Chereads / Our Secret / Chapter 8 - Berbaikan?

Chapter 8 - Berbaikan?

Liam dan Vini duduk bersisian di sebuah bangku panjang setelah tiba di taman.

Terlihat beberapa lampu taman sudah menyala karena hari mulai gelap membuat pencahayaan taman cukup terang.

"Buruan bicara." Ucap Vini dengan nada ketus, "Engga pake lama!"

"Sabar dong, baru aja duduk."

"Aku udah lapar!"

"Iya iya oke, aku akan langsung bicara ke tujuan mengajakmu ke sini."

"Apa?!"

"Kamu ngga berniat berbaikan? Setelah sekian lama, kamu masih anggap aku sainganmu?"

"Lalu kenapa memangnya?"

"Kamu masih marah soal kejadian-kejadian dulu? Aku bersungguh-sungguh kalau bukan aku yang sering menyembunyikan buku tugasmu  sehingga membuat peringkatmu menurun karena beberapa nilai yang hilang. Itu semua karena--"

"Aku tau kok, aku tau itu semua ulah para cewek-cewek fans norakmu!"

"Kalau kamu udah tau, lalu kenapa--"

"Kalau kamu juga udah tau, kenapa dulu kamu diam aja? Kamu setuju kan dengan apa yang mereka buat? Kamu senang kan bisa mengalahkan peringkatku dengan mudah? Atau jangan-jangan mereka itu alatmu untuk bersaing? Dasar pengecut!" Terlihat jelas wajah Vini menahan emosi saat ini.

"Aku ngga begitu Vin! Kamu salah paham!"

"Alaahh! Ngga usah berkilah lagi deh!"

"Vini, aku serius. Aku ngga pernah berpikir begitu. Dulu aku benar-benar ingin bersaing sehat sama kamu seperti kesepakatan kita di awal. Aku ngga pernah berniat memakai cara curang apapun untuk mengalahkanmu! Tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan kesalahpahaman selama ini."

Vini menatap dingin Liam, "Oke, kamu kuberi kesempatan untuk menjelaskan. Tapi jika penjelasanmu tidak masuk akal, maka sampai kapanpun aku tidak akan mau berbaikan denganmu!"

"Tapi kita dalam tim yang sama."

"Aku bisa bekerja secara profesional."

"Oke, aku akan jelaskan secara cepat dan jelas, aku harap kamu mau mendengarkan."

"Kamu ngga dengar tadi aku bilang apa? Aku kasih kesempatan asalkan penjelasanmu bisa aku terima."

"Iya maaf, jadi begini, kamu tau kan siapa kepala sekolah kita dulu? Om aku. Saat dia tau bahwa kamu adalah saingan terberatku dalam akademik, dia terus menekanku untuk mendapat peringkat pertama. Saat itu aku hanya bisa menurut meski sebenarnya aku menikmati persaingan kita secara sehat."

"Tapi awalnya aku berpikir saat kamu mulai sering tidak mengumpulkan tugas serta nilai ujian yang mendadak menurun dari biasa, itu semua karena memang kamu sedang mengalami penurunan. Aku ingin bertanya namun om ku selalu mengatakan agar aku fokus pada prestasiku. Dia melarangku bertanya padamu dengan ancaman akan memindahkanku ke sekolah lain. Dia mau akulah siswa terbaik di sekolah, karena secara tidak langsung nama dia yang menjadi baik."

"Tapi di akhir aku tidak sengaja mengetahui semuanya, salah satu pelakunya mengaku bahwa dia dan yang lain disuruh oleh om ku. Saat itu aku mau bertemu denganmu namun posisinya kita sudah lulus, kamu bersekolah di tempat lain dan aku paham kamu pasti sangat marah karena di akhir kelulusan, peringkatmu benar-benar menurun."

Vini terdiam, mencerna setiap penjelasan Liam.

"Lalu kamu ngga berusaha mencariku?"

"Aku hanya bisa mendapatkan kontak saudara kembarmu, Vino."

"Bagaimana kamu bisa dapat kontak Vino? Dia ngga sekolah di SMP yang sama dengan kita." Vino dan Vini memang sempat sekolah terpisah saat SMP.

"Aku tidak terlalu ingat, hanya saja ada seseorang yang saat itu mengenal kalian dan memberikan nomor kontak Vino. Aku menghubunginya untuk menanyakan keadaanmu. Vino mengatakan kalau kamu pernah bercerita bagaimana marahnya kamu ke aku, maka aku mencoba untuk memberimu waktu sampai emosimu sedikit mereda."

