Chereads / Our Secret / Chapter 9 - Medis

Chapter 9 - Medis

Hari ini akhir pekan, seharusnya bisa beristirahat, namun tidak untuk Davini, Barra serta Seth dari tim Charlie. Ketiganya dikumpulkan di sebuah ruang laboratorium oleh Gerald dari tim Alpha dan Kyra dari tim Bravo.

"Halo!" Sapa Kyra sambil berjalan masuk ruangan bersama Gerald.

"Hai kak." Sahut ketiganya bersamaan.

"Maaf mengganggu waktu istirahat kalian karena hari ini awal pertemuan kita di kelas medis. Dari data yang ku terima, hanya kalian bertiga yang mau masuk ke tim medis, benar kan?" Tanya Kyra.

Ketiganya mengangguk.

"Oke, hari ini kalian belum belajar berat, kami akan menjelaskan beberapa hal dasar di awal terlebih dahulu, setelah itu baru mengatur jadwal pertemuan kita selanjutnya."

"Semua yang kalian terima di kelas ini tidak jauh beda dengan kedokteran pada umumnya. Hanya saja kalian bisa mendapatkan beberapa ilmu mengenai obat-obat yang berbeda dari obat umumnya yang sangat berguna untuk pekerjaan kita sebagai agen rahasia ini. Jadi tidak hanya dalam hal teknologi namun juga dalam hal medis, kita jauh lebih di depan dari umumnya."

Gerald membuka sebuah map ditangannya yang berisi beberapa lembar kertas, "Davini, Barra dan Seth. Kalian siap menerima semua pelajaran sebagai tim medis di tempat ini? Akan ada banyak hal yang tidak kalian temui di luar sana saat kalian belajar di sini."

Semua mengangguk, "Kami sangat siap kak," Jawab Vini mewakili Barra dan Seth.

"Good."

"Jadi kita mulai ya, akan dijelaskan apa saja yang kalian pelajari nantinya dan kemungkinan akan ada banyak tambahan seiring berjalannya pembelajaran. Sebelumnya aku mau tanya, apa memang sebelum mengetahui bahwa akan masuk ke agensi ini, kalian sudah berniat untuk masuk ke kedokteran?"

"Aku memang sudah berniat begitu kak," Jawab Vini.

"Aku juga," Timpal Seth.

"Iya." Imbuh Barra.

"Baguslah, sepertinya tidak akan sulit untuk kita bekerja sama nantinya di kelas ini." Ucap Kyra. "Oh iya, karena awalnya kalian ingin menjadi dokter, kalian tidak perlu khawatir karena di sini kalian akan menjadi dokter secara resmi seperti mengikuti perkuliahan pada umumnya."

"Bagaimana bisa?" Tanya Seth.

Kyra tersenyum, "Itu rahasia big boss, tugas kalian adalah belajar dan menjadi agen rahasia yang hebat."

Ketiganya kembali mengangguk. "Siap kak," Jawab mereka bersamaan.

°°°

Jam makan siang, Vini mengikuti Barra ke kantin, karena para gadis rekan sekamar Vini juga sedang berada di sana. Sedangkan Seth memilih ke kamarnya terlebih dahulu sebelum makan siang.

Akhir pekan begini memang sudah jadwalnya untuk beristirahat, hanya saja pertemuan hari ini sedikit mendadak.

"Hai Vini!" Sapa Jessy pada Vini yang sudah tiba di kantin bersama Barra, keduanya pun bergabung.

"Hai!" Sahut Vini lalu menatap seseorang lainnya yang juga bergabung dengan mereka, "Oh, Liam."

Liam tersenyum, "Hai!"

"Dia tadi mencarimu."

"Memangnya tidak tahu kalau kami ada pertemuan dadakan untuk kelas medis?"

"Kami tidak sekamar," Jawab Barra, "Jadi dia tidak tahu."

"Oh..." Vini ber-oh-ria, "Ada apa mencariku?"

"Mau mengajakmu makan siang."

"Dia belum makan siang karena menunggumu Vin," Sela Arsha.

"Hah?" Vini menatap heran Liam.

"Memangnya tidak boleh?" Liam memasang ekspresi sedih. "Aku hanya tidak mau kamu makan siang sendiri karena ketiga temanmu ini sudah makan siang."

"Ada Barra."

"Jadi tidak boleh?"

Vini menghela nafas, heran akan kelakuan Liam. Sejak keduanya berbaikan, Liam memang jadi sering menghampiri Vini seperti saat ini.

"Astaga Liam, wajah boleh ganteng, beladiri boleh jago tapi kenapa kelakuan hello kitty sih?!" Arsha menatap heran Liam.

