Chereads / The Loneliest CEO / Chapter 7 - Tidak Salah Lagi

Chapter 7 - Tidak Salah Lagi

Di Hari minggu pagi ini, Vita masih bersembunyi dibalik selimutnya. Sedangkan Alya sudah bersiap untuk lari pagi. Alya mengajak Vita untuk lari pagi bersamanya tetapi Vita menolaknya. Sepertinya Vita masih bete dengan Grando. Alya pamit untuk pergi lari pagi, dan Vita pun menarik selimutnya kembali. Matahari mulai tinggi, Vita bangun dari tempat tidurnya. Ia membuat sarapan lalu memakannya sambil menonton TV. Ada berita mengenai Pesta Rakyat malam hari di kota tua. Disana ada berbagai macam makanan dan minuman tradisional khas nusantara. Vita pun tertarik untuk mencobanya. Ia mengambil ponselnya lalu ia mengirim pesan pada Grando. Ia mengajak Grando untuk pergi ke Pesta Rakyat itu nanti malam. Grando menerima pesannya dan ia menyetujui ajakan Vita. Mood Vita pun kembali membaik.

Ditempat lain Agung dan Lisa sedang lari pagi bersama. Mereka berdua terlihat serasi. Sebenarnya Lisa mulai menaruh hati pada Agung, tetapi ia menunggu Agung untuk menembaknya. Hanya saja Agung belum terlalu percaya diri untuk menyatakan perasaannya pada Lisa. Semua orang yang berada di situ menyadari kehadiran Lisa. Mereka memotret Lisa dan Agung secara diam – diam, lalu mengupload nya ke sosial media mereka. Dalam sekejap foto itu sudah tersebar ke seluruh akun gossip. Manager Lisa menjadi sangat geram. Ia menelpon Lisa dan meminta nya untuk segera pulang.

"Yah gimana dong gung, padahal kita baru aja ketemu". Kata Lisa.

"Yaudah pulang aja, aku ngerti kok". Balas Agung.

"Maaf ya gung, Aku balik duluan". Lisa Pamit.

"Iya, hati – hati dijalan ya".

Lisa pergi meninggalkan Agung. Tiba – tiba dada Agung kembali sesak. Entah apa yang terjadi. Padahal dokter mengatakan bahwa Agung tidak memiliki penyakit jantung ataupun penyakit lainnya yang menyebabkan sesak nafas. Ia terlihat sangat lemas. Kemudian ia menelpon kakaknya dan meminta di jemput.

Grando duduk di taman belakang rumahnya. Ia memejamkan matanya sambil menerawang apa yang sedang Vita lakukan. Dalam penerawangannya ia melihat Vita sedang Zumba. "Cantik juga ya dia". Tiba – tiba Bambang muncul. "Siapa yang cantik?"..  Grando terkejut dan hampir terjatuh dari kursi.

"Haduh kamu ini kalau datang gak pakai permisi, bikin kaget aja". Kata Grando.

"Ya maaf, abis tadi gusti lagi merem tapi sambil senyam – senyum mencurigakan". Kata Bambang.

"Mencurigakan?". Tanya Grando.

"Hehehe,, eh,, ini lho aku mau minta tanda – tangan". Pinta Bambang.

"Haduh kaya beginian kan kamu bisa tanda – tanganin sendiri".

"Tapi ini mesti presdir nya yang tanda tangan, tuh ada bacaannya". Kata Bambang.

"Haduh,, sini,, sini.. kamu menghacurkan memori indahku saja".

Grando pun menanda tangani dokumen yang diminta oleh Bambang. Setelah itu, Bambang langsung pulang ke rumahnya.

Hari mulai petang, Grando bersiap – siap untuk pergi ke Pasar Rakyat di Kota Tua bersama Vita. Ia sedang memilih baju yang cocok untuk pergi malam itu. Akhirnya ia memilih kaos putih dan jas merah maroon. Vita juga sedang bersiap – siap, ia memilih baju sambil berkonsultasi dengan Alya.

"Yang ini gimana?". Tanya Vita.

"Itu terlalu norak'. Kata Alya.

"Kalau yang ini?".

"Aduh, itu kaya ibu – ibu". Kata Alya.

