Chereads / Cerita Kia Untuk Randi / Chapter 24 - Masa Akhir Putih Abu-abu

Chapter 24 - Masa Akhir Putih Abu-abu

Tidak terasa Nenekku sudah meninggalkan kami selama 40 hari. Di rumahku terus berdatangan orang untuk melakukan tahlilan selama 40 hari belakangan ini. Tidak lupa juga Randi yang tidak pernah absen untuk datang ke acara tahlilan Nenekku. Sekarang rumahku mulai sepi karena setelah 40 hari, tahlilan itu di berhentikan untuk sementara dan akan di lakukan tahlilan kembali ketika hari ke 100 meninggalnya Nenekku.

*****

Selama kurang lebih 2 bulan aku dan temanku yang lainnya menunggu pengumuman kelulusan. Akhirnya hari ini kami semua akan mengetahuinya.

Cara memberikan pengumuman kelulusan kali ini berbeda. Pengumuman kelulusan tidak lagi di umumkan secara bersamaan dengan acara wisuda seperti di sekolah menengah pertamaku, tetapi pengumuman kelulusan terlebih dahulu, baru kemudian setelah itu akan di adakan wisuda.

Sampai pada akhirnya waktu yang di nanti-nanti telah tiba. Pengumuman kelulusan di bacakan oleh kepala sekolah SMAN 21 di lapangan sekolah bersama seluruh murid kelas 12 dengan berpakaian ciri khasnya, yaitu putih abu-abu. Dengan saling berpegangan tangan secara erat bersama teman yang berada di sampingnya, pengumuman kelulusan itu di bacakan.

Ternyata hasilnya sesui dengan harapan kami. Seluruh murid SMAN 21 Jakarta lulus 100% tanpa ada yang tertinggal. Setelah pengumuman itu di bacakan, seluruh murid menangis bahagia karena bisa lulus sekolah dan berteriak serta saling berpelukan dengan temannya masing-masing yang berada di sampingnya. Kami yang pada saat itu di izinkan untuk melakukan coret-coretan dari pihak sekolah, akhirnya kami semua pun melakukannya. Dengan syarat dilakukannya hanya boleh di area sekolah, dan tidak boleh melakukan acara pawai motor di jalan yang dapat menggangu warga sekitar.

Dengan menyanyikan lagu sampai jumpa ciptaan Endank Soekampi, kami pun saling berangkulan satu sama lain. Bernyanyi, berteriak atas kelulusan kami membuat kami merasa sangat lega sekali. Penantian lama yang telah kami tunggu ternyata berbuah manis. Menangis haru karena senang bisa lulus, tetapi ada perasaan sedih karena harus berpisah dengan teman-teman yang telah mengisi masa putih abu-abu kami.

Sekolah menangah atas memang sangat berbeda. Di sini kami semua mulai menemuka jati diri kami masing-masing, mengetahui apa arti persahabatan yang sesungguhnya dan telah mengajari kami arti solidariras yang sebenarnya.

Selama kurang lebih 1 jam kami bernyanyi sambil merangkul satu sama lain dan melakukan aksi coret menyoret, akhirnya waktu kami habis. Kami di berikan perintah dari pihak sekolah untuk kembali berbaris di lapangan sekolah untuk mengucapkan sepatah dua patah yang akan di berikan oleh kepala sekolah kepada kami sebagai tanda perpisahan.

Sebelum pulang ke rumah masing-masing, kami semua bersalaman dengan kepala sekolah dan guru-guru yang telah mengajarkan kami banyak hal.

Sekaligus meminta maaf karena kami telah mempunyai banyak salah terhadap mereka.

Satu murid memberikan satu tangkai bunga mawar putih kepada seorang guru. Dengan di iringi lagu terima kasih guru, kini kami memberikan bunga mawar putih tersebut. Dewan guru semuanya kini ikut menangis, terharu dengan apa yang dilakukan oleh anak muridnya ini, dan mereka kini harus melepaskan kami. Walaupun mereka galak dan sering marah-marah ketika mengajarkan kami, tetapi mereka sebenarnya menyayangi kami semua. Mereka begitu tulus mengajari kami sampai kami semua pintar dan lulus.

