"Katanya ngak percaya, tapi kok digantung"
Rissa yang sedang menyantap sarapannya melirik sang ibu yang baru saja menyindirnya, ia hanya memasang tatapan datarnya.
"Ya kan rissa penasaran ma" Balas rissa seadanya.
"Masa? tumben banget, biasanya kalo udah ngak percaya ya ngak bakal percaya seterusnya"
"Terserah mama aja deh"
Setelah menghabiskan makanannya dengan cepat, ia menaruh piring bekas tersebut ke wastafel dapurnya lalu mengambil tas nya dan memakai sepatu.
"Ma, pa rissa berangkat ya" Pamit rissa setelah selesai mengikat sepatunya.
"Iya, oh iya sebentar rissa" Ibunya menenteng sesuatu dengan kedua tangannya membuat rissa bingung.
"Kenapa ma?" Tanya rissa.
"Ini, tolong kasih ini ke tetangga sebelah kita ya. Soalnya kita ada tetangga baru" Ucap ibunya memberikan rissa sebuah bingkisan berisi cookies.
"Oh ya? Siapa?" Tanya rissa penasaran.
"Ada deh pokoknya, baru pindah 2 hari yang lalu. Udah sana kasih keburu kamu telat juga"
"Ok ma"
Rissa berjalan keluar rumahnya, ia meminta pengemudi gojek tersebut untuk menunggu. Ia mengetuk pintu milik tetangganya, perasaannya sedikit gugup karena bertemu orang baru yang merupakan tetangganya.
'Tok..Tok..Tok..'
'cklek'
"Selamat pagi tante, nama saya charissa ordelia tetangga sebelah tante" Sapa rissa tersenyum sopan kepada wanita paruh baya didepannya.
"Ahh tetangga baru, selamat pagi nak" Balas wanita tersebut tersenyum hangat.
"Ini tante, ibu saya ada bingkisan cookies untuk tante" Rissa menyerahkan bingkisan tersebut.
"Terima kasih banyak nak, sampaikan salam kepada ibumu juga ya nak"
"Iya tante, kalau begitu saya pamit" Pamit rissa.
"Iya nak hati hati ya"
Setelah memberikan bingkisan ibunya, rissa langsung berangkat ke sekolahnya dengan gojek yang sudah ia pesan tadi.
***
"Jadi gimana ris? udah ada yang datang ke rumah lu?" Tanya retha dari kursinya didepan rissa.
"Belum lah, mana mungkin secepat itu" Jawab rissa.
"Oh, kirain udah" Kata retha.
"Jadi lu beneran gantung depan rumah ris?" Tanya hana tidak percaya menatap rissa.
"Iya" Jawab rissa singkat.
"Wah, kabarin ya kalo udah ada yang datang" Kata hana meledek rissa.
"Hm" Rissa hanya mendeham.
Pikirannya masih bertanya tanya tentang mitos tersebut, apakah itu nyata? pikirnya.
***
'Tok...Tok...Tok...'
Ditengah tengah pelajaran, tiba tiba saja seseorang mengetuk pintu. Membuat seluruh kelas menoleh ke arah pintu.
"Masuk" Jawab guru yang mengajar, bu lina.
'cklek'
Pintu terbuka menampilkan seorang laki laki yang tampak kecapaian seperti habis berlari.
"Permisi bu, maaf saya telat" Ucap lelaki itu sambil menyalimi bu lina, sementara bu lina menatap tajam murid tersebut. Satu kelas menatap bingung ke arahnya, beberapa diantaranya ada yang berbisik membicarakan sosok asing tersebut.
"Baru pertama masuk saja kamu sudah telat. Lain kali jangan telat atau saya tidak akan segan memberikan mu hukuman, mengerti?" Tanya bu lina.
"M-mengerti bu"
"Baik, silahkan perkenalkan dirimu"
"Baik bu. Selamat pagi semuanya, nama saya Arion Madiva Pradapa, kalian bisa memanggil saya rion. Saya pindahan dari SMA yellowstone"
"Kamu boleh duduk sekarang"
"Terima kasih bu"
Murid baru tersebut duduk bersama dengan seorang lelaki yang merupakan teman sebangku barunya, rissa menatap lelaki tersebut.
"Hei! kenapa ngeliatin?"
Lamunannya dibuyarkan oleh hana yang melambaikan tangannya didepan wajahnya.
"Ngeliatin terus nih, cie" Retha menyambar sambil meledek rissa.
"Apa?" Ketus rissa.
"Galak amat, hehehe"
"Hm"
Rissa tidak mempedulikan ledekan dan ocehan kedua sahabatnya, ia hanya merasa janggal dengan murid baru tersebut seperti ada sesuatu. Namun rissa menepis pikiran tersebut jauh jauh, ia pikir itu hanya perasaannya saja.
***
"Na, kok ngelamun terus. Kenapa?" Tanya retha kepada hana.
"H-hah? Ngak kenapa kenapa kok" Jawab hana pelan.
"Yakin? lo bersikap aneh semenjak awal istirahat" Tutur retha menatap hana aneh.
"Gue beneran ngak apa apa kok" Balas hana lagi sambil tersenyum kecil.
