25 Tahun Yang Lalu
Darren kembali menegakkan kepala dan membuka matanya yang basah. Sudah 10 menit mobilnya melaju dari Volendam, dia memalingkan wajahnya pada PA nya dan menatapnya sejenak. PA Darren pun ikut memandang wajah Darren.
"Trek je het touw omhoog!" (tarik talinya) ujar Darren dengan suara yang lembut namun tegas
"Maar Sir?" (tapi pak?)
"Het nu doen!" (lakukan sekarang)
"Ja, mijnheer." (ya pak) PA Darren langsung menelpon pengawal yang berada di dok pelabuhan tempat David Ashton di lemparkan ke danau untuk kemudian menarik tali yang mengikat tubuh David kembali ke atas. Rupanya Darren berubah pikiran dari hendak membunuh menjadi menyelamatkan.
"Wat iknu moet doen, meneer?" (apa yang harus dilakukan selanjutnya pak?) tanya PA nya lagi meminta petunjuk. Darren terdiam sebentar menutup matanya menghembuskan nafas panjang lalu berkata
"Stuur hem terug naar huis, zodat dat hij nooit meer terug zou komen" (kirim dia pulang, pastikan dia tidak akan pernah kembali) Darren membuang pandangannya ke jendela mobil. PA nya mengangguk. David Ashton dipastikan tidak akan pernah tau seperti apa anaknya karena dia tidak akan bisa mendekat pada siapapun anggota keluarga Alexander terutama Anna.
Rombongan mobil SUV memasuki kawasan mansion The Great Alexandrian, kompleks mansion pribadi milik keluarga Alexander. Turun dari mobil, Darren langsung menuju ke bangunan sebelah utara tempat tinggal Anna. Rumah mereka lebih mirip kastil daripada mansion membuat yang pertama kali datang akan tersesat. Sesampainya ia di lantai 3, Darren melihat Hans berdiri seolah berjaga di depan pintu kamar Anna sambil menyandarkan punggungnya. Dia baru melihat Darren datang ketika Darren telah berada di depannya.
"Wat is er gebeurd?" (apa yang terjadi?) tanya Hans sambil menegakkan tubuhnya. Darren tidak menjawab dan memandang ke arah lain selain wajah kakaknya.
"Aku harus bicara pada Anna, tapi Hans jangan sampai Ayah tau semua ini," ujar Darren dengan wajah cemas pada Kakaknya. Hans ragu tapi kemudian hanya mengangguk dan membiarkan Adiknya masuk ke kamar Anna.
Sampai di dalam, Darren tidak menemukan Anna di ruang utama. Ia melangkahkan kakinya dengan pelan menuju ruang tidur gadis itu. Darren membuka dengan pelan pintu kamar, terlihat Anna duduk di sofa pinggir jendela sambil melihat langit malam. Darren terdiam sejenak melihat adik nya yang cantik. Malam ini tidak cerah, bulan tidak tampak tapi remang cahaya lampu membuat kulit Anna terlihat berkilau. Dari balik rambut panjangnya yang terurai, Anna melihat ke belakang. Wajahnya langsung berubah bahagia ketika melihat Darren. Ia langsung turun dan berlari memeluk Kakaknya. Darren tidak pernah menolak dipeluk Anna. Ia membalas pelukan Anna dan menciumi kepala Anna yang berada di dadanya. Wangi rambut Anna, itu yang akan selalu Darren ingat.
"Kamu darimana saja? Hans bilang kamu bertemu dengan the RED, apa kamu baik baik saja?" tanya Anna tidak melepaskan pelukannya.
"Hhmm" jawab Darren mendehem sambil mengeratkan pelukannya. Anna kemudian mulai merenggangkan pelukan dan menatap mata kakaknya.
"Apa Kakak bertemu dengan David? Dimana dia?" Air muka Darren spontan berubah.
"Kenapa kamu bertanya soal dia? Kenapa kamu mengkhawatirkannya?" tanya Darren dengan nada lembut. Anna mulai menunduk. Darren lalu memegang dagu Anna dengan jari telunjuk sambil jempolnya membelai lembut ujung dagunya.
