Chereads / The Loneliest CEO / Chapter 10 - Penuh Dengan Keraguan

Chapter 10 - Penuh Dengan Keraguan

Malam itu Bambang dan Alya sedang berada di Mall. Mereka menuju toko handphone untuk membeli handphone baru untuk Alya. Hari itu Dewi Bulan menjelma menjadi pegawai toko handphone. Saat ini Dewi Bulan nampak lebih muda seperti wanita berusia 30tahunan. Padahal aslinya dia sudah nenek – nenek. Entah apa yang akan dilakukan oleh Dewi Bulan di toko handphone itu. Bambang dan Alya datang ke toko tempat dimana Dewi Bulan berpura – pura menjadi pegawai toko handphone.

"Selamat datang di toko kami, cari handphone yang seperti apa kak?". Tanya Dewi Bulan.

"Ada yang model terbaru?". Tanya Bambang.

"Oh ini ada kak, model terbaru, kameranya paling canggih dan suaranya juga bagus buat dengerin musik, pokoknya cocok buat anak muda jaman sekarang". Kata Dewi Bulan.

"Harganya berapa ya mba?". Tanya Alya.

"10 juta aja kak". Jawab Dewi Bulan.

"Ah itu terlalu mahal". Kata Alya

"Tidak apa – apa, mba kami ambil ini satu". Kata Bambang.

"Eh, jangan, ini terlalu mahal, aku jadi tidak enak".

"Tidak apa – apa Alya, ini kan tanda permintaan maafku". Bambang memohon agar Alya menerimanya.

"Mau bayar pakai kartu? Atau cash?" Tanya Dewi Bulan.

Bambang langsung mengeluarkan kartu kreditnya. Alya masih geleng – geleng kepala tetapi Bambang bersih keras untuk membelikan handphone itu pada Alya. Setelah selesai bertansaksi mereka pergi meninggalkan toko itu.

"Pelayan Raja Jawa dengan Pelayan Putri Sunda, entah kalian akan berjodoh di kehidupan ini, atau kalian akan dipisahkan oleh maut seperti 700 tahun yang lalu, kita tunggu saja". Kata Dewi Bulan.

Ucapan Dewi Bulan memang penuh dengan teka – teki. Mengapa ia mengatakan bahwa Bambang adalah pelayan Prabu Rumbaka, padahal Bambang adalah Pelayan Grando di kehidupan ini. Apakah mungkin Bambang memang pelayan Prabu Rumbaka dimasa lalu? Lalu mengapa dikehidupan ini ia ditakdirkan untuk melayani Grando. Hanya Dewi Bulan yang mengetahui kebenarannya.

Karena besok adalah hari sabtu, Grando mengajak Vita untuk berlibur ke Jawa Timur. Grando bermaksud untuk mengajak Vita mengunjungi candi tempat ia dimakamkan dahulu. Grando juga ingin mengajak Vita untuk mengunjungi bangunan bekas Istana Kerajaan Jawa tempat ia menjalankan pemerintahannya sebagai mahapatih. Penguasa nomor 2 di tanah jawa pada abad ke 13. Vita dengan senang hati menerima ajakan Grando.

Ke esokan harinya Agung dan Lisa pergi bersama ke Jawa Timur. Pesawat mereka sudah tiba di bandara Juanda, Surabaya. Agung dan Lisa kemudian keluar dari Bandara dan mereka menuju Bus yang akan membawanya ke Pura di desa yang cukup terpencil.

"Hati – Hati Lis". Agung meraih tangan Lisa.

"Thanks ya gung". Lisa tersenyum lalu duduk di samping Agung.

Mereka nampak menikmati perjalanan menuju Pura. Sesekali Lisa menatap kearah jendela. Ia merasa pernah melalui jalan tersebut. Seolah ia merasakan bahwa di masa lalu ia pernah melihat jalanan itu.

Sementara itu Vita dan Grando sudah sampai di pekarangan candi tempat Grando di makamkan 700 tahun yang lalu. Karena sekarang candi tersebut sudah menjadi tempat wisata, maka Grando pun harus tetap membeli tiket masuk setiap kali ingin mengunjungi makam nya sendiri.

