"Ciee Kia dapat hadiah dari Randi."
"Cie apa si El, ga ada apa-apa kok, wkwk."
"Ada apa-apa juga ga apa-apa kok Ki, wkwk."
"Udah ga perduli lagi juga gua sama dia."
"Apa si El. Dia udah punya gebetan tau. Lu udah tau belum? Pasti udah kan? Lu mah kan ratu stalk, wkwk."
"Belum. Siapa emang?"
"Yah, kepo juga kan lu. Tadi katanya udah ga perduli, wkwk."
"Ihh Kiaa. Kasih tauu."
"Ga mau ah, males. Orang lu udah ga perduli lagi, ngapain gua ceritain."
"Awas ya lu Ki, gua spamin telpon."
"Silahkan. Wkwk."
Barusan bilang ga mau tahu lagi tentang Randi. Baru di kasih tahu seperti itu saja langsung nelponin. Duh, dasar ya cewek.
"Hallo, kenap El? Tadi katanya ga mau tahu lagi tentang Randi haha."
"Ish, kepoo. Ceritain dongg."
"Iya iya gua ceritain. Jadi ceritanya waktu itu—— namanya Caca. Katanya si gitu yang dia bilang ke gua."
"Ohh gitu, gua jadi penasaran deh."
"Coba aja lu cari di instargam. Salsa Bilatul Firdaus. Nama akunnya @Salsa_SBF. Tapi percuma si, akunnya di privasi haha."
"Yahh."
"Tapi gua ada nih fotonya dia waktu lomba debat sama Randi, mau liat gaa?"
"Mau mau."
"Emang lu ga temanan sama Randi di WA ya?"
"Engga."
"Ya udah gua kirim ya."
"Oke." Setelah Elina melihat foto Caca, dia langsung merasa pesimis. "Pantesan Randi suka, cantik. Beda sama gua. Anak perawat lagi ya? Wahh sempurnah dah."
"Begitu juga perasaan gua saat itu El. Asal lu tau itu. Ketika pertama kali gua tau tentang Caca, gua langsung ber ohh ria, pantas saja Randi menyukainya," ucapku di dalam hati.
"Lu juga keren El. Kalah Caca mah sama lu."
"Ah, apaan."
Setelah kurang lebih selama 30 menit aku dan Elina telponan, akhirnya kami memutuskan untuk mengakhirinya.
Pasti sakit yang dirasakan oleh Elina saat ini 2 kali lipat daripada apa yang telah aku rasakan. Yang pertama Elina mengetahui jika aku dan Randi semakin dekat, bahkan sampai Randi kasih hadiah kepadaku. Yang kedua karena Elina mengetahui jika Randi menyukai perempuan lain yang bernama Caca.
Randi POV :
Hari ini Randi dan teman-teman sekolah yang lainnya akan mengikuti acara TOEIC (tes bahasa inggris untuk komunikasi Internasional) dari luar sekolah. Berpakaian dengan ciri khas anak SMK, yaitu kemeja putih lengan pendek dan celana panjang hitam. Tidak lupa juga dengan dasi hitam dan almamater kebanggaannya yang membuat Randi semakin terlihat gagah dan berwibawa.
Randi telah sampai di gedung tempat acara tersebut yang akan di laksanakan. Sambil menunggu acara di mulai, Randi dan peserta dari sekolah lain tidak di izinkan untuk masuk ke dalam gedung tersebut dan harus menunggu di luar gedung.
Randi dan keempat temannya pada saat itu lebih memilih untuk menunggu di tempat makan yang dekat dari gedung tersebut. Tempat makan yang cukup bagus dan bersih. Di luar terdapat meja dan kursi serta payung tenda untuk melindungi pelanggan yang sedang makan dari panasnya terik matahari.
"Gua ga salah liat nih?," ucap Randi di dalam hati sambil mulutnya ternganga dan bengong.
"Woy, bengong aja lu, kesambet aja baru tahu rasa," ucap salah satu temannya untuk menyadarkan Randi. Namun Randi tetap terdiam. Tidak membalas perkataan temannya. "Woy, Ran. Liat apaan si lu? Kaya ngeliat setan aja."
"Ini mah bukan ngeliat setan, tapi ngeliat bidadari." Kali ini Randi membuka suaranya.
"Bidadari?" Temannya bertanya sambil terheran-heran dan mencari sesuatu sesuai arah mata Randi.
Ternyata bidadari yang dimaksud oleh Randi adalah Caca. Caca yang pada saat itu menggunakan seragam perawatnya seragam yang serba berwarna hijau muda, hingga hijabnya juga yang hijau terlihat begitu kontras dengan warna kulitnya yang putih.
"Yehh, ngeliat cewek cakep aja langsung sadar lu. Itu yang di gosipin sama lu, si Kia Kia itu gimana? Apa kabar?"
"Ah itumah cuma teman doang."
"Ohh."
"Eh barusan dia senyum ke gua, haha."
"Kok dia kaya udah kenal gitu si sama lu Ran?"
"Iya, gua pernah ketemu sama dia di lomba debat kemarin."
"Ohh pantesan. Kalo ketemu seseorang untuk yang ke 2 kalinya tanpa sengaja katanya jodoh Ran."