Vini menghela nafas, sedikit rasa marahnya mulai menguap.

"Vin," Panggil Liam membuat Vini menatapnya, "Kalau kamu tau siapa pelakunya, kenapa kamu ngga bilang padaku dulu?"

"Kamu pikir, kalau aku sampaikan itu, aku ngga akan berniat mengajakmu bertengkar? Aku tinggal bersama Om dan Tanteku, tidak mungkin aku menyusahkan mereka dengan masalah sekolahku, apalagi seisi sekolah tau kamu keponakan kepala sekolah. Beruntung nilaiku tidak jatuh secara drastis. Hanya berbeda sedikit dibawahmu, namun tetap membuatku kesal." Terang Vini.

"Saat tau semua itu, aku memutuskan untuk tinggal jauh dari om ku yang sebenarnya bukan om kandungku. Aku tidak mau lagi dipaksanya untuk menjadi yang terbaik dengan cara tidak benar. Aku mencari beasiswa SMA, mencari tempat tinggal yang murah dan bekerja sambilan untuk kebutuhan sehari-hariku. Bersyukur ada orang yang baik yang datang serta mau membantu kehidupanku, dialah yang membuatku berada di sini sekarang."

"Siapa?"

"Mereka mengaku sebagai keluargaku, saat itu mereka selalu mencari keberadaanku dan ajaibnya bisa menemukanku. Akhirnya aku mendapat tempat tinggal dan keadaan yang lebih baik."

Vini ingat bahwa Liam sama seperti dirinya, ditinggal kedua orang tuanya sejak masih kecil. Sebenarnya hal ini yang membuat keduanya sempat akrab dan menjadi rival akademik. Namun pertemanan keduanya rusak karena pihak ketiga seperti yang tadi dijelaskan oleh Liam.

"Kamu mau kan berbaikan lagi denganku Vin? Berteman kembali seperti dulu?"

Vini diam sejenak.

"Vin?"

"Oke, aku terima semua penjelasan dan permintaanmu untuk berbaikan kembali. Lagipula di sini kita sudah tidak bisa menjadi rival, harus bekerja sama sebagai rekan tim."

Liam terlihat lega akan ucapan Vini, "Terima kasih ya."

"Aku mau tanya."

"Apa?"

"Kenapa di awal ketemu di sini, kamu berlagak sok baik-baik saja?"

Liam memasang cengiran, "Aku hanya berharap saat itu kamu sudah tidak marah, ternyata aku salah."

Vini berdecak sekilas, "Ya sudah," Vini berdiri dari kursi, "Aku mau makan malam, yang lain pasti udah menunggu."

"Ayo," Liam ikut berdiri, "Aku juga mau makan malam."

Vini mengangguk. Keduanya berjalan bersisian menuju kantin.

Arsha dan Jessy menatap bingung Liam dan Vini yang bisa duduk bersamaan bergabung dengan mereka tanpa ribut. Padahal keduanya masih ingat bagaimana cerita Jo mengenai keduanya siang tadi di ruang latihan.

"Kalian sudah berbaikan?" Tanya Jo mewakili pikiran kedua temannya.

"Begitulah," Vini mengangguk sekilas.

"Kalian sudah makan?" Tanya Liam.

"Belum," Jawab Jessy, "Tadi baru makan sedikit roti sambil menunggu Vini untuk makan bersama."

Vini tersenyum pada Jessy, "Terima kasih ya Jes."

"Anytime cantik," Jessy mengerling sekilas.

"Kalau begitu, aku yang akan bawakan makan malam kalian. Hitung-hitung merayakan berbaikannya aku dan Vini."

"Biar kubantu," Jo berdiri di tempatnya, mengajak Liam beranjak sejenak.

"Kayaknya bahagia banget dia bisa baikan denganmu Vin, memangnya apa masalah yang ada di antara kalian?" Tanya Arsha.

"Hanya sedikit masalah yang membuat kesal. Tapi sudah selesai karena ternyata salah paham. Tidak perlu dibahas, itu cuma masa lalu."

"Memangnya sejak kapan kalian saling kenal?" Tanya Jessy.

"Sejak kecil hingga akhir Sekolah Menengah Pertama." Jawab Vini.

Kembalinya Liam dan Jo yang membawa makan malam mereka membuat obrolan mengenai Vini dan Liam harus ditutup.

•••