"Lucu ya, kamu harus antri beli tiket untuk melihat makam sendiri". Kata Vita

"Hus,, nanti ada yang dengar". Kata Grando.

"Memangnya kenapa kalau ada yang dengar, baguskan mereka bisa bertemu dengan mahapatih Kerajaan Jawa yang paling sakti disini". Vita meledek.

"Jangan, kau mengacaukan sejarah nanti".

Grando menarik tangan Vita dan membawa Vita menuju lokasi candi tempat ia dimakamkan. Disana banyak sesaji yang dibawa para pengunjung sebagai penghormatan kepada Patih Mahawira. Vita mengamati candi itu, ia meraba dan merasakan sebuah luka saat memegang candi itu. Sepertinya ia memiliki koneksi secara batin dengan Grando. Vita meneteskan air matanya.

Grando terkejut melihat Vita dengan mata yang berkaca – kaca. Ia menanyakan kepada Vita, mengapa ia menangis. Lalu Vita menjawab bahwa ia merasakan kesedihan saat memegang candi itu. Sepertinya ia merasakan kesedihan yang mendalam pada pemilik candi itu. Grando ikut memegang candi dan mengingat kesedihannya saat ia bunuh diri. Awalnya ia berniat untuk menggantung dirinya sendiri, namun ia hampir ketauan oleh Patih Damar yang merupakan anak buahnya. Akhirnya ia mengurungkan niatnya. Kemudian seorang pelayan laki – laki yang dikirim oleh Prabu Rumbaka datang menemuinya dan memberikan minuman jahe hangat. Patih Mahawira telah mengetahui bahwa ada racun dalam minuman itu, tetapi ia tetap meminumnya hingga akhirnya ia kehilangan nyawanya.

"Jadi ternyata kamu dibunuh?". Tanya Vita.

"Ya, semua tau bahwa aku melindungi gusti prabu dan tahtanya, maka orang yang ingin merebut tahta gusti prabu tentu ingin menyingkirkanku".

"Tapi kau bilang dia pelayan Prabu Rumbaka?". Tanya Vita.

"Ya, tapi mungkin dia mata – mata yang ditempatkan disamping raja. Saat aku memutuskan untuk tinggal diluar istana, aku sudah menyadari hari itu akan terjadi". Kata Grando.

Vita menepuk – nepuk Pundak Grando untuk menghiburnya. Vita tersenyum sambil memandangi wajah tampan Patih Kerajaan Jawa itu. Kemudian Grando mengajak Vita untuk keliling bangunan bekas Istana Kerajaan Jawa. Vita sangat antusias melihatnya. Ia banyak bertanya pada Grando tentang kehidupannya dimasa lalu. Grando memberitahunya semua tugas – tugasnya.

"Disana, pendopo tempat aku menerima tamu kenegaraan. Lalu disebelah sana adalah singgah sana raja tempat kami semua mengatur pemerintahan". Kata Grando sambil menunjuk kedua tempat itu.

"Wah, ternyata kamu keren juga". Puji Vita sambil tersenyum.

Tiba – tiba hujan turun dengan derasnya. Grando menarik tangan Vita untuk berteduh ke pinggir pendopo. Saat berada dipinggir pendopo, Grando jadi mengingat kembali saat ia menerima tamu asing. Saat itu ia menyajikan pentas seni untuk para tamu. Para tamu sangat berterima kasih atas jamuan yang disediakan oleh Kerajaan Jawa. Mengingat hal itu Grando jadi tersenyum sambil memandangi rintik hujan. Kemudian dalam lamunannya ia melihat Ratu Sudewi, permaisyuri dari Prabu Rumbaka yang sedang merasakan rintik air yang jatuh ke tangannya. Grando terkejut lalu membuka mata nya lebar – lebar, ternyata wanita di sampingnya yang sedang meraih air hujan bukanlah Ratu Sudewi, melainkan Vita.

