Tudi menghilang begitu saja.
Kevin sontak panik, ia mengeluarkan semua barang yang ada didalamnya, takutnya tudi tertindih benda yang besar dari dirinya. Namun, setelah tas itu kosong pun ia tak menemukan tudi sama sekali. Kevin tak kehilangan akal, walaupun matahari sudah pergi, ia tetap kekeuh untuk keluar rumah mencari tudi.
Sejak kapan dia jadi begitu cemas terhadap sesuatu yang baru dia kenal?
Dibalik semak-semak, kolong mobil, didalam tong sampah semua space kecil sudah disapu habis oleh kevin. Ia tak tau harus bagaimana lagi, dia panik tetapi ia tak menyerah, ia terus mencari tudi hingga ketemu, ia sangat takut jika saja tudi diculik oleh penyihir jahat yang menginginkan saripatinya untuk dibuat ramuan, menakutkan. Ditengah pencarian untuk menemukan tudi, pak wira yang kebetulan lewat pun menghampiri kevin. Sepertinya dia baru pulang.
"nak kevin masih nyari barangnya? Kayak nya berharga banget deh."
Kevin terkejut, dia tak tau harus bagaimana lagi.
"pak wira lihat peliharaan saya tidak? Kura-kura kecil tadi yang mondar mandir sama saya."
"kura-kura kecil?" pak wira menyatukan alisnya seakan berfikir.
"oh, yang itu, tadi bukannya kamu taro ditas ya?"
"iya, tapi pas saya sampe dirumah dia udah ga ada ditas saya."
Sebelum pak wira menjawab pernyataan kevin, telfon genggam kevin berbunyi. Itu adalah panggilan dari kai. Kevin segera mengangkat telfonnya.
"halo, kevin lo dimana?" suara Kai ditelepon
"gw lagi nyari tudi, dia ngilang." jawab Kevin panik.
"hahaha, gausah khawatir gitu, tudi ada dirumah gw nih buruan lo kesini ya, gw tunggu."
Teleponnya ditutup secara sepihak oleh kai. Kevin segera membentuk langkah dan berlari menuju rumah kai, tak lupa ia berpamitan dengan pak wira.
Sesampainya dirumah kai, kevin segera mengetuk pintu rumah dan memanggil kai masih dalam keadaan ngos ngosan.
"kkaiiii..hah hah gw didepan rumah lo hah nih" teriak nya //tidak sopan/
"iyaaaa bentar" teriak kai dari dalam rumah. Padahal hari sudah malam, mereka malah saling beradu suara.
Kai membuka pintu rumah nya dan ia dihajar oleh kevin. Bukan dihajar dalam artian yang sebenarnya tetapi dihajar dengan sejuta pertanyaan.
"tudi mana? Luka ga? Dia gapapa? Ga mati kan? Ga diperas sama penyihir kan?" serang nya pada kai.
" tenang dulu, diperas ama penyihir? Apaan tuh hahaha, tenang tenang udah ya, dia baik baik aja kok dikamar gw. Ayo masuk dulu, gw bawain cemilan dari luar negeri." Ternyata benar dugaan kevin, ayahnya kai baru saja pulang dari luar negeri, kevin suka ini hehe.
Kevin segera naik keatas menuju kamar kai, sedangkan kai pergi kedapur guna menyiapkan hidangan untuk sahabatnya itu
Kevin sudah berpijak dikamar sahabatnya itu. Kamarnya tersusun rapi dan terlihat aesthetic, jangan kalian kira kai itu rajin, ia hanya takut sirine ibunya berbunyi ketika melihat kamarnya berantakan, ibunya menyeramkan ketika marah. Kevin merebahkan diri dikasur empuk milik kai, tak lama kemudian kai datang dengan membawa cemilan dari luar negeri dan 1 botol ThaiTea favorit kevin.
"sebelum itu, tudi mana?" Tanya kevin
"eoh, bentar ya gw panggilin."
Rasa cemas dihati kevin perlahan menghilang, dia tidak mengerti, tidak mungkin dia mencintai seekor kura-kura.
Tidak…..bahaya.
Kai kembali kekamar dengan membawa hewan bercangkang keras tersebut ditelapak tangannya. Ia kemudian memindahkan kura-kura mungil itu dari tangannya ke tangan pemiliknya. Lengkungan indah terbentuk diwajah tampan kevin, lega rasanya.
"tudi, lo kok bisa ada disini sih. Gw nyariin lo kayak orang kesetanan." Ucapnya sambil mengelus cangkang kecil tudi.
"oh iya vin, ada yang mau gw omongin sama lo, sekaligus sama anak-anak yang lain."
Kai memotong curhatan kevin terhadap tudi.
