"Davini."
Vini ingin menoleh namun ditahannya dan tetap berjalan menyusuri lorong menuju kantin. Vino sudah lebih dulu ke sana untuk makan siang, karena Vini ingin ke toilet terlebih dahulu sehingga dirinya harus ditinggal dan menyusul.
"Heh Davini!" Suara itu semakin dekat membuat Vini mempercepat langkahnya. Terdengar decakan dibelakangnya sebelum akhirnya pergelangan tangan Vini berhasil ditangkap.
Vini yang terkejut langsung menatap orang yang menahannya, "Apaan sih?!" Vini ingin melepaskan tangannya namun sulit.
"Kamu mau pura-pura lupa sama aku?"
Vini berdesis sebal, kalau saja ia tidak ingat siapa orang ini, mungkin Vini akan mengakui bahwa ia cukup tampan.
"Emang lupa tuh!" Vini memeletkan lidahnya.
"Wah... Lama ngga ketemu kok jadi makin rese ya?"
Vini membuang tatapannya ke arah lain, "Buruan lepasin deh! Aku mau makan siang!"
"Engga, sebelum kamu ingat siapa aku. Lagipula tadi saat absen, namaku sudah disebut dengan sangat jelas."
"Aku lupa!"
"Bohong."
Vini memejamkan matanya sejenak, menahan kesal lalu kembali menatap laki-laki itu, "Iya iya William Pratama! Musuh bebuyutan Davini Ardhana sejak kecil! Udah kan?! Udah puas?! Jadi lepasin tangan aku sekarang!"
Laki-laki bernama William itu melepaskan pergelangan tangan Vini sambil tersenyum, "Bagus deh kalau udah ingat, kenapa kamu bisa di sini?"
"Kayaknya bukan urusanmu deh, sekarang aku mau makan siang jadi jangan ganggu!" Vini kembali melangkah pergi.
"Heh Liam!"
William atau Liam, menoleh saat ada yang menepuk pundaknya, "Kenapa?"
"Kamu engga mau ke kantin? Ini kan udah jam makan siang."
Liam tersenyum tipis, "Duluan aja, aku masih ada urusan lain."
"Oke deh."
...
Vino menatap aneh adik kembarnya yang duduk di sampingnya dengan wajah kusut sejak masuk ke kantin.
"Kamu kenapa?"
"Habis ketemu musuh bebuyutan!"
"Oh, kalian udah saling sapa?"
"Dia yang nahan aku, aku ngga bisa ke kantin kalau bilang ngga ingat dia!"
"Lagian memang kamu engga mungkin lupa sama dia kan?"
"Yah," Vini menopang dagunya dengan tangan kanan di atas meja, "Gimana bisa lupa sama manusia rese macam dia?!"
Vino tersenyum kecil, "Aku pesankan makan siang untukmu dulu," Vino menunda makannya lalu beranjak mengambil makan siang Vini.
"Hei Vin!" Arsha dan Jo bergabung bersamaan dengan kembalinya Vino.
"Kalian engga makan?" Tanya Vini.
"Ini sebentar lagi mau makan kok." Jawab Jo.
"Jessy mana?"
"Dia tadi izin dulu ke kamar, katanya ada yang mau diambil." Sahut Arsha.
Jo dan Arsha pun ikut mengambil makan siang mereka dan bergabung kembali di meja Vini.
"Kamu sudah kenal dari kalangan laki-laki Vin? Terkecuali kakak kembarmu lho."
"Oh--"
"Ada satu," Potong Vino membuat Vini menatapnya kesal.
"Oh ya? Siapa?!" Arsha terlihat penasaran.
"Bukan orang yang penting," Jawab Vini dengan nada kesal.
Jo mengurut dagunya menatap Vini, "Dari caramu berbicara, pasti kalian sudah lama kenal ya? Kamu punya masalah sama dia?"
"Kayaknya kalian ngga perlu tau deh."
"Perlu dong! Karena pastinya dia nanti jadi rekan kita juga."
Vini memutar sekilas bola matanya, "Aku harap tidak akan berada dalam tim yang sama dengannya."
"Dengan siapa?"
Vini dan yang lain terkejut melihat Liam tiba-tiba muncul dibelakang Vini. Wajah Vini kembali tertekuk.
"Oh... Jadi ini yang dimaksud?" Terka Arsha.
