Chereads / Little Clover / Chapter 3 - 3. Aneh

Chapter 3 - 3. Aneh

"Rissa! bangun! sudah pagi!"

Pagi hari sekitar pukul 6 dini, suara teriakan menggema ke seluruh rumah rissa. Rissa yang masih terlelap mendecak sebal karena teriakan ibunya ia menaikkan selimutnya untuk menutup wajahnya.

"Iya iya sebentar ma! 5 menit lagi!" Balas rissa sambil mengubah posisi tidurnya.

'cklek'

"Rissa!Bangun gak?! mama siram air nih?!" Ancam ibunya.

Karena ancaman tersebut, terpaksa rissa bangun. Ia mengusap matanya sambil menguap mengantuk.

"Iya iya ma ini rissa bangun, ada apa sih ma? pagi pagi rissa udah dibangunin" Tanya rissa.

"Sekolah lah, masa mau ngamen. Cepat siap siap, dibawah ada tamu" Ucap ibunya lalu menghilang dibalik pintu.

"Tamu? siapa coba yang bertamu sepagi ini menggangu saja. Ahh udah lah gue siap siap aja" Gerutu rissa yang segera beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah cukup lama bersiap siap, rissa sudah selesai. Ia melangkah keluar dari kamarnya untuk turun ke lantai satu, sekaligus sarapan dan menyapa tamu yang datang.

"Pagi ma-eh?"

Ucapa rissa terpotong ketika ia melihat seseorang yang familiar bagi dirinya sedang duduk dimeja makan bersama ayah dan ibunya.

"Rissa sini nak, ada rion nih" Titah sang ibu.

Rissa melangkah gugup dan duduk disebelah rion yang merupakan kursi yang tersisa, ia menatap heran kedua orang tuanya, juga rion.

"Hari ini rion ikut sarapan sama kita ya, soalnya mamanya ga sempat masak. Kebetulan kalian juga satu sekolah, udah saling kenal juga jadi santai aja" Jelas ayah rissa.

Rissa hanya mengangguk kaku, selama sarapan ia hanya berdiam diri dan tidak berbicara sama sekali. Ayah dan ibunya sibuk berbincang bersama rion entah hal apa saja yang mereka bicarakan.

"Rion, kamu bisa sekalian antar rissa ke sekolah kan?"

"Bisa kok tan"

"Makasih ya rion, rissa nanti berangkat sama rion ya"

"I-iya ma"

Tidak lama kemudian, acara sarapan telah selesai. Rissa dan rion sudah bersiap siap untuk berangkat, mereka sedang berpamitan dengan ayah dan ibu rissa.

"Ma, pa rissa berangkat dulu ya" Pamit rissa.

"Tante, om saya berangkat ya" Pamit rion.

"Iya, hati hati. Rion jagain rissa ya" Pesan ibu rissa.

"Iya tan, pasti"

Rissa dan rion melangkah keluar rumah, rion mulai menstarter motornya. Ia menyerahkan helm tambahan kepada rissa, sementara rissa hanya cengo menatap helm didepannya dengan tatapan kosong dan kebingungan.

"Ambil" Ucap rion yang sudah cukup lama mengulurkan tangannya.

"E-eh maaf, ok"

Rissa menerima helm pemberian rion lalu memasangkan benda tersebut ke kepalanya. Kemudian ia naik ke atas jok motor tersebut, tangannya bertumpu pada pundak pemuda tersebut.

"Pegangan yang bener dong" Ucap rion.

"Hah? kan ini udah pegangan" Tanya rissa kebingungan.

"Maksudnya kaya gini"

Rion membenarkan posisi tangan rissa yang berada diatas pundaknya menjadi melingkar di pinggangnya yang sukses membuat wajah rissa merah padam.

"Udah ya"

Rion dan rissa meninggalkan halaman rumah rissa.

***

Retha dan hana menatap rissa dengan sedikit terkejut ketika rissa baru saja datang bersama rion. Saat masuk ke kelas, rissa langsung berpisah dengan rion.

"Lo tumben bareng rion?" Tanya retha.

"E-eh em... itu tadi gak sengaja ketemu aja jadi y-ya barengan hehehe" Jawab rissa menghindari tatapan kedua sahabatnya, ia kembali gugup.

"Masa? gue ngak percaya, jangan jangan kalian berangkat bareng" Tebak retha menatap rissa sambil menaik turun kan alisnya.

"N-ngak kok"

"Ok kalo begitu"

Sekarang gantian lah retha dan rissa yang menatap hana bingung, karena sedari tadi gadis itu hanya diam saja dan tidak berbicara. Sangat aneh bagi retha dan rissa melihat hana tidak berbicara.

"Hana, lo ngak apa apa kan? kok diem terus?" Tanya retha pelan.

"Hm? ah ngak apa apa, kenapa?" Tanya hana balik.

"Lo aneh banget dari kemarin soalnya" Kata rissa

"A-aneh gimana?"

"Lo ngak banyak berbicara kaya biasanya, lagi ada masalah?" Tanya retha lagi.

Hana menggelengkan kepalanya.

"Gue ngak apa apa kok, serius. Kalian jangan khawatir" Kata hana.

Perasaan ragu tersirat pada retha dan rissa.

