Tim Delta sedang berkumpul di taman, duduk beralaskan rumput di bawah pohon yang cukup rindang. Vini sengaja mengumpulkan timnya untuk membahas tugas Varen mengenai drama. Sore ini cuacanya cukup teduh.
"Jadi katanya semua harus dapat peran dan dialog, ngga boleh ada yang hanya figuran atau numpang lewat saja, bagaimana menurut kalian?" Arsha membuka pembahasan.
"Tim kita ada dua perempuan dan empat laki-laki." Deon menatap satu persatu rekan-rekannya.
"Bawang merah dan bawang putih serta empat kurcaci." Usul Vini membuat semua menatapnya datar. "Apa?" Vini ikut menatap semua rekannya satu persatu.
"Sejak kapan bawang merah dan bawang putih kolaborasi dengan kurcaci?!" Vino terlihat gemas pada adik kembarnya.
"Jangan ide yang aneh deh Vin." Ucap Arsha.
Vini memanyunkan bibirnya, "Aku hanya memberikan usulan. Lagipula ngga ada salahnya membuat drama yang tidak biasa.
"Memangnya kamu mau jadi apa Vin?" Tanya Bara.
"Bawang merah dong!" Vini menaik turunkan kedua alisnya sambil tersenyum pada Bara.
"Hah?" Arsha mengernyitkan keningnya, "Lalu bawang putihnya?"
"Kamulah Sha! Masa Liam?!"
"Hei." Liam menatap datar Vini membuat Vini terkekeh.
"Jadi apa nih yang mau kita buat?" Vino mengembalikan lagi topik utama mereka yang mulai menyimpang, "Apa ada ide yang bagus?"
"Sepertinya kalau sekarang kita tidak akan menemukan ide yang waras," Arsha merasa lelah berpikir, "Begini saja, beri aku waktu sampai besok untuk menemukan ide yang bagus. Aku butuh beberapa refrensi."
"Aku setuju dengan usul Arsha," Sahut Deon, "Tapi jika ada yang mendapat ide lain juga bisa langsung saling memberi kabar."
Semua mengangguk setuju.
"Ya sudah jika sepakat semua," Liam berdiri dari tempatnya, "Kalau gitu sekarang kita sudah bisa bubar kan?"
"Iya." Vino ikut berdiri disusul yang lain, "Sudah sore, aku butuh mandi."
"Aku juga." Vini ikut menyahuti. Mereka pun membubarkan diri kembali ke kamar asrama.
***
"Bagaimana diskusi kalian? Lancar?" Jessy bertanya pada Vini dan Arsha yang baru saja memasuki kamar.
"Seharusnya," Arsha berjalan menuju kasurnya dan duduk di sana, "Tapi ternyata tidak."
Vini hanya mengangguk membenarkan, sambil melakukan hal yang sama dengan Arsha.
"Kalian belum dapat ide?" Tanya Jo yang sejak tadi sudah berada di kasurnya.
"Sama sekali," Jawab Arsha, "Bagaimana dengan tim kalian?"
Jessy dan Jo berpandangan sejenak, Jessy tersenyum pada kedua rekannya, "Sudah dong! Begitu diskusi sebentar langsung ketemu idenya." Jessy terlihat memasang senyum bangga, "Alden yang mengusulkan idenya, ternyata sebagai ketua tim, dia pintar."
"Ketua tim kami juga pintar dan sangat kreatif sampai bisa terpikir ide yang diluar pikiran orang lain."
Vini memasang wajah sebal merasa tersindir oleh Arsha. Jessy terkekeh melihatnya. "Memangnya apa ide dari Vini?"
"Kisah bawang merah dan bawang putih bersama empat kurcaci." Jawab Arsha membuat Jessy kembali terkekeh.
"Tapi idenya Vini bagus kok!" Jessy memasang cengiran.
"Maaf Nona Jessy, itu maksudnya memuji atau menyindir?" Vini bersidekap menatap Jessy.
"Memuji dong!"
"Makasih Jes, tapi kami sedang tidak merencanakan drama lawakan untuk tugas nanti."
Jessy terkekeh lagi, "Ya sudah kalian mandi dulu agar pikirannya lebih jernih, setelah ini kita makan malam, semoga malam ini kalian dapat ide bagus untuk tugas kak Varen."
Arsha mengaminkan ucapan Jessy.
Saat acara makan malam, Vini duduk diantara Liam dan Bara yang ikut bergabung di meja makan.
"Harus ya kalian duduk di sini?" Vini menatap datar kedua laki-laki di sampingnya.