"Aamiin," ucap Randi dengan semangat dan kedua tangannya yang diangkat seolah dia sedang berdoa di hadapan Yang Maha Esa.
Kini waktunya seluruh peserta di perbolehkan untuk masuk ke ruangan acara. Karena acara sebentar lagi akan di mulai. Randi yang pada saat itu duduk di belakang Caca tidak akan membuang kesempatan untuk melihat Caca lebih dekat dan lebih jelas lagi.
"Foto ayo foto," kata Caca dengan penuh semangat kepada temannnya. Karena sebanarnya Caca menang adalah orang yang periang, penuh dengan semangat dan sangat murah senyum. Pantas saja jika Randi dan lelaki lain langsung jatuh hati kepadanya pada saat pandang pertama.
"Ayo."
"Aduh, gua di belakangnya dia. Nanti keambil gambarnya ga ya?" batin Randi.
Acara berlangsung dengan lancar. Dari pagi sampai sore hari acara tersebut telah di laksanakan. Sampai pada akhirnya seluruh peserta TOEIC dapat meninggalkan acara.
Di luar gedung.
"Hai."
"Eh iya, hai."
"Gua Randi."
"Iya hallo, Caca."
"Kita sebelumnya pernah ketemu di acara lomba debat kemarin kan?"
"Eh, iya kayanya."
"Boleh minta nomor ponselnya?"
"Buat apa ya?"
"Supaya bisa lebih dekat lagi."
"Maaf. Nomor ponsel itu bersifat privasi. Kalo mau minta, minta yang lain aja ya, hehe."
"Oh gitu ya?"
"Iya, maaf ya."
"Oh, iya ga apa-apa."
Randi berusaha mendekati Caca, namun hasilnya nihil. Randi tidak berhasil mendapatkan nomor ponsel Caca begitu saja. Sepertinya untuk mendekati Caca, Randi membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena Caca adalah termasuk cewek yang tidak gampang untuk di dekatkan oleh laki-laki lain.
Randi dan teman-teman yang lainnya kini menuju bus yang akan menghantarkan mereka kembali ke sekolah. Setelah sampai di sekolah Randi melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan sepeda motor miliknya untuk sampao ke rumah.
Di rumah Randi tidak langsung bersih-bersih, justru segera membuka ponsel untuk membuka akun instagramnya.
"Kepo ah, ada foto gua ga ya yang ke foto di dia?" Tanyanya di dalam hati kepada dirinya sendiri. "Anjir, ada muka gua ternyata di foto yang dia post." Begitu senangnya Randi setelah mengetahui hal itu. Padahal kejadian tersebut terjadi dengan tidak sengaja. Caca yang berfoto bersama temannya, yang pada saat itu sedang duduk berada di depan Randi, alhasil Randi ikut terfoto. Bukan kah itu hal yang sangat wajar?
Di dalam foto tersebut, terdapat Caca dan temannya yang lain. Kemudian foto tersebut juga di tag oleh Caca kepada teman-temannya yang berada di foto tersebut. Termasuk teman dekat Caca. Teman yang selalu bersama Caca. Randi akhirnya membuka akun Instagram temannya Caca. Berniat untuk mendekatkan diri kepada Caca melalui temannya.
Ternyata akun tersebut bersifat umum. Sehingga dengan mudah Randi dapat melihat isi akun tersebut. Setelah melihat-lihat, sepertinya Caca sangat dekat dengan temannya yang satu ini. Akhirnya Randi memutuskan untuk mengirimkan pesan lewat akun instagram kepadanya.
"Hallo. Gua Randi."
Tidak lama kemudian pesan Randi di balas olehnya.
"Oh, yang tadi minta nomor ponselnya Caca ya?"
"Wkwk iya."
"Kenapa?"
"Ga apa-apa si."
"Lu suka ya sama Caca?"
"Emang dia belum punya pacar?"
"Dia anaknya susah buat dekat sama cowok lain. Jadi lu butuh cara extra buat dekatin dia. Selama cowok yang dekatin dia, sepertinya cuma lu cowok yang berani ngomong langsung di depan Caca."
"Masa si?"
"Iya. Lu coba dekatin dia lagi aja langsung."
"Oke, thanks infonya."
Randi merasa ada sebuah kesempatan besar untuk mendekatkan Caca. Karena ternyata Caca belum mempunyai orang yang spesial. Namun ternyata juga Caca adalah sosok wanita yang sulit untuk di dekatkan oleh laki-laki. Justru itu membuat Randi semakin ingin mendekatinnya. Jarang-jarang ada wanita yang seperti itu. Cantik tapi tidak sombong, dan tidak murahan.
Setelah itu Randi akan memikirkan bagaimana cara mendekatkan diri kepada Caca. Cara yang mampu membuat Caca membuka hati hanya untuknya. Menjadikan Randi sebagai lelaki pertama untuk dirinya, dan Caca juga menjadi wanita pertama untuk Randi. Karena selama ini Randi juga tidak pernah berpacaran. Sehingga Randi dan Caca memiliki persamaan tersendiri. Sama-sama tidak tahu bagaimana cara yang benar untuk dekat dengan lawan jenis yang di sukai.
-TBC-