Chereads / Our Secret / Chapter 2 - Teman Baru

Chapter 2 - Teman Baru

"Selamat pagi semuanya," Sapa pria itu dengan suara berwibawa.

"Pagi!" Jawab semuanya termasuk Vini dan Vino.

"Selamat datang kepada kalian semua para siswa terpilih untuk berada di tempat ini. Terlebih dahulu perkenalkan saya James, pemimpin di sini. Mungkin kalian ada yang bingung mengapa hanya ada kalian di sini, maka saya akan menjawab bahwa kalian adalah siswa-siswi terpilih yang akan kami latih menjadi seorang agen yang hebat."

Semua yang berada di ruangan tersebut terkejut termasuk Vini dan Vino yang masih belum terlalu paham akan apa yang terjadi. Keduanya saling berpandangan sekilas.

"Kalian akan saya jadikan bagian dari agensi rahasia yang saya pimpin, sesungguhnya tempat ini bukan merupakan sebuah kampus namun markas agensi. Beberapa hal kami tambahkan untuk menyambut kalian. Saat ini agen aktif yang ada disini ada dua tim, dan adanya kalian di tempat ini karena saya memerlukan tambahan agen berbakat. Kalian akan menerima banyak pelatihan sebelum terjun langsung ke lapangan. Kami memilih kalian setelah mengadaka banyak seleksi dan saya yakin kalian tidak keberatan untuk bergabung, apakah saya benar?"

Tidak ada yang menjawab, semua masih fokus pada kebingungan sambil mendengarkan ucapan James.

"Atau mungkin ada yang keberatan untuk masuk ke sini?" James menyapukan tatapan ke seisi ruangan, menatap para anak-anak muda di hadapannya.

Dan lagi tidak ada yang menjawab.

"Baiklah, saya anggap kalian menerimanya. Setelah dari sini, kalian bisa mengambil kunci ruangan. Staff akan menunjukan arah menuju asrama laki-laki dan perempuan, kalian bisa beristirahat terlebih dahulu. Untuk jadwal kalian, sore nanti dapat di lihat di beberapa papan pengumuman yang tersedia. Mungkin sampai di sini dulu yang bisa saya sampaikan, selanjutnya akan ditambahkan oleh para staff pengajar dan pelatih kalian nantinya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih."

James menuruni panggung dan pergi meninggalkan aula. Para siswa mulai sedikit gaduh setelah James pergi. Banyak yang masih bingung dan belum paham akan situasi. Ini adalah hal yang membuat mereka cukup terkejut.

"Agen rahasia maksudnya mata-mata Vin?" Vini memegang pergelangan tangan Vino.

"Aku rasa begitu."

"Tapi kenapa kita bisa di sini? Jadi maksud undangan itu adalah kita semua yang di sini bukan untuk kuliah tapi dijadikan agen rahasia?"

"Dari apa yang kita dengar tadi, sepertinya memang sesuai dengan yang kamu katakan barusan."

"Aku masih bingung, sungguh, agen rahasia lho Vin!"

Vino mengusap lembut puncak kepala Vini, "Tenang aja, kita pelan-pelan pahaminya."

Vini mengangguk. Seorang staff masuk ke dalam ruang aula dan membagikan kunci kamar serta menunjukkan letak asrama.

Sambil menarik kopernya, Vini serta beberapa gadis memasuki area asrama putri. Meski dalam satu kamar namun semua memegang kunci kamar masing-masing. Maka dalam satu kamar ada lebih dari satu kunci untuk masuk.

Saat membuka pintu, Vini terkagum akan keadaan kamar yang terlihat sangat nyaman. Dengan dominan warna peach, ada empat tempat tidur. Kamarnya juga cukup luas untuk di tempati empat orang. Kamar mandi tersedia serta walk in closet untuk meletakkan pakaian dan barang-barang mereka.

Setiap tempat tidur memiliki nakas dan lampu tidur masing-masing. Di asrama putri hanya ada satu kamar saja dan jumlah tempat tidurnya sesuai jumlah gadis yang datang. Sudah dapat ditebak jika ini semua memang telah direncanakan.

Untuk saat ini Vini ingin beristirahat, melupakan sejenak mengenai situasi yang sedang dihadapinya.

"Wah, bagus banget nih kamar!"