"Yang ini?".

"Nah OK, approved".

Vita dan Grando sudah tiba di Pasar Rakyat. Mereka mencoba berbagai macam makanan tradisional nusantara. Setelah itu mereka menonton pertunjukan permainan angklung. Malam itu sangat seru, ditambah langit yang dihiasi kembang api pada malam itu. Setelah puas berkeliling, Grando kehausan. Mereka pergi mencari minuman.

"Ini apaan Pak?". Tanya Vita kepada penjual.

"Itu bir pletok neng". Kata penjual.

"Bikin mabuk gak?". Tanya Grando.

"Nggak Pak, aman ini mah". Kata si penjual.

"Yaudah 2 botol ya". Grando memesannya.

"Hah banyak amat". Vita complain.

Ternyata Grando salah ambil, ia mengambil 1 botol bir pletok dan 1 botol lagi tuak, tuak adalah minuman yang memabukan. Setelah membelinya, mereka mencari tempat duduk lalu meminumnya bersama – sama. Vita menanyakan segala hal tentang Grando. Tapi sepertinya Grando mulai mabuk karena yang ia minum adalah tuak, sedangkan Vita meminum bir pletok.

"Huah,, dikepalaku ada bintang – bintang, persis sekali seperti 700 tahun lalu". Kata Grando yang sedang mabuk.

"700 tahun lalu? Bisa – bisa nya dia mabuk padahal cuman minum bir pletok". Vita menghela nafasnya.

Karena Grando mulai ngawur, Vita memapahnya menuju mobil Grando, tetapi di sepanjang perjalanan Grando terus ngawur.

"Oh iya, keris,, mana keris sakti ku,, aku akan membunuh diriku sendiri". Kata Grando.

"Hus,, jangan ngawur ah,, berat lagi nih". Kata Vita.

"Kau tau? Keris sakti yang kau tanyakan itu, itu keris ku.. keris yang ku gunakan untuk membunuh Prabu Maharaja dan Ratu Saraswati. Dan Putri Cendrawati melakukan bela pati dengan membunuh dirinya sendiri, ia juga mati oleh kerisku". Kata Grando.

"Hah? Maksudnya bapak ini…..?"

"Ya,, aku adalah Mahawira, patih yang dikutuk oleh Dewi Bulan… Aku Mahawiraaaa hahahahahaaa".

Mereka sudah sampai di depan mobil Grando. Grando pun terjatuh pingsan. Vita meminta memapahnya masuk kedalam mobil. Lalu ia mengantarkan Grando ke rumahnya. Sambil menyetir Vita memikirkan kata – kata Grando yang mengaku sebagai Patih Mahawira. Sesampainya di rumah Grando, Vita langsung memapah Grando ke kasurnya. Sementara Vita sudah terlalu lelah untuk kembali ke apartemennya. Ia memberitahu Alya bahwa ia akan menginap di rumah Grando.

Vita tiduran di sofa ruang tamu rumahnya Grando. Sebelum tidur, ia mencari tau mengenai Kerajaan Jawa dan Kerajaan Sunda di internet melalui ponselnya. Disitu memang diceritakan bahwa pada jaman dahulu kala terjadi peperangan antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Jawa yang dipimpin oleh Patih Mahawira. Tetapi dalam sejarah tidak ada informasi yang jelas mengenai keris milik patih mahawira, juga tidak ada informasi mengenai kematian Patih Mahawira. Disitu disebutkan ia meninggal karena sakit parah. Vita mulai mengantuk dan kemudian ia tertidur di sofa itu.

Ke esokan harinya mereka berdua bangun kesiangan, padahal hari itu adalah hari senin. Grando terbangun lalu melihat jam di tangannya kemudian ia berteriak "Aaaaaaaaaaaa". Vita juga terbangun di saat yang bersamaan dan ia melihat jam di ponselnya lalu berteriak "Aaaaaaaa… kesiangan". Vita lompat dari sofa dan menuju kamar mandi, namun di depan kamar mandi sudah ada grando.

"Eits tuan rumah harus duluan". Kata Grando.

"Gabisa tamu yang lebih dulu". Kata Vita.

