Chereads / Cerita Kia Untuk Randi / Chapter 16 - Randi Dan Bidadari

Chapter 16 - Randi Dan Bidadari

Besok memang adalah hari Minggu. Di mana seluruh kegiatan sekolah di liburkan. Seperti biasa, ketika aku mengetahui jika aku akan pergi bersama Randi, aku selalu membongkar lemari pakaianku untuk mencari pakaian terbaik yang akan aku gunakan. Supaya aku terlihat cantik di hadapannya.

Walaupun sempat berdebat karena masalah aku yang meminta dia untuk mentraktir dan menjemputku, tetapi dia tetap menjemputku sampai di depan rumahku. Kali ini dia tidak masuk, hanya sampai di depan gerbang rumahku saja sambil menungguku dengan posisinya yang masih terduduk di atas sepeda motor miliknya.

Seperti biasa, kami berdua pergi ke mall favorite kami yang berada tidak jauh dari rumah kami. Sebenarnya mall tersebut lebih dekat dari arah rumah Randi, tetapi dia rela mutar-mutar untuk ke rumahku terlebih dahulu dan pergi lagi ke arah rumahnya yang dimana di sana terdapat mall tersebut.

Dengan kecepatan cukup tinggi, Randi mengendarai kendaraannya. Tidak butuh waktu lama, hanya sekitar 7 menit saja kami sampai di tempat. Memarkirkan kendaraannya dan pergi ke bioskop 21 untuk memesan tiket yang akan kita tonton. Pada saat itu aku yang sedang ingin menonton film surat cinta untuk Starla pun akhirnya akan aku tonton bersama dengan Randi.

"Ki, Ki. Sttt," ucap Randi.

"Apaan si?"

"Ada abang gua tuh."

Aku menengok ke arah yang di maksud oleh Randi. "Lah iya."

"Ayo."

Ternyata abangnya Randi ingin menonton film juga di bioskop ini bersama dengan istrinya, tetapi beda film dengan film yang akan aku dan Randi tonton.

"Wehh, sama siapa tuh?" Tanya abang Randi.

"Teman."

"Teman apa teman?" Ledek istri abangnya Randi.

Aku merasa sangat malu sekali. Untuk pertama kalinya aku bertemu dengan abangnya, di tambah lagi bersama kakak iparnya. Aku hanya terdiam pada saat itu. Sampai akhirnya Randi mengajakku berbicara.

"Makan aja dulu yu. Masih lama kan filmnya?"

"Iya."

"Ya udah ya bang, kak, Randi duluan. Mau makan dulu."

"Oh iya hati-hati. Awas lu anak orang, haha."

Randi hanya tersenyum mendengar perkataan abangnya barusan.

Waktu penayangan film tersebut memang masih sekitar 2 jaman lagi. Kami berdua akhirnya memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Kami keluar dari pintu bioskop dan menghentikan langkah kami di depan KFC. Makanan sejuta umat di kalangan remaja dan dewasa.

Aku yang pada saat itu memesan makanan yang sama dengannya. Yaitu 2 chicken crispy, 2 nasi, 1 mocca float dan 1 manggo float. Mocca float untukku, dan manggo float untuk Randi.

Setelah memesan semua makanan, kami menuju ke meja makan yang berada di sudut kanan pinggir kaca. Sehingga orang-orang yang berlalu lalang di luaran sana dapat kami lihat.

Aku yang sudah menunggu-nunggu ceritanya sejak kemarin, akhirnya kini aku tanyakan kembali kepadanya.

"Kenapa emang sama lomba lu?"

"Menang lahh. Walaupun juara 2, haha."

"Yeh, kata lu bukan soal itu."

"Emang si."

"Apaan?"

"Ternyata bidadari itu benaran ada ya."

"Lah ini, depan lu, jelas banget buktinya haha."

"Bidadari apaan kaya lu. Malu-maluin bidadari aja lu."

"Hahaha sialan. Kenapa emang si?"

"Iya jadi gua waktu debat ada peserta juga sama kaya gua, dia dari SMK kesehatan."

"Terus?"

"Lu liat ga di snap WA gua waktu itu fotonya?"

"Yang mana?"

"Yang cewek. Yang duduknya di depan gua."

"Ohh, iya liat."

"Nah, ada bidadari di situ haha."

"Yang mana ya? Ga merhatiin banget si gua kayanya. Coba gua liat lagi sini." Akhirnya Randi memberikan ponselnya untuk menunjukkan foto yang dia maksud kepadaku. "Ohh, yang kanan?"

"Iya, pake di perjelas lagi haha."

"Itu bidadarinya?"

"Iya haha. Cantik kan? Beda sama lu haha." Seketika jantungku terasa seperti berhenti pada saat itu juga. Entah kenapa mendengar perkataan Randi barusan membuat hatiku sakit. Perasaan yang seharusnya tidak aku rasakan.

"Iya iya. Cantik emang."

"Putih, mancung, imut, matanya sipit, anak perawat lagi haha."

"Ohh anak perawat?"

"Iya, namanya Salsa. Biasa di panggil Caca. Pas gua stalkin di instagramnya ternyata dia juga anak silat, keren banget ya."

"Anjay, langsung ngestalk ga tuh haha."