***

'Krriiinggg...'

Bel makan siang berbunyi, murid murid berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin atau sekedar bermain bola basket di lapangan.

"Ris, na ngantin yuk" Ajak retha membereskan buku tulisnya.

"Ayok" Balas rissa, hana hanya mengangguk.

Kantin...

"Ris, pesenin ya" Pinta retha.

"Iya iya, gue lagi baik nih. Mau pesen apa?" Tanya rissa.

"Gue jus jeruk aja" Jawab hana singkat.

"Lo serius na? memang lo cukup minum itu doang? ngak laper?" Tanya retha bertubi tubi.

Hana hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Gue ngak laper" Kata hana.

"Tapi biasanya lo pesen makan, lo bertingkah aneh banget sejak kemarin serius" Kata rissa menatap hana dalam, ia merasa ada sesuatu dengan hana.

"Bertingkah aneh gimana? gue biasa aja kok, sudah cepet pesen. Keburu waktu makan siang habis" Hana menjawab dengan ketus ia sibuk memainkan ponselnya tanpa memperdulikan tatapan terkejut retha dan rissa.

"O-ok"

Rissa berjalan meninggalkan meja, dijalan ia berpikir sebenarnya apa yang terjadi dengan hana? mengapa ia bertingkah aneh akhir akhir ini?

"Pak saya pesan siomay 2 bungkus dan 2 air mineral juga 1 jus jeruk"

"Baik, totalnya 50 ribu"

Rissa membayar dengan uang patungan bersama teman temannya, sambil menunggu pesanannya selesai ia menatap retha yang ternyata menatapnya juga dari meja, mereka berbicara dengan bertelepati.

'Ada yang salah dengan hana, dia bertingkah aneh akhir akhir ini' Rissa membuka komunikasi.

'Memang, sebenarnya apa yang terjadi dengannya?'

'Gue juga ngak tahu tiba tiba saja dia seperti itu'

'Sepertinya dia ada masalah? firasatku berkata ada sesuatu yang ia sembunyikan dari kita'

'Firasatku juga berkata seperti itu'

'Bagaimana jika kita mencari tahu?'

'Jangan, biar saja. Suatu saat ia pasti akan menceritakannya ke kita'

"Dek, ini pesanannya"

Pembicaraan retha dan rissa secara tidak langsung terpotong karena sebuah suara.

"Terima kasih pak"

"Sama sama"

Setelah mengambil pesanan ia kembali ke meja dimana retha dan hana menunggu.

"Ini makanannya"

Hana menyeruput jus jeruknya sambil bermain ponselnya tanpa mempedulikan sekitar, ia asik dengan dunianya sendiri dan mengabaikan retha dan rissa.

"Dia lebih sering menghabiskan waktu dengan ponselnya, ini benar benar tidak biasa" Ucap retha berbisik kepada rissa. Rissa sendiri hanya mengangguk dan memakan siomaynya.

***

"Kok lo ngak bilang bilang sih kalo tetanggaan sama rion?" Tanya retha saat sudah dikelas, tempat duduk mereka terpisah dengan rion.

"Hehehe maaf, g-gue lupa" Jawab rissa.

"Beneran lupa nih?"

"I-iya kok"

"Hahaha, santai atuh mukanya" Retha terkekeh.

"Gue duluan ya, gojek udah di depan" Pamit hana tanpa aba aba, ia langsung meninggalkan retha dan rissa begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.

"Hana kenapa sih? sebenarnya dia kenapa? gue bingung melihat sikap dia aneh" Keluh retha.

"Sama, tapi sabar aja. Mungkin dia lagi badmood atau lagi ada masalah, semoga dia cerita ke kita secepatnya" Kata rissa tenang.

Retha hanya mengangguk.

"Lo pulang sama siapa?" Tanya retha.

"Gojek, lagi mau pesen" Jawab rissa mengeluarkan ponselnya untuk memesan gojek online tersebut.

"Ok, gue duluan juga ya. Ayah gue udah nunggu di depan" Pamit retha.

"Ok, bye tha hati hati" Pesan rissa sebelum retha pergi.

"Lo juga hati hati sendiri"

Rissa mengangguk saat retha mulai menjauh, ia sendirian sekarang. Ia hendak memesan gojek namun tidak jadi karena sebuah suara yang mengejutkannya dari belakang.

"Rissa"

Rissa menoleh dan mendapati rion di belakangnya sedang menatap dirinya.

"Rion? ada apa?" Tanya rissa.

"Belum pulang?" Tanya rion.

"Ini lagi pesan gojek, lo sendiri?"

"Hm baru mau pulang terus liat lo jadi gue samperin, mau bareng aja ngak? kan kebetulan kita tetanggan jadi gampang antar jemput" Tawar rion.

"Tapi ngak ngerepotin kan?"

"Ngak kok"

"Ok gue bareng lo"

"Sip, tunggu sebentar ya. Gue ambil motor dulu"

Rissa mengangguk sementara rion pergi untuk mengambil motornya. Tidak lama kemudian, rion datang dengan motornya dan menyerahkan helm tambahan kepada rissa. Rissa menerimanya dan memasangkan helm tersebut ke kepalanya lalu naik ke jok belakang. Setelah itu mereka meninggalkan sekolah.