"Ayolah, CEO gak boleh telat nih".

"Karyawan baru juga gak boleh telat".

"Yaudah karena gak ada yang mau ngalah, ayo kita mandi barengan". Kata Grando.

"Enak aja, yaudah bapak duluan".

Grando mandi lebih dulu. Ia mandi sambil senyam – senyum karena ada Vita di rumahnya. Setelah Grando selesai Vita langsung menerobos masuk ke kamar mandi.

"Awww,,". Teriak Grando.

"Apaan sih lebay, minggir". Kata Vita.

Mereka berangkat ke kantor bersama, mereka tiba di kantor pukul 9 pagi, sementara jam masuk kantor pukul 8 pagi. Saat mereka memasuki loby bersama beberapa karyawan mengintip mereka. Kemudian mereka membicarakan Grando dan Vita diam – diam. Bambang menyadari hal itu, kemudian Bambang menarik Grando dan Vita ke ruangan CEO.

"Haduh,, kalian ini,, ini jam berapa? Telat sejam ini". Kata Bambang.

"Maaf Bam, kita kesiangan". Kata Vita.

"Bam, kok kamu yang marah sih, kan aku bos nya?". Kata Grando.

"Eh iya ya, eh tapi tetep aja, kok kalian bisa berangkat barengan?". Tanya Bambang.

"Ya, tadi malam aku tidur di rumah Pak Grando". Kata Vita dengan polosnya.

"APAAAA? KALIANNN? Apa yang kalian lakukan?". Tanya Bambang.

"Eh itu,, itu gak seperti yang kamu bayangkan bam,, aduh kamu sih vit bikin salah paham".

"Loh kan aku emang tidur di rumah bapak". Kata Vita.

"Haduh,, gapapa lah,, gusti kamu memang lelaki sejati". Bambang memainkan alisnya menggoda Grando.  Kemudian Bambang keluar dari ruangan itu.

"Sial". Kata grando.. "Apa? Sana kembali ke ruanganmu".

"Iya – iya, yaudah pak, aku ke ruanganku".

Setelah Vita keluar ruangannya, Grando mengintipnya sambil senyam – senyum. Grando ini cinta tapi gengsi.

Agung menelpon Vita dan meminta untuk berkonsultasi. Kemudian Vita berkata akan menemuinya nanti setelah pulang kerja. Setelah pulang kerja, Vita pamit dengan Grando untuk menemui Agung. Sepertinya Grando cemburu, ia minta ikut menemui Agung. Akhirnya Vita pergi menemui Agung dengan bersama Grando. Mereka janjian di sebuah cafe. Agung datang, saat ia masuk kedalam cafe, Grando menghentikan waktu. Ia mendekati Agung dan menatap matanya untuk melihat masa lalu Agung.

Ia melihat Istana Kerajaan Jawa, saat itu ia duduk di samping Prabu Rumbaka di singgah sana. Prabu Rumbaka dengan bahagia mengumumkan bahwa ia telah memilih calon permaisurinya. Calon permaisurinya adalah Putri Sunda yaitu Putri Cendrawati. Suasana di singgah sana saat itu penuh tawa bahagia. Ia juga melihat saat Prabu Rumbaka memberikan memberikan keris sakti kepadanya. Ia memunculkan keris itu di tangannya, dan keris itupun menunjukan cahayanya pertanda kehadiran sang pemiliknya. Grando meneteskan air matanya dan waktu pun berjalan kembali. Grando tak kuasa menahan harunya. Ia langsung memeluk Agung. Sementara itu Agung kebingungan dengan tingkah Grando, begitupun Vita. Vita berdiri dari kursinya lalu ia menarik Grando untuk duduk.

Grando terus mengamati Agung, Agung pun merasa tidak nyaman karena di tatap oleh Grando. Vita mencoba menutup mata Grando tetapi Grando menyingkirkan tangan Vita.

"Gusti Prabu, Kau kah itu?". Grando mengambil tangan Agung.

"Hah ?". Agung kebingungan.

"Aduh kayanya bapak mabok bir pletok lagi nih". Kata Vita sambil menarik tangan Grando.

"Hah,, bir pletok, kok bisa?". Tanya Agung.