"Jawab aku, Angel, Apa yang sudah kamu lakukan dengannya?" tanya Darren dengan suara yang makin lembut. Mata Anna mulai berair dan suara isakan mulai terdengar pelan. Matanya terus memandangi Darren yang mulai ikut menangis.
"Aku mengecewakanmu, Kak. Aku membuatmu kecewa, aku minta maaf," jawab Anna sambil menangis. Darren yang tidak tahan langsung memeluk kepala adiknya dan menciuminya. Air mata nya ikut menetes, hatinya hancur mendengar tangisan Anna.
"Apa dia... memperkosamu?" tanya Darren masih memeluk Anna yang masih menangis. Anns menggeleng dalam pelukan Darren.
"Tidak, aku melakukannya karena keinginanku, aku sangat mencintainya. Kami sudah menikah, Kak." Rasanya tanah tempat Darren berpijak runtuh seketika. Dia menutup mata menahan rasa sakit yang menghancurkan hatinya. Ludah pahit getir kenyataan harus ditelan Darren saat Anna mengatakan hal itu. Ia berharap itu adalah kejahatan sehingga Darren memiliki alasan untuk menghancurkan David Ashton. Namun apa jadinya jika ia ternyata malah mencintai David?
Setelah beberapa lama, lalu Darren melepaskan pelukannya namun lengannya masih memeluk tubuh Anna.
"Kamu tidak bisa bersamanya, Ayah tidak akan pernah setuju, kamu tahu itu kan?" ujar Darren masih menahan emosinya. Anna tidak menjawab dan hanya memandang Darren dengan mata coklatnya yang indah.
"Tapi bayi mu butuh seorang Ayah". Sejenak Darren terdiam dan agak ragu mengungkapkan keinginannya.
"Aku yang akan menjadi Ayahnya." Sontak Anna terkejut dan mengernyitkan keningnya.
"Tidak, kamu tidak bisa jadi Ayah bayiku, Kak!" Anna mengeleng keras. Napas Darren makin menderu dan ia pun mengangguk.
"Angel, aku akan menikahimu. Aku jatuh cinta padamu, Sayang," ujar Darren sambil memegang kedua pipi Anna. Mata Anna memandang tidak percaya. Seketikan bulu keudk Anna berdiri mendengar pernyataan cinta sang Kakak. Kepala lalu menggeleng tanda tidak percaya.
"Bagaimana bisa kamu... tidak Kak. Kamu adalah Kakakku, kita tidak bisa..." jawab Anna terbata-bata. Ia tidak percaya bahwa Kakaknya jatuh cinta pada nya. Darren memang bukan kakak kandungnya tapi tetap saja Hans dan Darren adalah kakak-kakaknya.
"Aku hanya ingin David, Kak. Tolong biarkan aku bertemu dengannya!" pinta Anna sambil memelas. Ekspresi Darren berubah seketika. Seolah matanya kini memancarkan aura hitam, dia melepaskan rangkulannya pada Anna dengan pelan. Anna menolaknya, membuang cintanya.
"Kamu takkan bertemu dengannya lagi. Aku akan memberitahukan Ayah jika aku yang sudah menghamilimu, aku akan bertanggung jawab," ujar Darren lagi hendak berbalik keluar kamar.
"Tolong Kak, jangan lakukan ini padaku. Darren... tolong, jangan buat aku seperti ini!" pinta Anna mencoba meraih tangan Darren namun ia keburu keluar dan mengunci pintu ruang tidur Anna dari luar. Anna hanya bisa menangis dan terduduk di depan pintu yang sudah terkunci.
"Kak... jangan kurung aku disini!" Anna makin terisak dan Darren hanya diam saja di luar. Ia menempelkan keningnya pada pintu ruang tidur Anna sambil mengepalkan tangannya. Ketika Darren berbalik, ia harus berhadapan dengan Hans yang rupanya sudah dari tadi berada di depan pintu. Sepertinya Hans sudah mendengar semua rencana adiknya.
"Kamu tidak bisa melakukan ini, Darren!" ucap Hans sambil melipat kedua lengannya di dada.
"Aku akan tepat melakukannya, aku harus melakukannya, Hans," jawab Darren langsung.
"Sejak kapan kamu mencintainya?"
"Entahlah, mungkin semejak dia berumur delapan tahun. Tidak... aku rasa itu terjadi sejak dia masuk ke keluarga kita."