"Yaudah, tapi tolong kalau ada masalah cerita ya" Rissa membuka suara.
"Iya, pasti kok"
Sementara hana melanjutkan aktivitas makan siangnya, retha dan rissa berbicara menggunakan bahasa wajah atau bertelepati. Mereka hanya sedikit heran dengan perubahan sikap hana semenjak istirahat dimulai.
***
"Terima kasih ya pak, ini uangnya. Ambil saja kembaliannya"
Rissa baru saja sampai didepan rumahnya, ia membayar gojek yang ditumpanginya.
"Terima kasih juga dek" Kata sang bapak gojek.
Setelah gojek tersebut pergi, rissa masuk ke rumahnya. Namun saat membuka pintu ia terkejut dengan kehadiran sesosok orang yang dikenalnya.
"R-rion?" Panggil rissa terkejut.
Sementara yang merasa dipanggil menoleh dan terkejut melihat rissa, mereka saling bertatapan selama beberapa detik. Lalu rissa memutuskan kontak mata mereka dan membuang wajah ke sembarang arah.
"Eh rissa, udah pulang. Ada tamu nih, anak dari tetangga baru kita" Ucap ibunya sambil tersenyum menyambut rissa.
"E-eh iya ma" Rissa tersenyum canggung dan mendudukan diri disebelah ibunya.
"Sini, kenalan dulu"
"I-iya ma, n-nama gue charissa ordelia. P-panggil rissa aja" Rissa memperkenalkan dirinya sedikit gugup.
"Iya, eh lu bukannya yang sekelas sama gue ya?" Tanya rion memperhatikan rissa.
"Hm, i-iya"
"Oh berarti lu udah kenal gue dong?" Tebak rion.
"Iya"
"Oh kalian sudah saling kenal, kalian satu kelas?" Tanya ibu rissa menatap rissa dan rion bergantian sambil tersenyum.
"Iya tante" Jawab rion.
"Gitu, bagus deh"
Rissa mengobrol ringan bersama dengan rion dan ibunya.
'Belum ada yang pernah ke rumah gue selain papa gue dan sepupu gue, berarti...ngak ngak ngak mungkin' Batin rissa.
Tidak lama kemudian, rion beranjak dari tempat duduknya.
"Tante, rissa saya pulang dulu ya sudah sore" Pamit rion.
"Oh iya, rissa tolong antarkan rion keluar ya"
"O-ok ma"
Rissa hanya mengangguk, padahal jantungnya berdegup kencang.
"Gue pamit dulu ya ris" Ucap rion sebelum berjalan menjauh sambil tersenyum menatap rissa.
"I-iya"
Rissa masuk kembali ke dalam rumahnya dengan wajah yang merah padam. Ibunya yang menyadari perubahan wajah rissa meledeknya.
"Cie, mukanya kenapa merah? abis ketemu jodoh ya?" Ledek ibunya.
"Ihh apasih ma"
"Hayo, hahahaha mama sih setuju setuju aja"
"Setuju apa?" Tanya rissa bingung.
"Setuju kalo kamu beneran sama rion"
"Mama!" Teriak rissa malu lalu berlari masuk ke kamarnya.
"Hahahaha" Ibunya hanya tertawa melihat putri semata wayangnya.
Rissa berjalan ke kamarnya dengan sedikit tergesa, nafasnya sedikit memburu karena gugup. Ia merebahkan diri diatas kasurnya, maniknya menatap langit langit kamarnya. Sementara pikirannya berkalut dengan berbagai macam pertanyaan.
"Apa bener rion bakal jadi jodoh gue?" Batin rissa.
"Selama ini belum ada cowo asing yang dateng ke rumah gue kecuali papa sama sepupu gue, gue gak mau terlalu berharap... aggghhh"
Rissa mengacak rambutnya perasaannya campur aduk.
"Ting!" Tiba tiba saja sebuah pop up notifikasi muncul pada ponselnya, ada sebuah pesan masuk yang berasal dari grup whatsapp.
Hana : Hai, gue bosen nih :(
Retha : Ngak ngerjain tugas?
Hana : Males hehe
Me : Kebiasaan, jangan di biasain na nanti numpuk terus jadi capek sendiri
Hana : Iya, tapi gue nya males banget
Me : Hana...Hana...
Hana : Haha, gimana? mitosnya beneran?
Me : Hm... gimana ya....
Retha : Ada apa?
Me : Tadi saat gue pulang, gue liat rion di rumah gue...
Retha : Hah?! rion??
Me : Iya
Hana : Lo serius?
Me : Gue gak bercanda
Retha : Gue kaget
Hana : Sama
Retha : Berarti rion akan jadi jodoh rissa begitu?
Hana : Entah lah, gue mau makan dulu
Retha : Ok
Me : Tapi belum tentu bener juga mitosnya, liat aja ke depannya gimana
Retha : Ok
Rissa menutup ponselnya setelah membalas pesan pesan teman temannya digrup. Sedari tadi pikiranny masih kalang kabut perihal mitos tersebut, pertanyaan pertanyaan bersarang dikepalanya.
"Apa rion akan bener bener jadi jodoh gue? memangnya dia akan nerima gue? tapi kita baru saja kenal, ngak mungkin kan?"