"anak-anak yang mana?" kevin heran
"kak Daniel sama erik, ini tentang orang kelima. Gw udah telepon mereka berdua, keknya mereka berdua bakal nyampe bentar lagi." Kevin ber oh ria, ia kemudian sibuk dengan cemilan yang dihidangkan kai, sedangkan kai sibuk dengan handphone nya.
"kai, lo dah ngerjain pr fisika belom? Kalo udah gw minta ya, ntar buku lo gw bawa pulang besok gw balikin."
"udah, ambil ada dimeja kebetulan gw dapet contekan dari erik."
"erik mah gitu, masa gw kaga dikasi."
"ya lo kaga minta."
"iya juga sih, gw tadi sore sibuk nyari sesuatu."
Alis kai menyatu tanda heran
"emang lo nyariin apaan."
"jadi pas gw beli kabel bekas buat tudi, katanya tudi ngerasain keberadaan si 'kelima' ini"
Kai hanya menghela nafas sambil, kemudian ia kembali sibuk dengan hp nya, kevin dibuat kesal, seolah olah ceritanya sepele.
Tak lama kemudian, dua manusia tampan lainnya sudah bertengger didepan rumah kai, kai bergegas menuju kedepan rumahnya dan meninggalkan kevin yang sedang berbincang dengan tudi, jika orang awam melihatnya pasti merinding. Tak lama setelahnya, kai telah membawa Daniel dan Erik.
"oke baiklah, karena kalian semua telah datang, saya akan segera melaksanakan rapat paripurna mengenai…"
"gausah basa basi, gw banyak kerjaan, pr gw belom kelar." Potong Daniel.
"anda sangat tidak santuy, emangnya berandal ngerjain tugas juga?"
"cih, be a ba, ce o co, te, bangke."
"dah berandal, stupid pula." Erik menyambung.
Kevin senang melihat mereka akrab satu sama lain, tidak canggung seperti kemarin.
"oke, gw udah nemuin orang kelima." Lantang kai dengan percaya diri. Sedangkan ketiga temannya yang lain terlihat tidak percaya jangan lupakan kevin yang tersedak karena dia mendengar itu sambil minum ThaiTea.
"lo ga bohong kan kai." Tanya erik untuk memastikan.
"ngapain gw bohong, soal nya orang kelima itu...….abang gw sendiri."
Lagi – lagi mereka berdua kaget bukan main, kai segera pergi keluar dan kemudian membawa abangnya ikut masuk kekamarnya.
"kenalin kak Daniel, ini abang gw namanya rendy."
"gw rendy"
"Daniel" mereka saling berjabat tangan.
"yo bang rendy, dah lama ga ketemu." Akrab kevin sambil menepuk pundak rendy.
Rendy sudah akrab dengan erik dan kevin karena mereka sudah kenal lama, sedangkan Daniel, dia baru kenal rendy 1 menit yang lalu.
"oh ya bentar ya." Rendy keluar dari kamar kai, namun tak lama kemudian dia kembali dengan membawa seekor burung hantu bernama Nao.
"kenalin, ini namanya Nao. Dia ini burung hantu. Gw nemuin dia bertengger siang-siang dijendela kamar gw pas lagi ngerjain tugas. Dia suka makan butiran pupuk kimia."
Rendy meletakkan nao di atas meja tempat cemilan mereka diletakkan. Burung hantu itu mencoba beradaptasi dengan keadaan sekitar. Hewan lain juga mencoba mengenali Nao. Chico, Tudi, Felis, dan Coco perlahan melangkah menuju Nao. Sedangkan kelima pemilik mereka hanya terdiam dan saling bertukar pandang satu sama lain.
Suasana hening hingga
"yo, kalian tidak merindukan ku?" Nao membuka suara.
"yak tuan Nao, kami merindukanmu, kau darimana saja?" mereka saling memeluk satu sama lain.
" tuan Nao, anda masih memakan butiran pupuk kimia? Tukarlah makanan mu itu tidak baik." Protes Felis.
"lalu, kucing manis ini masih memakan kaleng? Kau sama saja felis." Katanya terkekeh.
Kelima hewan itu saling berbincang satu sama lain. Sedangkan kelima manusia itu hanya tersenyum hangat. Tentu saja jika orang awam melihat mereka, mereka akan dicap sekumpulan orang gila yang berkumpul hanya untuk tersenyum satu sama lain, tetapi tersenyum itu bagus bukan?
Lama mereka berbincang hingga tanpa sadar malam pun semakin larut. Mereka berempat pamit undur diri dari rumah kai. Rasanya damai setelah mengetahui semuanya. Tetapi ini bukan akhir, cerita mereka baru saja akan dimulai.