"Aku kalau dekat Vini, aku bisa lemah." Ucap Liam dengan ekspresi yang membuat Vini kesal.

"Kamu mau makan apa?" Barra bertanya pada Vini, menengahi pembicaraan yang mulai tidak jelas ini.

"Oh! Hmm..." Vini berpikir sejenak lalu mengatakan makanan yang diinginkannya pada Barra.

"Aku pesankan dulu," Barra akan beranjak namun pergelangan tangannya ditahan oleh Vini.

"Aku ikut deh, bantu bawa," Vini menatap Liam, "Kamu mau sekalian?"

"Boleh," Liam mengangguk lalu mengatakan pesanannya.

Vini dan Barra pun beranjak memesan makanan.

"Kok kamu biarin mereka berduaan?" Tanya Jessy pada Liam.

"Kan mereka hanya pergi sebentar?"

Jessy berdesis sebal.

"Tapi mereka cocok sih, Barra juga anaknya keren gimana gitu."

"Hei, aku ngga kalah keren dari dia."

Jessy dan Arsha menatap datar Liam, "Iya deh Pangeran William."

Jo yang sejak tadi diam diantara mereka karena tidak berniat ikut masuk dalam obrolan memilih menyeruput perlahan minumannya yang belum habis sejak tadi.

•••

"Vin, kamu suka sama Barra?"

"Hah?!" Vini yang tengah berbaring di kasurnya langsung terduduk kaget karena pertanyaan Jessy. "Kenapa jadi suka sama Barra?"

Jessy mengangkat sekilas bahunya, "Sepertinya aja."

"Aku ngga ada terpikir ke sana!" Vini kembali berbaring.

"Tapi kamu merasa ngga sih Jes kalau mereka itu seperti tokoh dongeng kerajaan?" Tanya Arsha pada Jessy.

"Iya kan?!" Jessy tersenyum sumringah, "Vini tuh seperti seorang putri diantara Pangeran dan Ksatria!"

Arsha dan Jessy terkekeh bersamaan membuat Vini menekuk wajahnya karena merasa digosipkan dihadapan wajahnya sendiri.

"Kalian terlalu banyak membaca dongeng," Sela Jo.

"Kami serius Jo!" Ucap Jessy.

"Kita agen rahasia bukan tokoh kerajaan dalam dongeng."

"Denger tuh!" Timpal Vini dengan nada sebal.

"Yah, hanya berandai kan ngga masalah, ya kan Jes?"

Jessy mengangguk setuju, "Benar!"

"Bagaimana tadi kelas medisnya?" Tanya Jo mengalihkan topik pembicaraan.

"Sepertinya akan menyenangkan," Jawab Vini, "Tadi baru perkenalan saja serta mengatur hari pertemuan selanjutnya." Vini bangun dari kasurnya, "Karena akhir pekan memang untuk istirahat atau berlatih mandiri."

"Kamu mau ke mana Vin?" Tanya Jessy melihat Vini tiba-tiba memakai jaketnya yang biasa ia letakkan di dekat kasurnya.

"Mau ke ruang latihan dulu, kemarin kak Daffin bilang kalau akhir pekan bisa memakai ruangan gym untuk berlatih. Kalian juga mau?"

"Aku ngga dulu deh Vin," Arsha memasang cengiran.

"Selamat berlatih deh Vin." Ucap Jessy.

"Aku mau selesaikan tugas dulu, nanti menyusul," Imbuh Jo. Vini mengangguk sekilas.

"Oke, kalau gitu aku latihan dulu. Nanti ketemu saja di kantin untuk makan malam."

"Oke Vin!" Jawab Arsha dan Jessy bersamaan.

•••

Sekitar satu jam berlatih dengan bantalan tinju yang tergantung di ruangan, Vini memutuskan istirahat sebentar. Kaos yang dipakainya terlihat basah oleh keringat. Vini mengatur nafasnya sambil duduk di atas matras yang ada di ruangan.

"Lho, Vini?"

Vini menoleh ke arah pintu masuk yang baru terbuka. Liam datang dan berjalan ke arahnya, "Kamu latihan di sini?"

"Kelihatannya?"

"Dari tadi?"

"Lumayan, sedang apa kamu ke sini?"

"Aku berencana mau latihan juga, saat bertanya pada kak Daffin apakah ruangan ini dikunci, kak Daffin bilang memang jarang dikunci dan ada yang pakai. Tapi tidak bilang kalau kamu yang di sini."

"Ya sudah, kamu latihan aja, aku mau istirahat sebentar."

"Mau minum?" Liam menawarkan sebotol air minum pada Vini, "Tadi aku ambil di kantin sebelum ke sini."

"Makasih," Vini menerima minuman tersebut dan meminumnya.

•••