"Gusti Ratu".

"Eh,,". Vita menengok ke kanan dan ke kiri seolah mencari seseorang yang dipanggil Grando.

"Ah,, bukan,,, bukan,, aku hanya sedang terbawa masa lalu". Kata Grando.

"Oh begitu".

Grando masih terkejut dengan apa yang ia bayangkan barusan. Ia khawatir bila ternyata Vita adalah reinkarnasi dari Ratu Sudewi. Karena ia tidak mungkin merebut istri Raja meskipun sang raja tidak mencintainya.

Ditempat lain Agung dan Lisa sudah sampai di pedesaan dekat dengan Pura yang mereka hendak kunjungi. Mereka berdua berdiri di sebuah teras toko kelontong untuk berteduh. Agung menyelimuti Lisa dengan jaketnya.

"Kau tunggu disini sebentar, aku mau beli payung". Kata Agung.

"Oh iya, hati – hati gung, licin". Teriak Lisa saat Agung berlari menuju tukang payung.

Lisa meraih air hujan itu dengan tangannya. Kemudian ia seperti merasakan pernah menyentuh hujan yang sama dengan apa yang ia sentuh hari itu. sepertinya ia benar – benar seperti merasa sedang dejavu.

Sementara itu Dewi Bulan dan Baskoro sedang duduk di dalam restoran bintang 5. Baskoro telah di rasuki oleh Dewa Langit terlebih dahulu.

"Sudah lama kita tidak  makan bersama". Kata Baskoro.

"Issh,, kau yang terlalu sibuk". Kata Dewi Bulan.

"Hari ini aku senang sekali karena sudah puas bermain – main".

"Lalu apa rencanamu berikutnya?". Tanya Dewi Bulan.

"Sabar, kau akan segera melihat kekacauan nya". Kata Baskoro.

"Tapi kau harus tepati janjimu, setelah dia menebus dosa – dosanya dia harus bebas dari api neraka". Pinta Dewi Bulan.

"Ya, kita lihat saja nanti, apakah dia mampu menebus dosanya". Kata Baskoro sambil meneguk kopi nya.

Grando mengajak Vita ke restoran yang menyediakan makanan khas jawa timur dekat kawasan candi. Suasana restoran itu sangat nyaman. Restoran itu di desain sangat tradisional dengan bangunan khas warung makan di jaman Kerajaan Jawa. Menu yang disajikan pun menu – menu khas Kerajaan Jawa.

"Ayo, kau mau pesan apa?". Tanya Grando.

"Apa yang enak disini?". Tanya Vita.

"Disini semuanya enak, tapi aku paling suka bebek goreng". Kata Grando sambil menunjukan menu bebek goreng yang ada di buku menu.

"Bebek goreng?,, ayo kita coba itu". Kata Vita.

"Baiklah".

Setelah makanan yang mereka pesan telah tersedia. Mereka berdua memakannya dengan lahap.

Di tempat lain, Lisa dan Agung telah sampai di Pura. Mereka langsung menemui pemangku. Sebelum mereka mengatakan maksud dan tujuannya datang ketempat itu, sang pemangku sudah tau apa yang ingin mereka katakan. Tanpa buang – buang waktu, sang pemangku langsung memulai meditasinya. Ia meminta Lisa untuk duduk dan melipat kakinya, lalu memejamkan matanya. Mereka mulai memasuki masa lalu Lisa. Sementara itu Agung hanya mengamati Lisa dan Pemangku yang sudah mulai membuka masa lalu Lisa.

Setelah memejamkan matanya, Lisa melihat masalalu nya di Kerajaan Jawa. Ia dipanggil Ibu Suri untuk datang ke Istana Kerajaan Jawa bersama ayahnya yang merupakan anak dari Adipati Aryakusuma. Adipati Aryakusuma adalah pemimpin di wilayah Wengker yang juga bagian dari Kerajaan Jawa. Sesampainya di Istana, Lisa melihat Ibu Suri Maheswari mengungkapkan keinginannya untuk menjodohkan dirinya dengan Raja Jawa yaitu Prabu Rumbaka.