Vini menoleh pada pintu masuk, seorang gadis berambut panjang sedikit ikal menarik kopernya masuk ke dalam kamar. Vini sudah menempati terlebih dahulu tempat tidurnya di dekat jendela yang menyuguhkan pemandangan hutan di belakang gedung.

Di belakang gadis itu ada dua gadis lain yang juga muncul. Yang satu berambut pendek dan yang satunya berambut panjang diikat ekor kuda.

"Hai! Nama kamu siapa?" Tanya gadis berambut ikal pada Vini.

"Davini, panggil aja Vini."

"Oke Vini, aku Jessy, kalau kalian?" Tanyanya pada dua gadis lainnya.

"Joana, kalian bisa panggil aku Jo." Jawab si rambut pendek.

"Arsha," Jawab si rambut ekor kuda.

"Salam kenal ya semuanya!" Ucap Jessy diangguki yang lain.

"Semoga kita bisa kerjasama," Imbuh Jo.

"Aku masih bingung," Ucap Vini menatap para rekan sekamarnya.

"Sejujurnya aku juga, tapi mulai sedikit paham." Arsha mengurut dagu.

"Intinya undangan itu hanya agar kita mau datang ke sini," Ujar Jo, "Dengan judul kuliah beasiswa penuh serta fasilitas nyaman, memangnya siapa yang tidak tertarik?"

Vini mengangguk, "Tapi kenapa kita yang dipilih?"

"Ibuku pernah bekerja dengan Mr. James, namun beliau berhenti setelah menikah dengan Ayahku. Aku baru mendapat cerita ini sehari sebelum keberangkatan ke sini." Terang Arsha.

"Ayahku juga begitu," Timpal Jo.

"Begitupula Papaku," Tambah Jessy. Lalu ketiganya menatap Vini.

"A-Aku engga tau, kedua orang tuaku udah pergi saat aku dan kakakku masih berusia lima tahun. Dan aku yakin tanteku bukan agen rahasia karena kami sudah tinggal dengannya sejak sebelum menikah."

Jo mengangguk paham, "Mungkin kedua orang tuamu sama seperti orang tua kami."

"Aku masih belum tau," Vini memasang wajah muram.

"Mungkin saja kita yang dipilih di sini karena hubungan dekat Mr. James dan orang tua kita." Terka Arsha. Jo dan Jessy mengangguk bersamaan.

"Oh ya, aku lihat tadi laki-laki yang bersamamu di aula Vini," Jo mengganti topik, "Apa itu kakakmu? Kalian kembar?"

Vini mengangguk, "Iya bener."

"Wah! Senang ya punya saudara kembar, aku kadang ingin juga setiap lihat teman yang memiliki kembaran," Arsha memegang kedua pipinya, memasang senyuman.

Vini terkekeh, "Ya ada enaknya dan tidaknya, sama saja seperti memiliki kakak atau adik yang tidak seumuran."

Arsha mengangguk mengerti, "Yah bedanya saudara kembarmu memiliki usia dan hari lahir yang sama."

"Jadi kalau ulang tahun bisa tiup lilin bareng!" Ucap Jessy.

Vini terkekeh, "Iya, kalian bener."

"Kalau gitu," Jo berdiri dari tempat tidurnya, "Aku mau mandi dulu, kalau kalian?"

"Aku mau menyusun pakaian ke lemari dulu." Jawab Vini.

"Aku juga," Jessy dan Arsha menjawab bersamaan.

"Oke, aku akan beres-beres setelah mandi, kita bergantian."

Semua mengangguk dan mulai melakukan kegiatan.

Setelah beres-beres dan mandi, Vini kembali ke kasurnya untuk berbaring sejenak. Banyak yang ia pikirkan di otaknya, tentang misteri hilangnya kedua orang tuanya dan beberapa kemungkinan-kemungkinan penyebabnya serta tempat ini, yang ternyata bukan sebuah kampus pada umumnya. Namun Vini tidak berniat untuk pergi, ia masih penasaran akan apa saja yang mungkin ia dapatkan di sini.

Jika orang tuanya berhubungan dengan semua ini, maka dirinya bisa saja suatu hari nanti mendapat kabar dari orang tuanya. Apapun itu, ia sudah siap untuk menerinya.

...