Ternyata netta alias sahabat masa kecil juga ikut pindah sekolah ke sekolah mereka. Netta bergabung dengan grup mereka yang terdiri dari netta, rissa, retha, hana, arvin, rion, nathan, dan axelle.
"Oh ya, net kenalan dulu sama yang lain" Titah rissa.
"Ah iya, nama gue Vanetta Zeraine sahabat rion salam kenal semuanya" Ucap netta memperkenalkan diri.
"Salam kenal dan selamat datang, gue Aretha Christine Amoreiza panggil retha aja"
"Hi gue Hannah riona"
"Gue Arvin Dylan Alvaro"
"Gue Nathan immanuel"
"Dan gue Axelle Damian Evano"
Netta tersenyum kepada teman teman barunya.
"Terima kasih sudah nerima gue" Ucap netta.
Dan dari situ netta bersahabat dengan mereka.
***
"Kantin?"
"Pasti!"
Mereka bersembilan berbondong bondong berjalan ke kantin, dan duduk disalah satu meja besar karena anggota mereka yang banyak.
"Siapa yang bergiliran untuk memesan?" Tanya retha.
Tidak ada yang menjawab, karena memesan makan untuk mereka semua memerlukan energi yang banyak. Terutama hana yang hobi untuk makan.
"Lo aja sono" Suruh hana, sontak retha menggeleng kuat.
"Ngak mau!" Tolak retha.
"Udah pesan ayo lah" Bujuk rissa.
"Ngak mau! kalian makannya banyak!" Tolak retha lagi.
"Yaudah gue aja" Akhirnya rissa menyerahkan diri dan beranjak dari tempat duduknya.
"Gue ikut" Rion juga ikut berdiri.
Akhirnya pasangan itu pergi untuk memesan makanan.
"Lo pindah darimana net?" Tanya hana.
"Itu, gue dulu tetanggan sama rion tapi rion pindah hehe. Eh terus ketemu lagi disini, sebenarnya kemarin di mall sih" Jelas netta.
"Ohh gitu"
Netta berbincang dengan mereka sembari mengakrabkan diri.
***
Mendengar kabar bahwa orang yang kita sukai berkencan dengan orang lain memang sangat sakit, ya sama seperti netta sekarang. Diam diam dirinya menyimpan perasaan lebih kepada sahabatnya masa kecil.
Dan sakit saat ia mendengar bahwa rion telah memiliki seorang kekasih.
Sekarang dirinya sedang menyendiri dikursi rooftop sambil merenung, matanya menatap sana sini mengawasi keadaan sekitar. Sekarang seharusnya ia berada dikelas namun kakinya malah melangkah ke tempat ini.
"Udah 10 tahun sejak nyimpen perasaan ini" Gumamnya sambil menghela nafas.
"Netta? ngapain disini?" Sebuah mengintrupsinya sekaligus mengagetkannya.
Netta menoleh dan menemukan rion disebelahnya sambil menatapnya bingung.
"Eh rion? kok disini?" Tanya netta balik.
"Gue nanya dijawab dong, malah nanya balik" Ujar rion terkekeh, mendudukan diri disebelah netta yang membuat cewe itu mendadak gugup padahal mereka sudah terbiasa.
"Oh itu, gue lagi males masuk kelas. Jadinya kesini deh hehe, lo sendiri?"
"Gue nyadar lo ngak ada dikelas jadi gue izin ke toilet sekalian nyari lo, taunya disini. Baru pertama kali ngeliat lo bolos, lo biasanya bukan tipe yang suka bolos" Kata rion.
"Hehehehe, lo ngak mau balik ke kelas?"
"Gue juga lagi males ke kelas sih, jadi kenapa ngak disini aja? sekalian nemenin lo bolos, kita udah jarang punya quality time kaya gini semenjak gue pindah rumah"
"Haha iya sih, dulu kan kita sering banget main bareng. Inget ngak yang pas kita masih sama sama umur 8 tahun? sama sama masih bocah, main monopoli, kelereng, petak umpet, ular tangga, banyak lagi deh. Sampe sampe lo ngak mau pulang terus nangis nangis ke emak lu" Netta tertawa mengingat masa kecil mereka.
"Hahahaha masih inget aja, namanya masih bocah" Kata rion tertawa.
"Inget juga ngak yang pas lo mau ngajarin gue naik sepeda tapi malah berakhir lo jatoh ke selokan abis itu ditolong sama tetangga, mau dibersihin lukanya tapi lo malah lari takut"
"Hahahahahahaha" Mereka tertawa bersama mengenang masa kecil mereka yang penuh warna. Dan sejujurnya dilubuk hati mereka yang paling dalam mereka ingin kembali dan mengulang masa masa itu.