"Apanya?" Tanya Liam.
"Sepertinya Vini tidak menyukai salah satu orang dari kalangan laki-laki, dan sekarang kami tau kalau orang itu kamu."
"Oh ya? Kalian jangan percaya, sebenarnya Vini itu sangat merindukan aku karena kami sudah lama tidak bertemu."
"Bisa diam aja ngga?" Tanya Vini dengan nada ketus.
Liam memilih pergi sebelum Vini melemparnya dengan sendok di tangannya.
"Padahal anaknya ganteng gitu, kok kamu ngga suka Vin? Kamu cantik dan dia ganteng, cocok sebenarnya." Ujar Arsha.
"Percuma ganteng kalau kelakuan minus!" Vini melanjutkan makan siangnya. Meski sedikit menjadi tidak nafsu, namun ia tidak mau membuang makanan.
...
Usai jam makan siang, semua kembali ke ruang kelas. Harry kembali dengan beberapa orang mengikutinya.
"Kebetulan mereka sedang tidak ada misi dan lengkap di sini, maka hari ini aku akan perkenalkan kedua tim yang pagi tadi aku infokan pada kalian."
Lima orang diantaranya berpindah ke sebelah Harry. Mereka berjajar menghadap semua siswa.
"Kami adalah tim Alpha, aku akan perkenalkan satu persatu, tidak perlu kalian hapalkan karena nantinya kalian akan mengingat kami jika kita sudah sering bertemu."
"Aku akan sebutkan nama sekaligus kode namanya. Dimulai dariku sebagai kapten, Harry dengan kode Cosmo." Harry menatap anggotanya, "Eri atau Lily, Freya atau Violet, Daffin atau Clover, Evan atau Lotus, dan Gerald atau Orchid."
Tatapan Harry kembali ke depan, "Di tim Alpha, Gerald lah yang merupakan bagian medis dan analisis, akan kujelaskan nanti untuk lebih jelas mengenai bagian itu. Selanjutnya akan kuperkenalkan para tim Bravo."
Para tim Alpha memundurkan langkah mereka bergantian dengan yang belum berkenalan.
"Perkenalan aku serahkan kepada Gavin selaku kapten tim."
Pria bernama Gavin mengangguk sekilas menatap Harry lalu beralih pada para siswa, "Seperti yang dikatakan tadi, aku Gavin sebagai kapten Bravo dengan kode Blue, dan ini anggota Bravo, ada Kenzie atau Green, Nara atau Red, Oliver atau Black, Varen atau Gray dan Kyra atau Peach."
"Dalam tim Bravo, bagian analisis dipegang oleh Kenzie dan Kyra."
Harry kembali mengambil alih, "Itu tadi perkenalan singkat dari tim Alpha dan Bravo. Nantinya kalian akan dibagi juga dalam dua tim dan mendapat kode nama seperti kami. Kemungkinan beberapa hari lagi kalian akan mendapatkan identitas kalian, mungkin ada yang ingin ditanyakan?"
Semua diam, tidak ada yang mengangkat tangan untuk bertanya.
"Oke jika tidak ada, untuk saat ini aku hanya ingin memperkenalkan Alpha dan Bravo, selanjutnya kalian bisa saling berkenalan satu sama lain karena nantinya kalian tidak tahu siapa yang menjadi teman satu tim kalian."
"Namun, meski terbagi dalam empat tim nantinya, kita tetap sebagai keluarga dalam agensi ini, tidak ada yang dibedakan. Aku harap, kalian akan semakin akrab sehingga terjalin kekompakan satu sama lain karena hal ini sangat penting bagi kalian dalam menjalankan misi nantinya."
Kelas siang ini ditutup. Para tim Alpha dan Bravo meninggalkan kelas.
Vini menoleh ke belakang di mana Vino berada, "Aku harap kita berada di tim yang sama."
Vino tersenyum kecil, "Aku juga berharap demikian."
"Semoga aja engga satu tim sama makhluk astral itu," Harap Vini setelah melirik sekilas pada Liam yang duduk tak jauh darinya dan Vino.
Vino terkekeh pelan, "Kalau yang terjadi justru sebaliknya?"
Vini hanya memanyunkan bibirnya, tidak menjawab pertanyaan Vino membuat Vino kembali terkekeh.
...