"Iya gung, dia gak bisa minum bir pletok, jadi mabuk". Kata Vita.

Kerinduan Grando pada Prabu Rumbaka tak terbendung lagi. Ia terus meronta – ronta ingin memeluk Agung, tetapi Vita menahannya dengan memeluknya.

"Gung, kayanya besok kita janjian lagi deh,, kamu pergi aja ya".  Pinta Vita.

"Ah, gitu ya".

"Gusti, ini hamba, mahawira mengadapmu gusti prabu". Kata Grando.

"Cepaat gung". Teriak Vita sambil memeluk Grando yang ingin meraih Agung.

Agung langsung lari keluar dari Cafe. Grando merasa kecewa karena Agung tidak mengenalinya. Tetapi ia bahagia karena penantian panjangnya telah berakhir. Vita menanyakan apa yang terjadi sehingga Grando seperti itu.

"Apa kau percaya reinkarnasi?". Tanya Grando.

"Maksud bapak, Bapak adalah reinkarnasinya Patih Mahawira dan Agung adalah reinkarnasi Prabu Rumbaka?". Tanya Vita.

"Bukan, aku belum mati. Aku menunggunya untuk mati". Kata Grando.

"Ma,, maksud bapak?".

Grando langsung berdiri lalu berjalan keluar dari cafe itu.

"Pak,, tunggu dulu pak.."

Vita penasaran dengan apa yang dikatakan Grando. Tetapi ia tidak bisa menanyakannya lebih lanjut karena Grando telah pergi meninggalkannya. Vita berjalan sambil melamun, tidak disangka saat ia menyebrang, ada mobil yang berjalan dengan cepat menuju ke arahnya. Mobil itu sudah membunyikan klaksonnya tetapi Vita tidak menyadarinya. Grando mengetahui hal itu, ia langsung menghentikan waktu. Ia berlari ke arah Vita lalu menyelamatnya. Ia menaruh Vita di kursi di sebrang jalan. Kemudian Grando pergi masuk ke dalam mobilnya, lalu ia menjentikan jarinya dan waktupun berjalan kembali. Vita terkejut mendapati dirinya sedang duduk di kursi padahal tadi ia hampir tertabrak. Karena ia mulai merasa sedang berhalusinasi, ia pun segera pulang ke apartemennya.

Ke esokan harinya Grando tidak masuk kantor. Vita masuk ke ruang CEO namun hanya ada bambang yang berdiri disitu. Vita menanyakan kepada Bambang, kemana perginya Grando. Bambang mengatakan bahwa Grando pergi ke Candi.

"Candi? Maksudmu candi tempat dia dimakamkan?". Tanya Vita.

"Hah, ngawur kamu,, bukan,, itu makam leluhurnya". Kata Bambang.

Vita mengatakan bahwa saat Grando mabuk, Grando pernah memberitahu bahwa dia adalah Patih Mahawira. Dia hidup selama 700 tahun karena kutukan Dewi Bulan. Mendengar cerita itu, Bambang pun akhirnya memberitahu Vita siapa Grando sebenarnya.

"Ya benar, dia adalah patih mahawira".

"Berarti selama ini aku mendengar kau memanggilnya gusti karena dia seorang patih". Tanya Vita.

"Ya benar, keluarga ku secara turun temurun telah mengabdi padanya".

Bambang memberitahu bahwa sepanjang hidup Grando, dia hanya menunggu reinkarnasi Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati untuk bisa mengakhiri hidup abadinya. Ia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Ia membuat banyak pernikahan untuk menebus dosanya dimasa lalu.

"Tetapi sejak bertemu denganmu dia mulai tersenyum, saya senang melihatnya". Kata Bambang.

"Benarkah, berarti dia memang belum pernah ngedate sama wanita lain?". Tanya Vita.

"Bahkan dia tidak tertarik pada wanita". Jawab Bambang.

Ternyata memang benar, Vita lah wanita pertama yang menemani Grando lari pagi, makan bubur, makan siang, sampai pergi ke Pasar Rakyat Kota Tua. Tetapi Vita sedih, karena ia harus kehilangan Grando setelah Grando berhasil menemukan reinkarnasi Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati.