mengatakan urusan kita belum selesai.

"Wah berani banget lu Erik" puji Kai

"Emang butuh digituin tu orang sekali-kali."

Sebenarnya sih setelah Daniel menatap tajam Erik, ia langsung tersadar

"duh gw ngomong apaan sih tadi, padahal tinggal minggir doang. Mampus kena teror gw ntar" batin Erik.

Emang ya, penyesalan itu datang di akhir.

Bel masuk pun berbunyi, mereka semua telah selesai makan dan bergegas menuju ruang kelas.

"Cariin info tentang Erik Adinata, secepatnya"

"Baik tuan"

Bel pulang pun berbunyi...

Sepanjang jalan menuju gerbang, Erik merasa sangat gelisah.

"Rik, Lo gapapa."

"Eh..nggak kok gapapa"

"Lo masih kepikiran sama kak Daniel ? Mau kita anter pulang ga?" Tawar kai dan Kevin yang mengangguk.

"Eh ga usah, gapapa, gw baik baik aja kok."

"Yaudah deh, ntar kalo ada apa-apa call gw aja ya"

"Iya Kevin makasih ya. Yaudah gw duluan bye..."

"Bye...Erik.."

Erik bergegas pulang, tempo jalannya sangat cepat seperti orang kesetanan karena dia tak mau bertemu berandalan sekolahnya itu.

Sepanjang jalan pulang, seperti nya tidak terjadi apapun. Dewi keberuntungan sedang berpihak padanya sekarang. Erik bisa bernafas lega

Tidak

Ia tidak terpikirkan

Daniel telah menunggu di depan rumah nya

"Duh mampus gw, gw harus ngapain nih ....." Batin Erik.

Ia sangat gugup, dan hanya bisa berdiri sejauh 10 meter dari depan rumahnya.

"Kok dia bisa tau rumah gw sih" hatinya bertanya-tanya. Padahal dia tidak pernah kenal Daniel sebelumnya tapi kenapa Daniel tau dimana kontrakannya.

"Gak Erik, lo harus terima resikonya. Mama sama papa lo orang kaya, ntar kalo ada apa-apa lo bisa lapor polisi" Terry berusaha menenangkan diri.

Ia meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Sambil menghembuskan nafas berat, ia perlahan melangkah.

Belum sampai 3 langkah, Daniel lebih dulu maju dengan kaki jenjangnya dan

Hah....cahaya apa ini?

BRAKK

Erik jatuh pingsan.

"Erik....nak Erik, bangun nak,"

Erik perlahan membuka matanya, setelah mendengar seseorang memanggil nya dengan samar-samar.

"Duh, untung bangun, nak Erik ngapain tidur disini, padahal rumahnya didepan, ngantuk banget ya?"

Orang itu adalah tetangga Erik yang kebetulan lewat dan melihat Erik terbaring di tanah.

"Eh bi, anu.... gapapa kok."

"Kamu yakin, mau bibi anter ke rumah sakit?"

"Eng..gak gapapa bi, saya sehat aja kok."

"Yaudah nanti kalo ada apa-apa panggil bibi aja ya."

"Iya, makasih ya bi."

"Sama-sama nak."

Sungguh beruntung Erik, walau orang tuanya sudah bercerai, tetapi dia tetap mendapatkan perhatian dari orang sekitarnya.

"Yang tadi itu apa?"

"Dan anak berandalan itu kemana?"

"Kenapa tidak ada bekas pukulan di tubuhku?"

Pertanyaan itu muncul bertubi-tubi di pikiran Erik Sambil masuk kerumah, mandi, makan, hingga ia sedang santai sambil menonton tv, pertanyaan itu tetap ada di benaknya.

Siang pun berganti malam. Sunyi dan sepi menghiasi suasana dirumahnya. Erik baru saja selesai makan malam, dan dia langsung kekamarnya untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Ia mengambil tas nya, awalnya ia tidak menyadari ada suatu hal aneh yang terjadi pada tasnya.

Tunggu....

APAA?????

"SEJAK KAPAN TAS GW BERUBAH WARNA? MANA WARNA NYA PUTIH MOTIF POLKADOT MERAH LAGI." Enggak banget yakan.

"Apa tas gw dicuri ama berandal tadi ya? Duh mati deh gw. Gw musti nelfon Kevin nih."

Baru saja ia berpaling untuk mengambil handphone yang terletak di atas meja belajar, tas itu langsung berubah menjadi semula.

"Loh, kok.....duh udah gila gw kek nya, coba periksa isinya deh....Hem.....ga ada yang hilang."

Miaw...

Taehyun terkejut, iya langsung berbalik badan

"K....kucing?"

Miaw...

"Kok warnanya aneh"

.

.

.

.

"EH ITU KAN WARNA TAS YANG TADI"

Yap, seekor kucing cantik nan imut berwarna putih bermotif polkadot merah.

Kucing itu mendekati Erik.

"Eit....jangan deket-deket gue"

Ia langsung mengambil payung di samping tempat tidur nya, dan menyodorkan kepada kucing itu seakan memberi ancaman.

"Siapa Lo, demit ya? Siapa yang ngirim Lo kesini."

Kucing itu hanya diam, dan terbaring di lantai.

Bayangkan saja, mana ada kucing yang warnanya putih punya motif polkadot warna merah

Melihat kucing itu, Erik merasa tak tega, ya karena dia juga suka kucing.

"K.....kau lapar? Mau makan?"

Miaw.....

Kucing itu berdiri dengan semangat seakan-akan dia tau Erik akan memberikan makanan padanya.

"Kalo gitu, akan ku kasi makan, tapi tetep, jangan deket-deket sama aku"

Miaw.....

Taehyun bergegas menuju dapur, diikuti dengan kucing itu, tapi tetap ia menyodorkan payung nya dan tetap waspada, social distancing katanya. Ia tetap membawa hp takut nanti kucing itu menyerangnya secara tiba-tiba.

Ia mengambil ikan kalengan dari kulkas nya, membuka lalu menyodorkan kepada kucing itu.

Siapa sangka, kucing itu tidak makan ikan, ia malah memakan kaleng ikan tersebut.

"Kok dia makan kaleng sih? Duh udah ga bener nih. Kek nya gw harus telepon Kevin sekarang."

Belum sempat menekan nomor,hp nya langsung mati. Erik mendengus kesal. Ia kemudian menatap kucing itu.

"Imut juga ya"

Ia memberanikan diri memegang kepala kucing itu.

Bulu kucing yang sangat halus, dan hangat.

Erik tersenyum lembut.

Seperti nya cahaya baru datang di hidup nya.