"Iyalah, kesempatan buat deketin masih terbuka lebar haha." Setelah berhenti berbicara sebentar, kemudian Randi melanjutkan perkataannya lagi. "Pas gua pertama kali liat dia rasanya hati gua langsung deg-degan gitu aja. Langsung gua liatin dia tanpa kedipan mata. Temannya Caca kayanya sadar kalo gua lagi liatin Caca, akhirnya dia kaya bisikin gitu ke Caca, terus Caca nya nengok dan senyum ke gua. Manis banget, haha."

"Cukup Ran, cukup. Entah kenapa hati gua semakin sakit dengar perkataan lu yang selalu memuji Caca, Ran," ucapku di dalam hati.

"GR banget lu. Bukan senyumin lu kali haha."

"Pas gua nengok ga ada orang, berarti ke gua dong, haha."

Sejak saat itu aku hanya terdiam. Rasanya tubuhku merasa kaku begitu saja. Aku lebih memilih untuk melanjutkan makanku yang sempat terhenti ketimbang melanjutkan mendengarkan cerita Randi yang menyakitkan bagiku.

Sudah 1 jam lebih kami berada di dalam KFC. Sebentar lagi film yang akan kami tonton segera di mulai. Kami kembali masuk ke bioskop tersebut, dan tepat waktu. Ketika kami sampai di sana ternyata pintu teater 2 yang akan menayangkan film surat cinta untuk Starla sudah di buka.

Petugas tiket menyobekan tiket kami berdua dan kami segera masuk ke dalam ruangan teater tersebut. Mencari nomor kursi yang telah kami pesan sebelumnya. Kursi dengan nomor B5 dan B6, sesuai dengan tiket. Kursi yang biasa kami pesan seperti sudah menjadi tempat favorite untuk kami berdua.

Tidak lama film tersebut pun di mulai. Menonton film bioskop bersamanya kini tidak sebahagia seperti biasa yang aku rasakan. Mungkin karena aku telah mendengar ceritanya bahwa dia sekarang ini sedang kasmaran dengan perempuan lain. Ternyata rasanya sesakit ini. Aku tiba-tiba jadi memikirkan Elina. Bagaimana jika dia tahu jika aku sangat dekat dengan Randi? Bahkan sering keluar bareng , dan Randi juga sering main ke rumahku. Pasti rasanya lebih menyakitkan daripada perasaanku saat ini. Karena lelaki yang dia suka sejak lama itu justru dekat dengan sahabatnya sendiri.

Film yang berdurasi 120 menit kini telah selesai. Film yang awalnya aku ingin sekali untuk menontonnya, tiba-tiba terasa malas dan tidak fokus untuk menontonya lagi. Setelah itu aku pulang ke rumah dengan di antar oleh Randi. Seperti perginya. Di jemput Randi, dan pulang juga di antar olehnya.

Namun dalam perjalanan pulang kerumahku kali ini terasa sangat berbeda. Keheningan menyelimuti kami berdua. Tidak sepertinya kami seperti ini. Biasanya kami berdua selama di perjalanan selalu membicarakan hal-hal konyol yang bisa membuatku tertawa.

"Mampir dulu?"

"Engga ah, udah mau malam, langsung balik aja."

"Ya udah, thanks."

"Yoo."

*****

Di kamar.

Aku jadi sangat penasaran dengan perempuan yang bernama Salsa alias Caca itu. Langsung saja tanpa berpikir panjang aku mencari namanya di akun instagram.

Ketemu. Caca yang bernama aslikan Salsa Bilatul Firdaus, dengan akun instagramnya yang bernama @Salsa_SBF. Akun tersebut dan fotonya sesuai dengan yang ada di status whatsaap Randi waktu itu, dan terdapat informasi jika Randi Farel telah mengikutinya.

Sayangnya akun tersebut bersifat privasi. Sehingga aku tidak bisa mengestalknya lebih dalam lagi tentang dirinya. Karena aku tidak memfollownya, dan walaupun aku memfollownya pasti aku harus menunggu konfirmasi darinya. Lagipula aku tidak ingin Randi tahu jika aku mencari tahu tentang Caca dengan cara memfollownya. Terkesan aku sangat possesif dan ingin tahu sekali. Padahal aku dan Randi tidak ada hubungan apa-apa. Hanya sebatas teman yang kenal melalui sahabatku, Elina.

Walaupin akun instagramnya bersifat privasi, tetapi aku bisa mengetahui sedikit informasi dari bionya. Benar apa yang sudah di katakan oleh Randi. Caca ini adalah seorang siswi SMK swasta dengan jurusan keperawatan yang berada di daerah Depok. Dia juga merupakan salah satu murid persilatan yang berada di daerah Depok juga. Sepertinya dia adalah orang Depok.

Cantik, anak perawat, jago silat lagi. Bagaimana Randi tidak suka dengannya. Satu hal lagi yang aku ketahui sekarang. Dia adalah seorang blasteran, yaitu Indonesia dan Cina.

Semenjak kejadian itu, aku dan Randi masih tetap chattingan. Namun ada yang berbeda, kini semua chatan bersamanya hanya berisikan tentang perempuan itu, Caca.

Perempuan yang selalu dia bangga-banggakan oleh Randi. Seolah tidak ada yang cacat di dalam diri perempuan itu. Aku hanya menanggapi ceritanya dengan seadanya. Tidak sesemangat dahulu rasanya untuk membalas pesan singkat darinya.

Kisah asmaraku selalu begini. Sangat mudah untuk dekat dengat lelaki yang aku sukai, tetapi ternyata lelaki tersebut menyukai wanita lain.

-TBC-