"Ananda Sudewi, apakah Ananda bersedia menikahi putra saya". Tanya Ibu Suri.

"Bagaimana bisa kami menolaknya gusti". Kata Adipati Aryakusuma.

"Biarkan saya mendengar jawaban dari Sudewi". Kata Ibu Suri.

"Saya bersedia gusti, saya bersedia menikahi gusti Prabu Rumbaka". Kata Putri Sudewi.

Setelah itu Adipati Aryakusuma pamit untuk menjalankan tugasnya. Sementara Ibu Suri sedang memanggil Prabu Rumbaka untuk datang menemui Putri Sudewi. Saat Prabu Rumbaka sampai di Istana Ibu Suri, Adipati Aryakusuma telah meninggalkan Istana itu. Disana untuk pertamakalinya Putri Sudewi melihat Raja Jawa yang sangat tampan, gagah dan berwibawa. Mulai hari itu, ia telah jatuh hati pada Raja Jawa. Namun sepertinya Raja jawa bersikap acuh padanya. Kemudian ia merasa sedih.

Saat pernikahan mereka berlangsung, Putri Sudewi merasa menjadi seorang wanita yang paling bahagia di tanah jawa. Dihari pernikahannya, ia juga diangkat menjadi Ratu Kerajaan Jawa yang harus mendampingi Raja dalam memimpin negara. Saat rakyat bersorak sorai, ia tersenyum lebar. Kemudian ia menoleh kesamping untuk melihat wajah suaminya itu. Namun ia kecewa melihat suaminya yang nampak tidak bahagia. Bahkan tidak ada senyum di wajah Prabu Rumbaka. Ia hanya melihat tatapan kosong yang ada di wajah sang raja. Melihat hal itu Putri Sudewi yang telah diangkat menjadi Ratu merasa sedih.

Beberapa bulan setelah menikah ia berusaha mendekati suaminya, namun suaminya tidak pernah bersikap baik kepadanya. Prabu Rumbaka selalu mengabaikan Ratu Sudewi. Hal itu membuat Ratu merasa sangat sedih. Setiap hari Prabu rumbaka memilih untuk terus menyelesaikan pekerjaannya tanpa berkunjung ke Istana Ratu.

"Mbo, apa hari ini Kanda Prabu lewat sini?". Tanya Ratu.

"Tidak gusti, sudah lama sekali Gusti Prabu tidak berkunjung". Kata Dayang sang Ratu.

Setiap malam Ratu Sudewi merasa kesepian. Ia melihat bintang di langit Jawa sendirian. Ia sangat mencintai Prabu Rumbaka, tetapi cintanya tak terbalas bahkan sampai akhir hayat sang raja.

Hari itu Raja jatuh sakit, Ratu dilarang mengunjungi kamar Raja. Namun ia tetap bersihkeras untuk menemui Raja. Ternyata penyakit Raja sudah sangat parah. Ratu menyandarkan kepala Raja ditangannya. Kemudian Raja meminta maaf padanya karena sepanjang hidupnya, ia tidak pernah bisa mencintai Ratu karena dihatinya hanya ada Putri Cendrawati yang sudah pergi meninggalkannya.

"Kanda, saya menjalani hidup seperti ini adalah pilihan saya, saya tidak pernah punya keinginan untuk memaksakan cinta kanda". Kata Ratu.

"Saya berharap dinda bahagia, saat ini ataupun dikehidupan selanjutnya".

Raja telah menghembuskan nafas terakhirnya. Ratu Sudewi berteriak dan menangis sekencang – kencangnya. Seluruh pengawal dan pelayan juga dayang raja masuk untuk melihat keadaan Raja dan Ratu mereka.

----

Tidak lama kemudian Lisa tersadar sambil meneteskan airmatanya. Kemudian Agung menanyakan apa yang terjadi dimasa lalunya.

"Apakah aku ada di dalam masalalu mu?" Tanya Agung.