Setelah berpamitan dengan guru-guru. Kami semua di arahkan ke luar gerbang sekolah untuk menemui orangtua kami. Dari pihak sekolah memang sudah memberi tahukan supaya orangtua kami menjemput kami di saat pengumuman kelulusan itu. Di luar sana para orangtua atau wali murid sudah menunggu kami. Menunggu hasil yang akan kami beritahukan kepada mereka. Setelah mereka mengetahui bahwa anaknya telah lulus 100%, langsung saja orangtua maupun wali murid memeluk kami karena merasa bangga. Tangis harus kini terjadi lagi untuk yang ke sekian kalinya.

Setelah beberapa lama kami berpelukan dan menangis bersama, akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan senang. Tanpa ada acara lagi di luar sana yang akan di lakukan oleh murid kelas 12 yang telah lulus. Karena kami telah melakukan perjanjian kepada pihak sekolah, jika kami melanggar peraturan jni, maka kami tidak akan mendapatkan ijazah dan tidak boleh mengikuti acar wisuda.

Acara wisuda akan di laksanakan 3 hari kemudian setelah pengumuman kelulusan ini. Kali ini berbeda dengan SMP ku. Acara wisuda kali ini terasa begitu lega tanpa ada beban karena kami semua telah mengetahui bahwa kami sudah dinyatakan lulus sebelumnya.

Ternyata kami bisa melakukan acara wisuda tersebut oleh seluruh murid. Karena dari kami tidak ada satupun yang melanggar perjanjian dengan pihak sekolah. Sebenarnya kami memang adalah murid yang penurut, hanya saja kenakalan kecil yang kami perbuat selama di sekolah selalu di anggap suatu masalah besar bagi pihak sekolah.

Kebahagiaan pun di rasakan oleh sahabat-sahabatku sewaktu SMP dan juga Randi. Mereka semua pun merasakan apa yang aku rasakan sekarang. Karena mereka semua juga dapat lulus 100% tanpa harus mengulang kelas.

*****

Setelah lulus dari SMA, kami semua berpencar. Ada yang memilih untuk berkuliah, bekerja, bahkan ada juga yang memilih untuk mambangun rumah tangga bersama kekasihnya, alias nikah muda.

Ternyata memilih untuk menikah muda itu di pilih oleh Ihsan. Setelah lulus SMA, Ihsan memilih untuk menikahi seorang gadis anak Kiayi di pesantrennya. Kabar itu aku dengar langsung dari Ihsan. Ihsan mengabariku melalui pesan di instagram.

"Ki, nanti akhir Agustus kalau ada waktu luang datang ke Sukabumi ya. Sama Riska dan sahabat-sahabat lu yang lainnya juga."

"Emang ada apa di Sukabumi San?"

"Gua mau nikah Ki."

Membaca pesan darinya barusan berhasil membuat aku jantungan.

"Nikah? Nikah sama siapa? Kok buru-buru banget? Lu kan masih muda banget buat nikah sebagai seorang laki-laki. Apa lu udah siap semuanya?"

"Gua ga mau punya hubungan yang haram lama-lama Ki. Takut terjadi zinah dan fitnah juga. Makanya gua memutuskan untuk nikah muda. Datang ya Ki."

Aku tidak membalas pesan terakhirnya tersebut. Hanya ku baca tanpa bisa berkata-kata.

Umi dan Abi Ihsan memang memiliki ajaran agama Isalam yang sangat kuat. Mereka selalu berpegang teguh pada ajaran agama Islam. Apalagi setelah Ihsan bersekolah di pesantren. Mungkin karena itu juga sehingga Ihsan membulatkan tekad untuk menikah di usia muda. Daripada dia harus menanggung dosa karena terlalu lama memiliki hubungan yang tidak sah, alias berpacaran. Karena dalam agama Islam memang tidak mengajarkan seorang laki-laki dan perempuan untuk berpacaran. Melainkan untuk ta'aruf dan serius dalam membawa hubungan ke jenjang pernikahan.

Ternyata sahabatku yang lainnya juga sudah mengetahui kabar ini, dan mereka semua mengajakku untuk datang ke Sukabumi menghadiri acara pernikahan Ihsan. Karena bagaimamapun, Ihsan adalah teman baik kami semua selama ini. Namun aku tidak tahu, apakah aku akan kuat melihat lelaki yang aku cintai dengan waktu yang cukup lama menikah di depan mataku secara langsung dengan wanita lain.

-TBC-