"Karena aku wakilmu di tim, jadi tidak masalah kan kalau aku duduk di sini?" Sahut Liam.
"Aku hanya mengikuti ketuaku." Bara ikut menjawab membuat Vini tidak tahu lagi harus berkata apa.
Kekehan Jessy membuat perhatian ketiganya teralih, "Tidak heran kalian berada di satu tim."
Vini berdesis sebal merespon ucapan Jessy.
"Ah!" Arsha yang sejak tadi menyimak, mendadak bersuara sambil menatap Vini.
"Apa?!" Vini memasang wajah galak.
"Sepertinya aku dapat sebuah ide untuk tugas kita." Senyum Arsha mengembang namun membuat perasaan Vini tidak enak.
"Apa idemu?" Liam bertanya.
Masih dengan senyuman, Arsha menjawab, "Besok akan kuberitahu."
***
Seperti yang dijanjikan sebelumnya, Arsha akan memberitahukan idenya pada timnya, maka Vini langsung mengumpulkan anggotanya di taman belakang.
"Jadi, bisa jelaskan ide apa yang kamu dapat?" Tanya Vini memulai diskusi.
"Aku mau buat cerita seperti dongeng namun sedikit modern."
"Maksudnya?" Vino ikut bertanya.
"Kisah putri dan pangeran di zaman modern."
Vini terdiam, merasa tahu arah pembicaraan Arsha.
"Langsung jelaskan saja Sha." Deon terlihat tidak sabar.
"Oke, aku mau buat kisah cinta yang tidak direstui. Seorang putri, pangeran dan ksatria. Putrinya Vini, pangerannya Liam dan ksatria Bara!" Arsha tersenyum puas akan idenya.
"Hei!" Vini menatap protes Arsha, "Kenapa jadi aku?! Kenapa bukan kamu saja?!"
"Tunggu dulu Vini sayang, aku jelaskan dulu ya." Arsha mengerling sekilas membuat Vini diam. "Semalam aku lihat chemistry kalian bertiga sangat bagus sehingga cocok mendapat peran ini."
"Lalu peran sisanya?" Tanya Bara.
"Vino," Arsha menatap kakak kembar Vini itu, "Karena wajahmu mirip dengan Vini, jadi kamu akan menjadi ayahnya."
Vino tidak berkomentar.
"Karena tinggal aku perempuan di sini, maka aku akan jadi Ibunya dan Deon jadi anak pertamaku, kakaknya Vini."
"Bukannya Vino yang harusnya menjadi kakak?" Tanya Deon.
"Itu kan di dunia nyata, ini dalam drama jadi bisa kita ubah dong."
"Oke, terserah. Lalu jalan ceritanya mau seperti apa?"
"Begini, inti ceritanya adalah, Vini akan dijodohkan dengan Liam namun Vini lebih memilih Bara yang tidak direstui kedua orang tuanya."
"Kok gitu?!" Kini Liam yang protes, "Maksudnya aku yang jadi orang ketiga diantara mereka?!"
"Jangan protes dong ganteng! Di sini kamu sudah cocok dengan peran ini, lagipula hanya drama saja bukan yang sebenarnya. Kalau di dunia nyata kamu mau sama Vini sih terserah kalian."
"Bisa dilanjutkan dulu pembicaraan tugas kita?" Sela Vino.
"Oke," Arsha melanjutkan penjelasannya mengenai ide drama yang akan mereka gunakan untuk tugas yang Varen berikan. Hingga selesai, tidak ada lagi yang protes karena merasa percuma. Lagipula saat ini mereka tidak memiliki ide alternatif lain sedangkan harus segera menyiapkan latihan dan lainnya sehingga mau tidak mau menerima ide yang disampaikan Arsha.
"Maka demi kelancaran tugas, mulai besok kita akan latihan! Nanti aku akan pinjam ruang latihan untuk kita pakai jika Tim Charlie sedang tidak memakai ruangan itu." Arsha menutup penjelasannya.
"Oke," Deon mengangguk setuju.
"Deon, kalau bisa lebih banyak bersama Vini seharian ini." Saran Arsha.
Deon menatap heran Arsha, "Kenapa? Kan bukan aku yang jadi pasangannya?"
"Memang, tapi peranmu di sini sebagai kakak yang sayang pada adiknya, jadi harus ada chemistry juga. Tenang saja, untuk bersama Liam dan Bara tidak perlu diragukan kok, tinggal denganmu saja."
Deon menatap sejenak Vini lalu kembali menatap Arsha, "Baiklah."
***