Lisa hanya mengangguk. Kemudian Agung bertanya lagi.

"Apakah kau dan aku memiliki hubungan di masalalumu?". Tanya Agung.

Kemudian Lisa hanya mengangguk lagi. Agung pun merasa lega.

"Syukurlah". Kata Agung.

"Tetapi aku bukanlah wanita yang selama ini anda cintai". Kata Lisa.

"Maksudnya?". Tanya Agung.

"Aku adalah seorang Ratu yang tidak pernah mendapat kasih sayang Raja".

"Dinda dewi?". Tanya Agung.

"Benar kanda, kita berjumpa lagi". Kata Lisa sambil tersenyum.

Agung menjadi sangat bingung dengan apa yang ia ketahui. Dikehidupan ini ia sudah jatuh cinta kepada Lisa, tetapi ia masih terikat dengan perasaannya untuk Putri Cendrawati sehingga ia berharap Lisa adalah Putri Cendrawati mesti takdir berkata lain.

Setelah melihat masalalu yang menyedihkan bagi Lisa. Ia berterimakasih kepada pemangku dan Agung yang sudah mengantarnya. Meskipun ia harus mengingat masa lalu yang menyedihkan, ia tetap senang karena akhirnya ia mengetahui apa yang selama ini mengganjal dihatinya. Dan ia juga telah bertemu dengan Raja yang paling ia cintai di kehidupan lalunya. Meskipun Raja selalu mengabaikannya, ia tetap bahagia pernah tinggal di Istana. Setidaknya ia telah menjadi satu – satunya Ratu untuk Prabu Rumbaka.

Malam telah tiba. Grando dan Vita berjalan bersama menikmati udara malam yang cukup dingin. Vita mengatakan bahwa ia merasa sangat senang hari itu. Ia berharap Grando bisa menemaninya berkeliling Indonesia untuk mengetahui sejarah lebih banyak lagi. Grando pun dengan senang hati menerima permintaan Vita. Ia mengatakan bahwa ia akan membawa Vita keliling Indonesia sampai hari terakhirnya. Tiba – tiba suasana menjadi sedih.

"Tidak bisa ya kau tetap disini meski sudah menemukan calon permaisurinya Agung". Pinta Vita.

"Tidak bisa, aku sudah terikat perjanjian dengan Dewi Bulan. Hidupku yang panjang ini akan berakhir setelah aku membuat pernikahan untuk Gusti Prabu dan Gusti Putri". Kata Grando.

"Huuhh, aku sedih,,".

Alya menelpon Vita untuk mendengar kabar darinya. Kemudian Vita memberitahu bahwa ia sangat senang sekali berkunjung ke Jawa Timur. Baru kali ini ia melihat secara langsung bangunan bersejarah di Indonesia. Ia berencana untuk berkeliling Indonesia bersama dengan Grando. Alya senang mendengarnya, tetapi ia cemburu karena Vita bisa malam mingguan bersama Grando, sedangkan ia hanya diam di rumah. Setelah selesai berbincang – bincang, Alya menutup teleponnya. Tidak di sangka ia mendapat pesan dari Bambang. Bambang mengajaknya keluar malam itu. Alya sangat bahagia, ia pun langsung bersiap – siap karena Bambang akan datang menjemputnya. Bambang dan Alya pergi ke pasar malam bersama. Mereka menikmati jajanan pinggir jalan dan menonton tari – tarian yang ditampilkan di pentas pasar malam tersebut. Mereka nampaknya mulai akrab satu sama lain.

Dua hari kemudian setelah Agung, Lisa, Grando dan Vita kembali ke Jakarta. Agung datang ke kantor Grando untuk menceritakan bahwa Lisa bukanlah reinkarnasi dari Putri Cendrawati. Lisa adalah reinkarnasi dari Ratu Sudewi.

"Tapi bukankah anda bilang, dada anda terasa sesak setiap bertemu dengan Lisa? "Tanya Grando.

"Benar, mungkin karena dikehidupan lalu, saya selalu menyakiti hatinya". Kata Agung.