***
Lagi lagi netta berjalan sendirian di lorong sekolah, ia beralasan kepada yang lain untuk membaca buku di perpustakaan. Entahlah ia hanya ingin sendiri untuk hari ini, sesampainya diperpustakaan ia berjalan menyusuri rak buku untuk mencari buku yang menarik bagi dirinya.
Setelah dirasa dapat ia berbalik untuk mencari meja, namun sesuatu tidak sengaja terjatuh dari salah satu kantung tas nya.
'Kling'
Netta menoleh kebawah lebih tepatnya ke asal suara tersebut, dahinya mengernyit melihat sebuah benda bulat seperti gelang. Ia memungut benda itu, ya benar itu adalah sebuah gelang. Gelang berwarna pink yang dihiasi dengan berbagai pernak pernik tersebut menarik perhatiannya.
"Bagus juga, tapi punya siapa ya?" Gumamnya.
Lalu ia menyadari bahwa gelang tersebut terdapat nama pemiliknya dibagian tengah, dengan ukiran emas tersebut.
'Netta'
"Ini punya gue?" Netta mendadak bingung ia mencoba mengingat dimana ia membeli gelang ini.
Sebuah memori terlintas dipikirannya, saat ia dan rion berumur 11 tahun ia membeli dua gelang yang sama namun warna yang berbeda. Berarti ini adalah gelang persahabatan dirinya dengan rion?
"Ah gue kangen gelang ini" Ujarnya memeluk gelang itu.
Ia melepasnya saat berumur 13 tahun dan menyimpannya sampai sekarang.
***
Sementara disisi lain, hal yang sama terjadi pada rion. Cowo itu sudah pulang ke rumahnya lebih awal, saat ia duduk didepan meja belajarnya ia bingung ketika ia menemukan gelang berwarna biru cerah dengan ukiran emas ditengahnya dan tertulis namanya disitu.
"Ini gelang punya gue?" Gumam rion, ia mencoba mengingat dimana ia membeli gelang ini.
"Gue simpen dulu aja kali"
Rion menyimpan kembali gelang miliknya yang tidak ia kenali, ia membuka ponselnya. Ketika ia asik mengescroll timeline instagram miliknya sebuah post milik netta membuatnya heran. Netta mempost foto gelang yang sama persis dengan miliknya hanya berbeda warna.
"Netta juga punya?" gumam rion.
Sebenarnya gelang apa itu? akhirnya karena penasaran ia mengechat netta.
Me : Netta?
Netta : iya?
Me : Itu mau nanya boleh?
Netta : Boleh, ada apa?
Me : Gelang di post an lu, punya lu?
Netta : Hmm iya, kenapa?
Me : Emm, gue punya gelang yang sama kaya itu
Netta : Oh ya?
Me : Iya, kalo boleh tahu ini gelang apa ya? kok bisa samaan?
Netta : Lo lupa? Ini gelang persahabatan kita, yang dulu lo kasih....
Me : hah? iya...
Netta : Lo beneran lupa?
Me : Maaf net, gue ngak bermaksud kaya gitu
Netta : Terserah
Me : Net, jangan marah maafin gue
Rion menghela nafas kasar chat terakhirnya hanya dibaca oleh cewe itu sedangkan cewe itu langsung offline. Jujur ia merasa bersalah karena lupa, ia menatap gelang itu sendu. Dan bertepatan sebuah memori terputar dikepalanya dimana ia memberikan gelang itu kepada netta.
***
Netta masih disekolah, ia mempercepat langkahnya untuk keluar sekolah sebelum air bening itu jatuh dan membasahi pipinya. Hingga ia sampai dihalte dekat sekolah, air matanya langsung bercucuran ia menangis dengan diam.
Ia merasa kecewa karena rion lupa dengan semuanya. Jika ia tidak bisa berjodoh dengan rion setidaknya ia masih bisa bersahabat dengannya.
"Netta?"
Tiba tiba seseorang memanggilnya, netta mendongakkan sedikit kepalanya dan memperlihatkan wajahnya yang sembab.
"Arvin? lo ngapain disini?" Tanya netta.
Bukannya menjawab cowo itu malah mendudukan diri disebelah netta dan memberikan sebuah sapu tangan.
"Harusnya gue yang nanya, lo kenapa? kenapa nangis dihalte?" Tanya arvin.
"Eh gak apa apa kok tadi gue kelilipan doang" Jawab netta berbohong. Arvin hanya tersenyum paksa, dirinya tahu bahwa netta berbohong.
"Gue tahu lo bohong, lo ngak pinter bohong btw. Kalo ngak mau cerita ngak apa apa, gue ngak maksa kok" Ucap Arvin lembut.
"Lo laper pasti, yuk makan" Ajak arvin.
"Hah?" Netta hanya membeo tidak mengerti, arvin langsung menarik tangan netta.
"Udah jangan hah hih huh heh hoh, naik cepet" Perintah Arvin.
Mau tak mau, netta naik ke atas motor arvin dan mereka pergi ke suatu tempat yang entah kemana.